Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Kampanye SAUS Reza Riyady Terbitkan Senyum Masyarakat Desa Ban

Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022
Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022 (dok.pribadi/Reza Riyady)

Di balik glamornya imej Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, terselip masalah kemanusiaan yang fundamental bagi kehidupan yakni krisis air bersih

Penelitian dari Yayasan IDEP Selaras Alam yang bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bali di tahun 2018 menyebutkan bahwa permukaan air tanah di beberapa wilayah di Bali, terutama di Bali bagian selatan telah mengalami penurunan hingga lebih dari 50 meter dalam waktu kurang dari 10 tahun. Tak hanya mengusik keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, krisis air bersih juga bisa mengancam warisan budaya Bali yakni sistem Subak atau sistem pengairan sawah.

Potret masyarakat yang berjuang mendapatkan air bersih ini pun diabadikan oleh Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022, dalam kamera mirrorless-nya. Potret berupa perempuan-perempuan Bali yang harus mendorong drum-drum berisi air bersih sejauh berkilo-kilometer dari tempat tinggal mereka, menyentuh hatinya. Agenda liburan ke Karangasem yang ia lakukan di tahun 2019 ini berubah menjadi misi kemanusiaan yakni membantu masyarakat desa Ban, Karangasem untuk mendapatkan air bersih.


1. Ingin jadi nyala terang jadi alasan Reza membuat kampanye SAUS

Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022
Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022 (dok.pribadi/Reza Riyady)

Dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025 bersama IDN Times yang dilaksanakan pada Selasa (21/10/2025), Reza berkisah bahwa proyek awal yang sebenarnya ingin ia bangun dari kunjungannya ke Karangasem di tahun 2019 itu adalah bedah rumah. Sebab, desa Ban adalah salah satu desa yang terkena dampak dari letusan Gunung Agung di tahun yang sama.

Namun ketika laki-laki yang juga berprofesi sebagai perawat di RSUD Klungkung ini melihat potret perempuan Bali yang harus bersusah payah demi mendapatkan air bersih serta saran dari warga desa yang berharap untuk dibuatkan bak penampungan air, maka ia bersama rekan-rekan komunitasnya yakni balitersenyum.id menggagas sebuah kampanye bernama SAUS (Sumber Air Untuk Sesama) untuk PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

“Kenapa SAUS untuk PHBS? Karena kecintaan saya terhadap profesi keperawatan di mana filosofi dari keperawatan itu sendiri adalah the light in the darkness,” ujar Reza. 

Berangkat dari filosofi tersebut, Reza ingin menjadi cahaya terang bagi warga desa Ban. Baginya, keperawatan tidak hanya memberikan asuhan keperawatan pada orang yang sakit, tapi juga bertajuk pada kebutuhan dasar manusia. Dan salah satunya adalah air bersih. 

“Mereka (masyarakat desa Ban) itu tahu caranya cuci tangan. Mereka sering banget dapet edukasi bagaimana cara cuci tangan, bagaimana cara gosok gigi yang benar. Mereka bukannya gak mau melakukan hal itu, bukan gak mau tahu, bukan bebal, tapi mereka gak punya akses untuk air bersih.”

Tanpa akses air bersih yang memadai, tentu bisa dibayangkan bagaimana kualitas kebersihan diri serta kesehatan masyarakat desa Ban. Mereka jadi rentan terkena penyakit, terutama yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus.

“Mungkin kita berpikir bahwa orang mandi itu 3 kali sehari. Tapi di sana itu ya, jangankan 3 kali sehari, (mandi) 3 hari sekali pun belum tentu.”


2. Jatuh bangun Reza dan kampanye SAUS untuk membangun bak penampungan air

warga desa Ban mencari air bersih (dok.pribadi/Reza Riyady)
warga desa Ban mencari air bersih (dok.pribadi/Reza Riyady)

Akses yang terbatas terhadap sumber air bersih menjadi salah satu penyebab utama krisis air di desa Ban. Infrastruktur yang minim, jarak jauh ke sumber air, serta kondisi geografis yang sulit membuat masyarakat di desa ini harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk mendapatkan air layak pakai dan konsumsi. Kenyataan tersebut pun diamini Reza. Ia menceritakan perjuangannya untuk mencapai desa Ban yang memakan waktu berjam-jam dari Klungkung (domisili Reza) atau Denpasar dengan kondisi jalan tidak beraspal dan menanjak. Sungguh sebuah kondisi yang sulit diakses kendaraan bermotor. 

