6 Sikap yang Menjerumuskan Diri ke Dalam Prinsip People Pleaser

Tanpa sadar masih banyak orang terjebak ke dalam prinsip people pleaser. Mereka berupaya keras menyenangkan orang lain tapi tidak mau memikirkan diri sendiri. Ternyata kondisi seorang people pleaser juga tidak terlepas dari sikap yang diambil.

Termasuk dengan sikap perfeksionis sosial secara berlebihan. Kita didominasi oleh keinginan selalu tampil sempurna di hadapan orang lain. Akibatnya, rela mengikuti tuntunan sosial meskipun jauh dari standar kenyamanan diri sendiri.

Bolehkah kita menolak keinginan orang lain? Tentu saja boleh. Kita memang memiliki hak untuk mengambil keputusan tersebut. Karena setiap orang juga memiliki standar dan ketentuan hidup yang harus dijalani. Justru menjadi persoalan rumit ketika kita merasa sungkan saat hendak menolak keinginan seseorang.

Asal mengiyakan mungkin terlihat sebagai sikap yang wajar dan jauh dari konflik. Tapi sisi buruknya, sikap demikian mendorong diri ke dalam prinsip people pleaser. Sikap sungkan saat hendak menolak membuat seseorang selalu dikendalikan oleh kepentingan pihak-pihak tertentu..

Sebenarnya prinsip people pleaser tidak terbangun dengan sendirinya. Hal ini turut diawali oleh sikap dan tindak-tanduk diri sendiri. Terutama dari cara kita dalam menyikapi tuntutan sosial yang beragam. Apakah kita mampu mengatur prioritas secara cermat. Atau malah menomorduakan kepentingan pribadi.

Menjadi hal buruk ketika seseorang cenderung berumur duakan kepentingan pribadi. Kehidupan yang dijalani selalu terpaku oleh kepentingan dan ekspektasi orang lain. Padahal setiap orang juga memiliki prioritas yang harus diutamakan. Jika ini tidak terpenuhi, maka kehidupan sendiri berjalan tidak terarah.

Bersosialisasi dengan lingkungan sekitar bukan asal membaur. Di samping kebebasan berinteraksi, Kita juga harus membangun batasan. Entah bergaul di lingkungan masyarakat, atau saat kita berinteraksi di dunia kerja.

Lantas, apa yang terjadi saat seseorang tidak memiliki ketegasan diri dalam menetapkan batasan? Secara perlahan akan terjerumus ke dalam prinsip people pleaser. Akibat tidak memiliki batasan, kita kerap dimanfaatkan demi kepentingan pihak-pihak tertentu.

Sampai kapan kita akan terjebak ke dalam prinsip people pleaser? Ternyata ini bukan persoalan sederhana. Kecenderungan untuk berusaha menyenangkan orang lain turut dipengaruhi oleh sikap dan tindak-tanduk yang berasal dari diri sendiri.

Hal ini terjadi karena kita selalu berusaha mencari validasi. Pengakuan dari orang lain dijadikan tujuan utama. Seseorang rela memenuhi seluruh tuntutan sosial agar memperoleh respon positif. Kita menempatkan validasi dari lingkungan sekitar sebagai prioritas pencapaian.

Berinteraksi dengan lingkungan sekitar tidak terlepas dari konflik dan konfrontasi. Tentu kita sudah paham jika setiap individu memiliki alur berpikir masing-masing. Begitu juga dengan sudut pandang yang diterapkan dalam menghadapi permasalahan.

Tapi bukan berarti kita memiliki rasa takut berlebihan terhadap konflik dan konfrontasi. Karena sikap seperti ini yang menjerumuskan diri ke dalam prinsip people pleaser. Seseorang cenderung memilih mengalah untuk menuruti keinginan orang lain. Meskipun harus menjadikan dirinya sebagai tameng.

Menjalani hidup dengan prinsip people pleaser justru merusak tujuan dan menimbulkan kekacauan. Tentu kita harus mulai mawas diri sejak awal, termasuk dengan memperbaiki sikap yang kurang sesuai. Seperti perfeksionisme sosial, merasa sungkan saat hendak menolak, sampai dengan rasa takut terhadap konflik dan konfrontasi. Karena sekali seseorang terjerumus ke dalam people pleaser, ia dengan mudah dipermainkan oleh lingkungan.