Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kebiasaan Cut Off Orang? Ini 5 Dampak Buruk yang Akan Kamu Rasakan

ilustrasi cewek sedih (unsplash.com/Beniamin Şinca)
ilustrasi cewek sedih (unsplash.com/Beniamin Şinca)
Intinya sih...
  • Semakin sering memutuskan hubungan, semakin sulit mempercayai orang baru dan menciptakan trust issues.
  • Kebiasaan cut off membuat kemampuan komunikasi menurun dan menghindari pengalaman untuk belajar menyelesaikan konflik.
  • Reputasi pribadi yang sulit diajak berkompromi dapat merusak hubungan personal, peluang karier, dan koneksi profesional.

Pernah gak sih kamu merasa kesal lalu langsung memutuskan hubungan dengan seseorang, entah itu block, unfollow, atau bahkan mengabaikan mereka sepenuhnya? Mungkin, kamu merasa langkah ini adalah cara terbaik untuk menjaga ketenangan diri. Tapi, kebiasaan cut off orang terlalu sering bisa jadi bumerang untuk diri sendiri, lho.

Memutuskan hubungan memang kadang diperlukan, terutama jika itu terkait toxic people. Tapi, kalau kamu menjadikannya solusi utama untuk setiap konflik kecil, kebiasaan ini justru bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan kehidupan sosialmu. Nah, berikut lima dampak buruk kebiasaan cut off yang perlu kamu waspadai!

1. Trust issues jadi semakin parah

ilustrasi psikolog (pexels.com/Antoni Shkraba)

Semakin sering kamu memutuskan hubungan, semakin sulit juga untuk mempercayai orang baru. Kebiasaan ini membuatmu terbiasa berpikir bahwa semua orang akan mengecewakan, sehingga kamu memilih untuk menutup diri lebih awal.

Tanpa kamu sadari, ini menciptakan lingkaran setan trust issues. Bahkan saat ada orang yang tulus ingin mendekat, kamu sudah keburu membangun tembok tinggi dan siap "angkat kaki" kapan saja. Akibatnya, hubungan yang sehat jadi sulit terwujud.

2. Menurunnya kemampuan komunikasi dan problem solving

ilustrasi marah (pexels.com/Alex Green)

Cut off orang memang terasa seperti solusi instan, tapi itu justru membuat kemampuan komunikasimu menurun. Padahal, menghadapi konflik adalah bagian penting dari pengembangan diri.

Kalau kamu terus menghindari masalah, kapan kamu akan belajar cara berkomunikasi yang efektif atau menyelesaikan konflik dengan kepala dingin? Sama seperti otot, kemampuan ini perlu dilatih melalui pengalaman, bukan dihindari.

3. Reputasi sosial bisa ikut rusak

ilustrasi bekerja (pexels.com/Yan Krukau)

Di era digital seperti sekarang, reputasi itu penting banget. Kebiasaan cut off berlebihan bisa membuat orang-orang menganggapmu sebagai pribadi yang kekanak-kanakan atau sulit diajak berkompromi.

Bayangkan jika reputasimu sebagai "orang yang gampang cut off" menyebar. Hal ini gak cuma merusak hubungan personal, tapi juga bisa memengaruhi peluang karier dan koneksi profesionalmu. Ingat, first impression itu berharga, jadi jangan sampai kebiasaan ini merusaknya.

4. Pertumbuhan emosional jadi terhambat

ilustrasi lelah (pexels.com/MART PRODUCTION)

Setiap konflik sebenarnya adalah kesempatan untuk bertumbuh. Ketika kamu terus-menerus menghindar dengan cara memutuskan hubungan, kamu kehilangan peluang untuk belajar memahami emosi diri sendiri dan orang lain.

Akibatnya, kamu jadi sulit menghadapi situasi emosional yang kompleks. Kebiasaan ini membuatmu terjebak dalam pola yang sama: menghindar, merasa terisolasi, lalu mengulangi kesalahan yang sama lagi.

5. Kesepian yang semakin dalam

ilustrasi cemas (pexels.com/Alex Green)

Ironisnya, semakin sering kamu cut off orang, semakin besar juga risiko merasa kesepian. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh hubungan bermakna. Ketika kamu memutuskan banyak koneksi, kamu juga kehilangan kesempatan untuk membangun support system.

Kesepian ini gak cuma bikin galau, tapi juga bisa berdampak serius pada kesehatan mental. Tanpa koneksi yang kuat, kamu mungkin merasa sendirian menghadapi berbagai tantangan hidup.

Nah, sudah paham kan kalau terlalu sering cut off orang itu gak baik? Memang, ada kalanya kita butuh membuat batasan dengan orang-orang tertentu. Tapi, bukan berarti setiap konflik harus diselesaikan dengan cara yang ekstrem ini. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us