8 Rekomendasi Buku Berdasarkan Bacaan Terakhirmu

Tertarik dengan cerita-cerita dengan protagonis hewan alias fabel seperti Animal Farm? Coba deh temukan format cerita serupa dari Noviolet Bulawayo yang bertajuk Glory. Kalau George Orwell menganalogikan sebuah peternakan di pedesaaan Inggris dengan sistem komunis Uni Soviet, Glory akan mengajakmu menilik konstelasi politik Afrika yang sering diguncang kudeta militer lewat hewan-hewan liar penghuni sabana. Masih ragu? Buku ini masuk dalam shorlist The Booker Prize 2022. 

Tak habis pikir dengan keunikan novel Convenience Store Woman karya Sayaka Murata? Siap-siap takjub dengan kenekatan seorang karyawati bernama Shibata yang berpura-pura hamil demi dapat keadilan di kantornya. Sama-sama ditulis dengan kata ganti orang pertama, kamu tak akan bisa tenang sampai menamatkannya. Dua novel ini juga sama-sama singkat, tebalnya kurang dari 150 halaman.

Memilih buku self-help memang tak mudah. Kalau tak cocok, yang ada kamu justru merasa rendah diri dan sebal bukan main. Namun, Psychology of Money terbukti membantu banyak orang dengan petuah dan saran-sarannya yang masuk akal. Temukan filosofi serupa lewat buku The Power of Habit, deh. Buku ini juga banyak dipuji dengan langkah-langkah kecil yang sangat bisa dimulai kapan saja. 

Tertarik dengan cerita-cerita coming-of-age berlatar sekolah yang analisanya dalam dan isunya relevan? Silakan ulik Heaven dari Mieko Kawakami. Mirip dengan novel legendaris Korea, Almond karya Won Pyung Sohn, novel tipis asal Jepang itu membahas koneksi dua anak yang dikucilkan di sekolah dan jadi korban perundungan rutin oleh teman-teman sekelasnya. Ketebalannya pun bikin gembira, tak sampai 150 halaman. 

Kumpulan cerpen Mimi Lemon karya Cyntha Hariadi juga bisa menyambung buku Kitchen-nya Banana Yoshimoto. Sama-sama berformat antologi, kamu bisa merasakan kepuasan membaca dengan laju lebih cepat. Cerita-ceritanya pun bisa merasuk ke sanubari dengan diksi-diksi menawan yang enak didengar. 

Setelah baca Pachinko, kamu mungkin cenderung mencari buku bergenre serupa, yakni fiksi sejarah. Sebenarnya, Pachinko bukan hanya bahas sejarah, tetapi banyak isu menarik nan kompleks seperti pemberdayaan perempuan, diskriminasi ras, hingga family saga.

Kalau tertarik bahas diskriminasi ras, buku terbaru R.F. Kuang layak dicoba. Judulnya Yellowface yang berkisah tentang seorang perempuan keturunan Asia yang mencuri naskah novel rekannya yang meninggal dan mendulang popularitas instan berkat itu. Yellowface sedang ramai dibicarakan di media sosial. Ia jadi salah satu novel terlaris Kuang sejauh ini. 

Kadang gara-gara buku kita jadi tertarik mengulik satu isu atau peristiwa sejarah. Seperti Milkman yang membuka tabir sejarah Irlandia Utara, kamu bisa juga menemukan fakta sejarah baru dari novel A Terrible Kindness. Buku ini berkutat pada sebuah peristiwa longsornya sebuah tambang batu bara di Aberfan, Wales. Bagaimana proses dan dampaknya bagi warga yang jadi korban diceritakan lewat satu tokoh fiktif bernama William. 

Suka dengan cerita-cerita kriminal dan thriller seperti yang disajikan sempurna Kanae Minato lewat novel larisnya Penance? Silakan lanjut nikmati tulisan Ann Liang dalam If You Could See the Sun. Novel ini berlakonkan seorang remaja yang belajar di sekolah elite, tetapi harus kehilangan sumber pendanaannya. Untuk tetap bisa membayar biaya sekolah, sang lakon melakukan segala cara termasuk menjadi biang gosip demi memeras rekan-rekannya yang kaya raya. 

Memilih buku memang beda dengan memutuskan mau nonton video atau film. Sebab, buku itu investasi waktu dan dana yang tidak sedikit, jadi pastikan pilih dengan bijak bacaanmu berikutnya. Dari rekomendasi buku di atas, adakah yang serupa vibes-nya dengan bacaan terakhir kamu?