Dengan sulitnya akses tersebut, terkadang masyarakat yang begitu memerlukan air bersih, terpaksa membeli dengan harga sekitar Rp100.000 per drum.

“Kalau mereka mau gratis, mereka harus menunggu dapat donasi dari PMI atau BPBD yang lama banget karena sangat susah untuk perjalanan menuju ke sana,” ungkap Reza.

Maka, begitu Reza sampai di desa Ban dan melakukan riset, ia memutuskan untuk mendekatkan sumber air pada masyarakat.

“Kita menggunakan pendekatan CAP atau community as partner di mana masyarakat bukan sebagai objek asuhan keperawatan, tapi masyarakatlah yang akan menyelesaikan masalahnya mereka sendiri,” ujarnya ketika menceritakan movement yang akan ia lakukan pada masyarakat desa Ban.

warga desa Ban dan komunitas balitersenyum.id (dok.pribadi/Reza Riyady)
warga desa Ban dan komunitas balitersenyum.id (dok.pribadi/Reza Riyady)

Lewat diskusi, masyarakat pun meminta bantuan untuk dibuatkan bak penampungan air. Sebab meski letak sumber airnya sangat terpencil, namun sebenarnya kualitas airnya layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga mereka bisa mengalirkan air tersebut menuju bak penampungan yang letaknya bisa mereka akses dengan mudah.

Untuk mewujudkan keinginan masyarakat desa Ban tersebut, maka Reza membuat kampanye SAUS di kitabisa.com. Ia melakukan berbagai macam upaya mandiri untuk menggalang dana serta  menghubungi teman-temannya satu per satu untuk ikut berdonasi atau setidaknya menyebarkan kampanye tersebut hingga bisa di-notice oleh masyarakat luas termasuk para influencer. 

Namun ternyata, jalan yang harus ia lalui untuk pengumpulan dana tidaklah mulus. Sebab hingga beberapa hari sebelum penggalangan dana ditutup, uang yang terkumpul baru Rp2.855.700. Jumlah yang jauh dari target yakni Rp30jt untuk membangun bak penampungan. 

Di tengah titik terendah tersebut, tiba-tiba ada lembaga dari Sumatra Utara yang menghubunginya di malam setelah penutupan donasi dan tertarik dengan kampanye yang ia gencarkan. 

“Tuhan memberikan jalan-Nya. Apa yang kita kerjakan dari hati akan mengena ke hati lainnya,” kenangnya. “Yang bikin saya syok adalah mereka mau kasih Rp6 juta gitu. Ternyata mereka benar-benar ngasih Rp28jt atau Rp 30jt gitu, saya lupa.”


proyek air bersih Reza Riyadi dan komunitas balitersenyum.id bersama warga desa Ban
proyek air bersih Reza Riyadi dan komunitas balitersenyum.id bersama warga desa Ban (dok.pribadi/Reza Riyady)

Setelah dana terkumpul, Reza bersama komunitasnya langsung berkoordinasi dengan kelian (pemipin) adat dan masyarakat desa Ban untuk membangun bak yang diimpikan tersebut. Akhirnya di bulan Januari 2020, bak penampungan yang diimpikan benar-benar bisa di-launching. Reza menambahkan bahwa ternyata yang Rp30jt tersebut masih sisa yang kemudian uang sisanya dibelikan sembako yang bisa dinikmati warga desa bersama-sama sebagai bentuk perayaan dari adanya bak penampungan.

Uniknya, ketika hari peresmian bak penampungan, tiba-tiba turun hujan di desa Ban. Salah satu teman Reza yang beragama Hindu berkata, “Wih, Ida Sang Hyang Widhi Wasa tuh merestui lho jalan kita. Buktinya Beliau kasih kita hujan, yang bukan hujan deras, tapi hujan segar yang membuat kita teduh.”

Lebih lanjut, Reza menjelaskan bahwa dalam filosofi Bali apabila misalkan kita melakukan sebuah kebaikan dan itu hujan berarti alam semesta merestui. 

“Itu yang membuat saya cukup terharu.”


3. Bak penampuan air bikin kualitas hidup dan kesehatan masyarakat desa Ban, Karangasem perlahan meningkat

warga desa Ban dan komunitas balitersenyum.id
warga desa Ban dan komunitas balitersenyum.id (dok.pribadi/Reza Riyady)

Keberadaan air bersih yang selama ini mungkin kita remehkan karena mudahnya akses untuk mendapatkannya ternyata menjadi hal yang begitu berharga bagi masyarakat desa Ban. Setelah bertahun-tahun hidup dalam kekurangan air bersih, adanya bak penampungan yang berhasil dibangun mampu meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat di sana.

