8 Buku yang Ditulis dari Perspektif Orang yang Sedang Berduka

Berduka adalah sebuah fase yang pasti akan dihadapi setiap manusia. Menariknya, ini adalah fase yang mengubah hidup dan tak ada obatnya. Waktu mungkin bisa meringankan efeknya, tetapi tidak benar-benar menyembuhkannya. Kamu sedang merasakannya sendiri atau sedang bersiap menghadapinya kelak?
Buku yang ditulis dari perspektif orang yang sedang berduka berikut mungkin bisa meringankan laramu. Representasinya akurat dan bisa membuatmu merasa tak sendiri lagi. Mari bahas satu per satu!
1. Everything I Never Told You

Everything I Never Told You adalah sebuah novel yang menguak pergumulan batin 3 anggota keluarga Lydia yang masih memproses kematiannya yang mendadak. Lydia lahir dari pernikahan campuran dan besar pada tahun 1970-an ketika itu semua masih tabu di Amerika Serikat. Keluarga Lydia berhasil melabeli diri sebagai keluarga harmonis nan ideal sampai akhirnya tragedi tersebut menyingkap fakta bahwa semuanya semu belaka.
2. What I'd Rather Not Think About

What I'd Rather Not Think About ditulis dari perspektif seorang perempuan yang baru saja kehilangan saudara kembar laki-lakinya. Kejadiannya begitu cepat dan memaksanya untuk memproses perasaannya yang campur aduk dalam satu waktu. Ia tahu saudaranya tidak baik-baik saja, tetapi tak tahu bagaimana cara menyelamatkannya. Perasaan bersalah, marah, tetapi juga rindu melingkupi benaknya seketika.
3. Wednesday's Child

Wednesday's Child adalah kumpulan cerpen karya Yiyun Li yang membahas seputar dukacita, alienasi, dan proses menua. Salah satu cerita dalam buku kumcer ini memotret keseharian seorang ibu yang masih berjuang untuk berdamai dengan rasa duka. Caranya agak nyeleneh, yakni dengan membuat tabel daftar orang-orang yang meninggalkannya.
4. Forest of Noise

Lahir dan besar di Gaza, penyair Mosab Abu Toha tak bisa menampik kalau karyanya terinspirasi kisah hidupnya sendiri. Bertahun-tahun hidup dalam opresi dan okupasi tentara zionis Israel, syair-syairnya sarat akan dukacita dan kehilangan. Puisi-puisi Toha amat getir, tetapi berhasil mewakili orang-orang Palestina yang jadi korban agresi Israel dan harus bersiap menghadapi perpisahan kapan saja.
5. Kitchen

Kitchen adalah novel pertama Banana Yoshimoto yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan berhasil menarik banyak pembaca. Ia mengusung tema dukacita lewat sosok Mikage, perempuan yang dibesarkan neneknya. Saat sang nenek meninggal dunia, Mikage seperti kehilangan navigasi hidup. Pada fase itulah, seorang teman berusaha membantunya dengan mengajak Mikage tinggal di rumah keluarganya.
6. Remarkably Bright Creatures

Ditulis dari 3 point of view (POV) sekaligus, novel ini bisa jadi buku healing fiction terbaik yang pernah kamu baca. Salah satu karakternya adalah Tova, lansia yang hidup sebatang kara setelah putra semata wayang dan suaminya meninggal dunia. Masih diselimuti duka, Tova lebih sering mengisolasi diri sampai sesosok pemuda 30 tahun datang ke kota itu untuk mencari keberadaan ayah biologisnya. Tanpa sadar, nasib mereka saling bersilangan.
7. Elena Knows

Sempat dapat nominasi Booker Prize 2022, Elena Knows ternyata juga ditulis dari sudut pandang seseorang yang sedang berduka. Sang lakon, Elena merupakan seorang ibu yang dikejutkan oleh kematian putrinya. Polisi menyimpulkan penyebab kematiannya sebagai kasus bunuh diri, tetapi Elena tak bisa memercayainya. Dengan kondisi masih terpukul, ia berusaha melakukan investigasi mandiri demi dapat closure dari tragedi itu.
8. The Chibineko Kitchen

Salah satu novel healing fiction rilisan 2024, The Chibineko Kitchen juga ditulis dari POV seseorang yang masih bergumul dengan rasa duka. Kotoko, lakonnya, masih tak percaya dengan kabar kematian saudara kandungnya yang tiba-tiba. Ia kemudian menemukan sebuah kafe di pinggiran Tokyo yang dikelola seorang pemuda. Masalahnya, sang pemuda amat mirip dengan mendiang saudaranya. Salah satu menu di kafe itu pun adalah masakan yang sering dibuat sang saudara untuknya.
Duka adalah sebuah emosi yang kompleks dan sulit dideskripsikan, kecuali oleh orang-orang yang pernah mengalaminya sendiri. Setiap orang punya pengalaman dan cara yang berbeda untuk menghadapinya. Siapapun yang sedang mengalaminya, ingat kamu gak sendiri. Beberapa buku di atas adalah bukti kalau rasa sakitmu juga valid.