Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips agar Grup Wali Murid Gak Jadi Ajang Adu Gaya Hidup

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/Luis Sevilla)
Intinya sih...
  • Sejak awal pembentukan utarakan komitmen ini
  • Utarakan harapan agar grup wali murid tak menjadi ajang adu gaya hidup
  • Bikin acara bisa di mana saja, gak harus di tempat mahal
  • Hindari membicarakan harga dan merek barang secara berlebihan dalam grup wali murid
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjadi orangtua berarti juga punya banyak teman baru. Mereka adalah sesama wali murid (walmur) di sekolah anakmu. Meski kalian hanya bertemu sesekali tidak mungkin sama sekali tak saling berinteraksi.

Dari awalnya kamu hanya bertegur sapa dengan mereka, lalu masuk ke grup wali murid dan wali kelas. Di kemudian hari barangkali ada grup yang hanya berisi sesama orangtua siswa. Dari sini mulai ada komunikasi yang lebih intens dan berbagai acara di luar keperluan sekolah anak.

Seperti arisan, jalan-jalan, saling mengunjungi rumah, dan sebagainya. Namun, ada satu hal yang paling bikin malas yaitu bila kumpulan walmur justru menjadi ajang adu gaya hidup. Untuk mencegah agar grup wali murid gak jadi ajang adu gaya hidup, lakukan langkah-langkah berikut ini.

1. Sejak awal pembentukan utarakan komitmen ini

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika kamu baru saja mendaftarkan anak ke sekolah, penting untuk sejak awal mewaspadai kumpulan walmur yang berujung adu gaya hidup. Kalau sudah ada orangtua murid yang mengajak supaya kalian lebih dekat, terbuka saja. Intinya, dirimu mendukung gagasan itu.

Kedekatan para orangtua murid diharapkan juga bikin anak-anak lebih akrab. Bila ada masalah apa pun terkait mereka di sekolah bisa dibicarakan baik-baik serta secepatnya. Namun, sampaikan harapanmu agar grup walmur ini tak seperti kelompok lain di luar yang kurang baik.

Setiap orangtua hanya perlu menjadi diri sendiri, tidak berlebih-lebihan, dan mengutamakan kesederhanaan. Jangan sampai circle tersebut menjadi sumber tekanan psikis dan finansial bagi sebagian anggotanya. Asal hal ini diutarakan dengan bahasa yang baik, banyak orang akan sepakat.

2. Bikin acara bisa di mana saja, gak harus di tempat mahal

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/Iwaria)

Sering kali kelompok wali murid bikin berbagai acara di luar sekolah. Bisa arisan, piknik, atau sekadar ngopi. Penting untukmu pelan-pelan berusaha memengaruhi anggota grup. Yaitu, agar pertemuan tak selalu harus di tempat-tempat mahal.

Sesekali di rumah makan oke. Namun, sekadar di rumah salah satu orangtua juga bisa. Atau, janjian di taman kota. Kalaupun kalian mau bertemu di tempat makan biar bisa sekalian jajan, gak wajib di restoran atau kafe mahal.

Kalian dapat bertemu di UMKM mana pun. Selama tempat duduknya tersedia bukan masalah. Jika pilihan tempat merakyat pasti lebih banyak wali murid yang mau rutin ikut kumpul.

3. Dilarang sibuk membahas harga barang-barang yang dipakai

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/ELEVATE)

Setiap barang yang dipakai anak dan orangtua tentu ada harga dan mereknya baik terkenal atau tidak. Akan tetapi, membicarakannya sepanjang waktu tidak penting dilakukan. Lihat barang sebagai sesuatu yang hanya untuk digunakan.

Bukan barang buat dipamerkan. Meski kelihatannya sederhana, sikap pamer dapat dimulai dari kesukaan membahas harga serta merek. Nanti ada pandangan bahwa barang ini lebih bagus karena lebih mahal dan mereknya terkenal.