Sebagai nakes, Reza menceritakan bahwa selama ini ia sering menerima pasien anak dari Karangasem dengan kasus dehidrasi berat yang kebanyakan disebabkan karena diare akibat infeksi bakteri. 

“Masyarakat Karangasem lebih cenderung berobat ke RSUD Klungkung daripada Karangasem kota karena jalan ke Klungkung lebih enak meski secara jarak tempuh sama. Dari situ kami sering mendapati kasus anak dehidrasi berat. Dan pasien dengan kondisi tersebut adalah yang paling ditakutkan karena masang infusnya susah banget karena pembuluh darahnya kecil,” kenangnya.

Beruntungnya setelah adanya bak penampungan air yang diharapkan, akses masyarakat ke air bersih jadi lebih mudah sehingga angka kasus penyakit serupa pun menurun. Dengan kualitas kesehatan masyarakat yang makin meningkat tersebut, upaya Reza dkk membangun bak penampungan itu juga membantu Bali tetap berada di urutan 5 besar kota dengan PHBS yang baik di Riskedar (Riset Kesehatan Dasar) Indonesia. 

Nyala terang yang dibawa oleh Reza ternyata berhenti hanya di situ saja. Sebab di pertengahan tahun 2022, ia tiba-tiba mendapatkan telepon orang yang ingin tahu lebih banyak tentang proyek yang ia bangun. Nothing to lose, Reza pun menceritakan secara detail mengenai proyek kemanusiannya tersebut. Lalu di bulan November 2022, ada DM masuk ke akun sosial medianya dan memberitahukan bahwa dia menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022.

“Hal sederhana yang mungkin kita bisa kasih itu berarti banget. Itu cuma air lho, ternyata itu bisa ngefek besar.”


4. Mimpi Reza selanjunya untuk kemajuan desa Ban, Karangasem

Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022
Reza Riyady Pragita, penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022 (dok.pribadi/Reza Riyady)

Setelah sukses dengan proyek pembangunan bak penampungan air, rupanya mimpi Reza belum usai. Ia berharap dengan mudahnya akses ke sumber air, maka nantinya bisa membuka lapangan pekerjaan baru untuk para pemuda desa Ban sehingga mereka tidak perlu pergi merantau ke Denpasar atau ikut program kapal pesiar untuk mencari nafkah. 

Salah satu contoh potensi ekonomi yang ia jelaskan adalah dengan mengolah air yang ada menjadi air mineral yang nantinya dapat dijual. Sebab, Reza menilai bahwa kualitas air di desa Ban tersebut layak untuk dijadikan air mineral kemasan. 

Selain air mineral, Reza juga ingin agar sumber air yang ada bisa dikemas jadi objek wisata berupa tirta pemelukatan atau tempat di mana baik orang lokal maupun wisawatan bisa melakukan proses melukat (pembersihan diri). Dengan adanya tempat melukat tersebut, maka desa Ban pun bisa menjadi desa wisata yang nantinya dari pendapatan yang dihasilkan bisa berguna untuk kemajuan desa itu sendiri. 

“Dengan ada atau tidak adanya saya, masyarakat tetap bisa sejahtera (dengan adanya sumber air). Saya berharap proyek air ini bisa menjadi percontohan utk penyelesaian masalah air bersih di Bali karena kasus serupa juga terjadi di beberapa daerah,” pungkasnya.

Akses air bersih yang selama ini bukan seperti hal penting ternyata adalah sebuah kemewahan hidup bagi masyarakat desa Ban. Beruntungnya, sosok bernama Reza Riyady Pragita bersama dengan komunitas balitersenyum.id dan masyarakat desa Ban mampu bergotong-royong untuk mengalirkan air bersih dari sumbernya langsung serta menghadirkannya dalam sebuah bak penampungan air ke tengah masyarakat. Aliran air yang ditunggu sungguh bermanfaat untuk keberlangsungan hidup serta peningkatan kualitas kesehatan. Serta, aliran air ini adalah perwujudan mimpi Reza menjadi nyala terang mereka yang membutuhkan. Hal ini senada dengan prinsip hidup Reza yang ingin selalu bermanfaat untuk sesama.

“Prinsip hidup saya adalah hidup seperti pohon, hidup untuk menghidupi. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk makhluk lainnya,” pungkas Reza.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Alasan Menikmati Weekend dengan Menyendiri di Tempat yang Tenang

17 Nov 2025, 18:48 WIBLife