Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang Malas Bercocok Tanam, Malah Pilih Rumah Tampak Gersang

ilustrasi taman (pexels.com/Tamilles Esposito)

Menjaga harmoni antara manusia dengan alam penting dilakukan. Manusia serta makhluk lainnya perlu hidup berdampingan. Salah satu cara buat mendekatkan manusia dengan alam ialah melalui kegiatan bercocok tanam. Lingkungan rumah menjadi awal yang baik buat penghijauan.

Kamu bisa membuat tamanmu sendiri atau memakai jasa pembuatan taman yang profesional. Taman vertikal juga dapat dipilih apabila lahan terbuka di rumahmu amat terbatas. Rumah yang hijau oleh aneka tanaman menghadirkan suasana asri serta lebih sejuk. Namun, di tengah tren rumah dengan taman ada pula orang-orang yang enggan sekali bercocok tanam.

Mereka mungkin masih suka melihat-lihat keindahan taman umum atau milik tetangga. Akan tetapi, tidak untuk membawa satu pun bibit tanaman lalu merawatnya di rumah. Adanya halaman yang cukup luas pun tak menggerakannya buat mulai berkebun. Kenapa mereka lebih memilih rumahnya gersang? Alasannya terangkum di bawah ini.

1. Gak selalu punya waktu untuk merawatnya

ilustrasi menyiram tanaman (pexels.com/Kevin Malik)

Orang-orang yang sibuk tidak lagi memiliki cukup waktu buat memperhatikan pertumbuhan tanaman. Meski pada dasarnya mereka suka melihatnya, urusan perawatan menjadi terlalu menantang. Padahal kalau tanaman di rumah tak dirawat dengan baik pasti layu, mati, atau tumbuhnya berantakan.

Bukannya halaman rumah terlihat indah justru terkesan kotor seperti rumah tua. Tentu mereka masih punya hari libur. Hanya saja liburnya sangat sedikit dibandingkan dengan hari kerjanya yang padat oleh berbagai agenda. Di hari-hari libur itu mereka tak lagi memiliki energi untuk mengurus tanaman.

Seandainya mereka punya ART atau tukang kebun tentu soal taman bukan masalah lagi. Sesibuk apa pun mereka di luar rumah, aneka tanaman tetap terawat dengan baik. Namun tanpa orang lain yang dapat membantu memelihara taman, mereka memilih tidak usah menanam satu pun tumbuhan. 

2. Sudah mencoba tetapi gagal terus

ilustrasi merawat tanaman (pexels.com/Artem Podrez)

Beberapa orang mungkin sebetulnya antusias sekali dengan kegiatan berkebun. Banyak tanaman ingin coba dirawat serta diperbanyak. Sayangnya, percobaan berkali-kali pun tak membuahkan hasil. Tangan mereka seakan-akan terlalu panas untuk bisa membuat tanaman tumbuh subur.

Boro-boro tanaman tumbuh subur, justru bibit-bibit unggul yang mahal pun cepat sekali mati di tangan mereka. Padahal, mereka sudah berusaha mengikuti tips-tips merawat tanaman sejenis. Mereka lantas menyimpulkan bahwa bercocok tanam bukan aktivitas yang dapat dilakukan semua orang.

Di luar tanaman liar yang tahan banting, cuma orang berbakat yang mampu melakukannya. Mereka merasa tidak termasuk di dalamnya. Mereka gak ingin ada lebih banyak lagi tanaman yang gagal tumbuh dengan baik. Juga mulai ada perasaan sayang buat membeli bibit serta perlengkapan bercocok tanam yang tidak murah. Mending uangnya dipakai untuk hal-hal lain.

3. Risi menyentuh tanah dan geli dengan ulat atau serangga lain

ilustrasi merawat tanaman (pexels.com/Gary Barnes)

Gak perlu sampai fobia atau ada trauma besar terkait tanah dan serangga untuk membuat orang malas menanam. Terkadang alasan mereka enggan bercocok tanam simpel saja. Mereka merasa risi setiap bersentuhan dengan tanah yang menjadi media tanam.