Jika seperti itu, pasti anggota menjadi malu kalau mau memakai barang yang lebih murah serta mereknya gak populer. Kalau ada orangtua yang menanyakan harga serta merek, orangtua lain mesti menjawab secukupnya saja. Masing-masing menjaga diri dari keinginan terus membahasnya.

4. Gak ribet tentang outfit saat kumpul-kumpul

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/PICHA Stock)

Outfit ini tampak sangat menonjol di banyak kumpulan orangtua murid. Setiap akan ada pertemuan atau kegiatan bareng, pembahasan tentang pakaian paling berlarut-larut. Biasanya harus pakaian dengan warna dan model tertentu.

Meski tak ada ketentuan seputar merek, tetap saja ini merepotkan. Juga pada akhirnya mendorong orang untuk unjuk gaya hidup. Orangtua yang keberatan beli baju melulu cuma buat kumpul-kumpul dipandang tidak mampu.

Sementara orang yang merasa dompetnya tebal terus saja mengusulkan pakaian yang berbeda-beda tiap kumpul-kumpul. Dalam waktu singkat bakal tercipta kesenjangan. Jumlah anggota walmur yang rajin datang ke pertemuan pun berkurang.

5. Berkumpul hanya dengan orang yang sefrekuensi

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/Alina Matveycheva)

Kamu sudah berusaha bikin circle wali murid sehat. Akan tetapi, kadang gak semudah itu. Sebagian orang sependapat denganmu. Sisanya justru menjadi kurang menyukaimu.

Atau, sejak awal dirimu sudah melihat mayoritas orangtua suka menonjolkan gaya hidupnya yang wah. Kamu gak usah susah-susah berusaha mengubah semua orang. Toh, kegiatan kumpul-kumpul bersama mereka sebenarnya tak wajib.

Menjalin tali silaturahmi bisa dilakukan dengan sekadar tetap bertegur sapa dengan sopan. Kamu tidak perlu ikut kumpul-kumpul di luar sekolah dengan wali murid lainnya. Dirimu dapat lebih mendekat ke orangtua murid yang sama-sama gak suka menonjolkan gaya hidup demi pengakuan.

6. Kumpul-kumpul diisi kegiatan yang lebih bermanfaat

kumpulan wali murid
ilustrasi kumpulan wali murid (pexels.com/Ninthgrid)

Kegiatan kumpul-kumpul wali murid sering cuma diisi dengan mengobrol tanpa arah yang jelas. Tadinya soal anak, lambat laun menjadi membicarakan orangtua murid lain yang gak datang. Akhirnya terjadi pergunjingan. Bisa juga saling menyombongkan diri demi validasi.

Supaya grup wali murid gak jadi ajang adu gaya hidup dan lebih bermakna, usulkan untuk mengadakan kegiatan lain. Orientasinya bukan cuma buat mereka, tapi juga sesama. Misalnya, setiap Jumat kalian berkumpul untuk membagikan makanan atau sembako gratis bagi masyarakat yang membutuhkan.

Aktivitas positif seperti ini akan sangat mengurangi hal-hal negatif yang kerap mewarnai circle. Kegiatan sosial itu juga dapat menjadi contoh untuk anak-anak. Mereka bisa dilibatkan langsung jika ada libur di hari Jumat, pulang lebih awal, atau kegiatannya diselenggarakan setiap Minggu.

Adanya kumpulan wali murid kadang memang bikin kamu serba salah. Dirimu tidak mengikutinya sama sekali nanti dikira sombong dan berpengaruh pada anakmu di sekolah. Seperti anak cenderung dikucilkan. Akan tetapi, kamu mau saja mengikuti setiap aktivitas atau perilaku mereka yang cuma unjuk gaya hidup juga menyiksa. Terapkan batasanmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Pilih Episode Upin & Ipin, Kamu Jago Matematika atau Seni?

18 Nov 2025, 17:20 WIBLife