Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bolehkah Sahur Jam 5 Pagi karena Kesiangan? Ini Penjelasannya!

ilustrasi berdoa sebelum makan (pexels.com/onbab)
ilustrasi berdoa sebelum makan (pexels.com/onbab)

Makan sahur adalah kegiatan yang dianjurkan bagi umat muslim sebelum memulai puasa. Ini dilakukan sebelum waktu subuh tiba. Meskipun sahur sebelum berpuasa di bulan Ramadan tidak diwajibkan secara hukum, namun menjadi salah satu praktik sunah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
 
Momen sahur menjadi krusial karena memberikan energi yang dibutuhkan untuk menjalani puasa seharian. Namun, apakah sahur pada jam 5 pagi masih dianggap sah dalam kaitannya dengan aturan puasa? Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang pandangan dan hukum yang berkaitan dengan masalah ini.

1. Penetapan batas waktu sahur atau imsak

ilustrasi pria mencicipi hidangan makanan  (freepik.com/freepik)
ilustrasi pria mencicipi hidangan makanan (freepik.com/freepik)

Dikutip NU Online, waktu imsak adalah waktu subuh dikurangi kadar membaca 50 ayat Al-Qur’an dan menurut penelitian yang dilakukan Syeikh Zubeir bin Umar al-Jailani dari Salatiga dalam kitab al-Khulashah al-Wafiyyah adalah kira-kira 7-8 menit. Hal ini dilandasi dengan pelaksanaan sahur paling utama yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat-sahabatnya, sebagaimana yang tertera dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas RA dari Zaid bin Tsabit RA:

Dari Anas dari Zaid bin Tsabit RA berkata: “Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian beliau berdiri untuk salat. Berkata Anas: “Saya bertanya kepada Zaid, “kira-kira berapa lama antara waktu sahur dengan azan subuh?”. Jawab Zaid, “Selama bacaan 50 ayat Al-Qur’an.” (HR Bukhori)

Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk membaca 50 ayat Al-Quran adalah sekitar 10 menit. Hadis di atas kemudian dijadikan hujjah untuk memunculkan waktu imsak. Tujuannya adalah untuk meniru apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai bentuk kehati-hatian.

2. Hukum makan sahur setelah imsak

ilustrasi muslimah sedang makan dan minum (pexels.com/rdne)
ilustrasi muslimah sedang makan dan minum (pexels.com/rdne)

Sebagian besar umat muslim memahami bahwa waktu imsak menandakan awal dimulainya ibadah puasa. Oleh karena itu, saat waktu imsak tiba, segala aktivitas yang bisa membatalkan puasa, termasuk makan dan minum, harus dihentikan hingga waktu magrib tiba di sore hari.

Namun, masih banyak bermunculan pertanyaan apakah benar bahwa waktu imsak menandakan dimulainya ibadah puasa. Bagaimana sebenarnya aturan fiqih mengatur awal dimulainya ibadah puasa? Apakah imsak memang menjadi waktu pertama di mana seseorang mulai menahan lapar dan haus? Dilansir NU Online, Imam Al-Mawardi di dalam kitab Iqna’-nya menuturkan:

"Waktu berpuasa adalah dari terbitnya fajar kedua sampai tenggelamnya matahari. Akan tetapi, (akan lebih baik bila) orang yang berpuasa melakukan imsak (menghentikan makan dan minum) sedikit lebih awal sebelum terbitnya fajar dan menunda berbuka sejenak setelah tenggelamnya matahari agar ia menyempurnakan imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa) di antara keduanya."

Lalu, bagaimana dengan orang yang mendapati sahur saat imsak? Dikutip laman yang sama, orang yang telat bangun dianjurkan untuk tetap menyantap sahur meski waktu imsak telah masuk. Akan tetapi, ia harus menghentikan santapan dan mengeluarkan apa yang ada di mulutnya ketika masuk waktu subuh seperti keterangan Fathul Mu'in berikut ini:

“Seandainya fajar terbit, sementara di mulut seseorang masih terdapat makanan, lalu ia mengeluarkannya sebelum masuk ke dalam rongga perutnya, maka puasanya sah.” 

Orang yang terkejut masuknya waktu subuh lalu air atau makanan yang ada di mulutnya tertelan tanpa sengaja. Kalau sesuatu tertelan tanpa sengaja di saat masuknya waktu subuh, maka puasanya tetap sah sebagaimana keterangan I‘anatut Thalibin berikut ini:

“(Dengan sengaja atau pilihan sadarnya) hal ini meniscayakan bila sesuatu tertelan tanpa sengaja ke dalam perutnya, maka puasanya tidak batal karena air atau makanan (asap rokok misalnya).”

Dari penjelasan di atas, dengan jelas disimpulkan bahwa puasa dimulai ketika fajar terbit yang menandakan awal masuknya waktu salat subuh, bukan pada waktu imsak. Berimsak (mulai menahan diri) sebelum fajar terbit, merupakan anjuran agar puasa menjadi lebih sempurna.

3. Alasan ditetapkannya waktu imsak di Indonesia

ilustrasi pasangan sedang makan bersama (pexels.com/jacksparrow)
ilustrasi pasangan sedang makan bersama (pexels.com/jacksparrow)

Perlu diketahui bahwa waktu imsak hanya ada di Indonesia. Di negara lain, tidak ada tradisi masjid atau musala yang mengumumkan waktu imsak seperti yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. 

Penetapan waktu imsak ini memiliki peran penting dalam memandu umat muslim menjalankan ibadah puasa dengan lebih teratur dan penuh keberkahan. Bayangkan, jika seseorang sedang menikmati sahur, namun tidak mengetahui waktu subuh. Ketika tiba-tiba terdengar azan subuh, dia akan kebingungan dengan makanan masih ada di mulutnya.

Dikutip NU Online, waktu imsak yang tertera di jadwal-jadwal imsakiyah adalah perkiraan yang disusun oleh para ulama sebagai tindakan pencegahan. Dengan adanya waktu imsak yang umumnya ditetapkan sekitar sepuluh menit sebelum waktu subuh, orang yang akan berpuasa akan lebih waspada saat menjelang waktu subuh.

Dengan demikian, muncul pertanyaan tentang bagaimana jika seseorang tertidur sepanjang malam dan baru terbangun pada pukul 5 pagi, sehingga melewatkan waktu imsak dan subuh? Berdasarkan seluruh penjelasan di atas, setelah waktu subuh, seseorang dilarang untuk makan atau minum hingga waktu maghrib tiba.

Jika pada pukul 5 pagi di daerah tersebut waktu subuh sudah berlalu, maka orang tersebut harus menahan lapar sampai waktu magrib dan tidak dapat mengambil sahur. Semoga menambah pengetahuanmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shasya Khairana
EditorShasya Khairana
Follow Us