Rasanya seperti kotor dan kasar di kulit. Tidak semua orang menganggap hal ini biasa dan bisa cuek saja. Ada orang yang malah senang menyentuh tanah. Tapi ada pula orang yang menjadi ingin cepat-cepat mencuci tangan dengan sabun sampai sebersih mungkin. Apalagi ketika tanah bercampur air sehingga lengket.

Merasakannya di celah-celah jari bikin beberapa orang benar-benar tidak nyaman. Demikian juga dengan ulat serta serangga lainnya yang umum hidup di tanaman dan tanah sekitarnya. Mereka barangkali tak merasa takut, tetapi geli setiap melihat apalagi kalau sampai bersentuhan. Mereka baru melihat atau membayangkannya saja, tubuh bisa seketika merinding.

4. Lebih suka keindahan buatan

ilustrasi taman rumah (pexels.com/David Henry)

Keindahan alami yang dihadirkan tanaman asli bagi banyak orang tidak tergantikan. Namun, ada juga orang-orang yang malah lebih menyukai keindahan buatan. Perbedaan ketertarikan ini bukan tanpa alasan. Keindahan buatan dapat ditata sedemikian rupa sehingga betul-betul sesuai dengan keinginan.

Misalnya, satu tanaman bunga asli hanya akan menghasilkan bunga dengan warna sama. Seperti merah semua atau putih seluruhnya. Sementara itu, bunga pada tanaman plastik bisa dibikin warna-warni. Ada yang merah, kuning, hingga biru. Sebagai hiasan, tanaman palsu dapat tampak lebih cantik buat sebagian orang.

Daunnya lebih berkilat seperti setiap hari digosok. Tak ada sehelai daun pun yang berlubang dimakan ulat. Tanaman plastik terlihat sempurna dibandingkan dengan tanaman asli yang dapat terserang berbagai penyakit. Bila seseorang lebih menekankan pada aspek keindahan dan bukan sisi alaminya, pasti taman dengan berbagai tanaman plastik lebih memuaskannya.

5. Memprioritaskan kepraktisan

ilustrasi taman rumah (pexels.com/Nhẫn Nguyễn)

Buat orang-orang yang mengutamakan kepraktisan dalam keseharian, bercocok tanam malah terasa bertentangan. Kegiatan itu ribet karena makan waktu, tempat, energi, serta biaya. Memetik daun-daun yang layu tidak menarik bagi mereka. Mereka ingin segala hal mudah dan cepat.

Walaupun mereka suka pemandangan alam, tak bermakna harus menghijaukan lingkungan rumah. Kapan pun mereka ingin menyaksikan pemandangan alam yang hijau segar, mending pergi ke taman kota. Atau, sekalian mereka berlibur ke pulau-pulau yang jauh.

Bahkan ada cara yang lebih simpel lagi, tetapi sangat masuk akal untuk mereka. Yaitu, mereka cukup menyalakan televisi atau membuka-buka majalah yang banyak membahas tentang alam. Hasil bidikan fotografer profesional bikin pemandangan di majalah terlihat lebih menakjubkan.

Sementara itu, seandainya mereka menanam sendiri beberapa bibit tanaman di rumah belum tentu hasilnya beberapa tahun kemudian dapat sebagus itu. Kepraktisan terasa memudahkan hidup mereka. Orang-orang yang menggemari kepraktisan biasanya juga menerapkan hal yang sama dalam keseharian. Seperti mereka memilih langganan katering daripada ribet masak sendiri.

Bercocok tanam bagus buat menjaga kelestarian alam, menambah estetika hunian, bahkan meningkatkan kesehatan orang yang melakukannya dan penghuni rumah. Namun, aktivitas ini juga tidak bisa dipaksakan pada semua orang. Kalau kebetulan kamu suka menanam sedangkan pasanganmu tidak, dirimu saja yang merawatnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us