Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Tetap Memiliki Momen Me Time meski Menjadi Orang Gak Enakan

ilustrasi me time sebagai self reward (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi me time sebagai self reward (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Menjadi pribadi yang gak enakan sering membuat waktu untuk diri sendiri terasa sulit didapat. Ajakan teman, permintaan bantuan, atau tuntutan sekitar kerap membuat kita menomorduakan kebutuhan pribadi. Padahal, menjaga waktu untuk diri sendiri penting demi kesehatan mental dan emosional.

Mengabaikan me time dalam jangka panjang bisa menimbulkan kelelahan dan kehilangan arah. Rutinitas padat tanpa jeda akan mengikis energi dan semangat. Berikut beberapa cara agar kita tetap memiliki momen me time meski kerap merasa gak enakan.

1. Menyusun jadwal me time dengan konsisten

ilustrasi menetapkan rencana dalam hidup (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi menetapkan rencana dalam hidup (pexels.com/Monstera Production)

Menuliskan waktu khusus untuk diri sendiri membantu menciptakan komitmen pribadi. Sama halnya dengan janji bersama orang lain, momen untuk diri juga layak diberi ruang. Dengan penjadwalan yang jelas, peluang untuk me time tidak akan mudah tergeser oleh hal lain.

Ajakan dari orang lain bisa ditanggapi dengan sopan tanpa rasa bersalah karena kita sudah ada jadwal me time yang ditentukan. Penolakan pun terasa lebih ringan karena disampaikan dengan tenang. Perlahan, lingkungan sekitar pun akan belajar menghargai waktu pribadi kita.

2. Melatih diri untuk berkata 'nanti dulu' kepada orang lain

ilustrasi menciptakan batasan diri dalam hubungan sosial (pexels.com/Mike Jones)
ilustrasi menciptakan batasan diri dalam hubungan sosial (pexels.com/Mike Jones)

Respons langsung terhadap permintaan orang lain seringnya dapat mengorbankan kebutuhan pribadi. Mengatakan ‘nanti dulu’ menjadi bentuk menjaga batas tanpa bersikap kasar. Pernyataan tersebut memberi waktu untuk bernapas dan menata ulang prioritas.

Terkadang kita memilih membantu orang lain meski sebenarnya butuh waktu untuk diri sendiri. Itu tidak masalah, selama kita tetap bisa menjaga batasan dan mengatur diri. Semakin kita terbiasa menetapkan batas, rasa bersalah akan berkurang dan waktu untuk diri sendiri pun tetap bisa dinikmati dengan tenang.

3. Memanfaatkan momen menunggu sebagai bentuk me time

ilustrasi melakukan solo traveling (pexels.com/
ahmet öktem)
ilustrasi melakukan solo traveling (pexels.com/ ahmet öktem)

Situasi menunggu, seperti sedang antre atau dalam perjalanan, bisa dimanfaatkan sebagai momen singkat untuk diri sendiri. Aktivitas sederhana seperti mendengarkan lagu, membaca, atau duduk diam cukup membantu menyegarkan pikiran. Hasilnya, energi akan kembali sebelum beralih ke aktivitas berikutnya.

Durasi singkat tidak mengurangi nilai istirahat yang diperoleh. Keberadaan momen-momen kecil tersebut justru sangat berarti untuk menjaga kesehatan mental. Rasa penat pun bisa berkurang meski tanpa waktu luang panjang.

4. Memilih aktivitas yang tidak terlihat menghilang

ilustrasi membaca buku di tempat terbuka (pexels.com/Min An)
ilustrasi membaca buku di tempat terbuka (pexels.com/Min An)

Kekhawatiran saat me time sering muncul karena takut dianggap tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Memilih aktivitas me time seperti membaca di ruang keluarga atau menulis jurnal di teras menciptakan jarak sehat tanpa benar-benar menghilang. Kegiatan itu dapat memberi ruang pribadi sembari tetap dekat secara sosial.

Keseimbangan itu membantu kita tetap hadir untuk orang-orang di sekitar tanpa mengorbankan diri sendiri. Batasan juga bisa tetap dijaga tanpa merusak hubungan sosial. Dengan begitu, waktu untuk diri sendiri pun terasa lebih wajar dan menyenangkan.

5. Merayakan setiap momen kecil yang dimiliki

ilustrasi menikmati kopi di pagi hari (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menikmati kopi di pagi hari (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Segelas kopi di tangan, beberapa tarikan napas sebelum tidur, atau duduk tenang di pagi hari, bisa menjadi bentuk penghargaan pada diri. Kesadaran terhadap momen sederhana mampu membangun rasa syukur. Sehingga aktivitas menjadi lebih ringan karena diiringi jeda yang menyenangkan.

Konsistensi dalam merayakan momen kecil membantu menjaga ketenangan batin. Pikiran kita pun tidak lagi terpaku pada rasa gak enakan yang terus membayangi. Langkah demikian tentu dapat memperkuat hubungan dengan diri sendiri.

Menjaga momen me time bukan berarti kehadiran menolak orang lain, melainkan memberi ruang untuk memulihkan diri. Menjadi orang gak enakan bukan halangan untuk menetapkan batasan yang sehat. Dengan kelima cara di atas, me time tetap bisa dijalani tanpa perasaan bersalah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us