Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Ciri Orang yang Butuh Kendali untuk Merasa Aman Menurut Psikologi

ilustrasi orang toksik (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi orang toksik (pexels.com/RDNE Stock Project)
Intinya sih...
  • Orang yang butuh kontrol sering meremehkan pasangan
  • Mereka terlalu clingy dan ucapannya sering menyakiti
  • Mereka posesif, mengatur segalanya, dan sikapnya sering membingungkan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada orang yang merasa aman saat bisa mempercayai orang lain, tapi ada juga yang hanya merasa tenang saat bisa mengendalikan segalanya. Tanpa disadari, mereka menjadikan kontrol sebagai cara utama untuk menjaga hubungan. Sering kali, orang seperti ini terlihat perhatian dan penuh inisiatif, tapi di balik itu ada keinginan kuat untuk memanipulasi pasangan.

Menurut psikologi, kebutuhan berlebihan untuk mengontrol biasanya muncul dari rasa tidak aman yang dalam. Mereka mungkin takut ditinggalkan, tidak dihargai, atau kehilangan arah jika tidak pegang kendali. Kalau kamu merasa hubunganmu seperti berikut, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang merasa aman hanya jika dia yang memegang kendali.

1. Mereka sering meremehkan

ilustrasi hubungan toxic (pexels.com/Vera Arsic)
ilustrasi hubungan toxic (pexels.com/Vera Arsic)

Orang yang butuh kontrol dalam hubungan biasanya suka membuat orang lain merasa tidak cukup baik. Mereka bisa mengejek, merendahkan, atau menyindir dengan dalih bercanda. Padahal sebenarnya, ini adalah cara halus untuk melemahkan rasa percaya diri orang lain.

Psikolog John Gottman menyebut bahwa sikap menghina atau meremehkan adalah salah satu tanda hubungan yang paling merusak. Ketika seseorang merasa terus dipandang rendah, lama-lama mereka akan mulai mempertanyakan harga dirinya sendiri.

2. Mereka terlalu clingy

ilustrasi hubungan asmara (pexels.com/Ba Tik)
ilustrasi hubungan asmara (pexels.com/Ba Tik)

Mereka yang tidak merasa aman sering kali menjadi terlalu lengket. Mereka ingin tahu terus di mana kamu berada, cepat marah kalau pesan tidak dibalas, atau selalu menempel seolah-olah tidak bisa hidup tanpamu. Sekilas terlihat perhatian, tapi sebenarnya itu adalah rasa takut kehilangan yang berlebihan.

Menurut penelitian di Journal of Personality and Social Psychology, orang dengan kecemasan tinggi dalam hubungan cenderung mencoba mengontrol pasangannya lewat kedekatan yang intens. Hubungan jadi terasa tidak seimbang karena satu pihak terus merasa dikejar dan diawasi.

3. Ucapannya sering menyakiti

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/Trinity Kubassek)
ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/Trinity Kubassek)

Mereka mungkin tidak kasar secara fisik, tapi kata-kata mereka bisa sangat tajam. Sering membuat komentar sinis, menyindir, atau mempermalukan di depan orang lain adalah cara mereka menunjukkan kuasa tanpa terlihat jelas.

Konsep dari Nonviolent Communication menjelaskan bahwa kata-kata yang menyakitkan bisa menurunkan harga diri dan membuat seseorang kehilangan keyakinan diri. Ini bukan sekadar bertengkar, tapi bentuk kendali emosional yang perlahan mengikis kepercayaan diri.

4. Mereka menyakiti secara fisik

ilustrasi hubungan toxic (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi hubungan toxic (pexels.com/Alena Darmel)

Meskipun hanya sekali, kekerasan fisik dalam hubungan adalah tanda bahaya serius. Banyak orang memilih diam atau memaklumi karena takut atau merasa bersalah, tapi kekerasan bukanlah ekspresi cinta melainkan itu bentuk penguasaan.

Menurut penelitian tahun 2023 pada jurnal Trauma Violence Abuse, kekerasan dalam hubungan sering kali muncul sebagai cara untuk mengendalikan, bukan karena kehilangan kontrol. Jika hal ini terjadi, itu bukan sekadar masalah pasangan, tapi masalah keselamatan dan kesehatan mental.

5. Mereka posesif dan mengatur segalanya

ilustrasi hubungan toksik (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi hubungan toksik (pexels.com/Timur Weber)

Mereka ingin mengatur cara berpakaianmu, siapa temanmu, atau bahkan hal-hal kecil seperti makanan yang kamu pilih. Semua dibungkus dengan alasan “sayang” atau “melindungi”, padahal sebenarnya itu cara mereka memastikan semua tetap sesuai keinginan mereka.

Penelitian dari Journal of Interpersonal Violence menyebut bahwa sikap posesif sering digunakan oleh orang yang merasa tidak aman. Mereka mengatur banyak hal agar tidak kehilangan kendali atas hubungan, tapi justru membuat pasangannya kehilangan kebebasan.

6. Sikap mereka sering membingungkan

ilustrasi bertahan di hubungan toksik (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi bertahan di hubungan toksik (pexels.com/Andres Ayrton)

Mereka bisa sangat manis hari ini, tapi dingin atau menjauh esok harinya. Bisa bilang “aku cinta kamu,” lalu tiba-tiba mengancam ingin putus. Pola ini membuat orang lain bingung dan terus-menerus menebak-nebak apa yang harus dilakukan agar hubungan tetap baik.

Fenomena ini dikenal sebagai intermittent reinforcement, yaitu kasih sayang yang datang dan pergi tanpa pola yang jelas. Menurut studi tahun 2013 dalam Journal of Social and Personal Relationships, pola ini bisa membuat seseorang kecanduan secara emosional, karena terus berharap pada momen-momen manis yang muncul sesekali.

Beberapa orang membutuhkan kontrol untuk merasa aman, tapi jika caranya menyakiti atau mengatur secara berlebihan, hubungan pun berubah jadi sumber tekanan. Menyadari tanda-tandanya bisa membantumu memahami kapan hubungan sudah tidak lagi sehat. Apakah kamu pernah mengenali salah satu dari tanda-tanda ini dalam hubungan di sekitarmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Mengubah Rasa Kesepian Jadi Waktu yang Bermakna, Yuk Coba!

08 Sep 2025, 11:16 WIBLife