8 Contoh Khutbah Jumat setelah Idul Adha, Penuh Pesan!

Kamu ingin membuat khutbah Jumat setelah Idul Adha? Coba perhatikan beberapa contoh berikut ini yang bisa jadi referensi ataupun inspirasi.
Ada banyak pesan penting berhubungan dengan Hari Raya Idul Adha, salah satu momen istimewa bagi umat Islam. Terutama ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih Nabi Ismail.
Melansir NU Online, berikut contoh khutbah bernuansa perayaan Idul Adha. Baca selengkapnya, yuk!
1. Khutbah Jumat tentang kemuliaan bulan Dzulhijjah

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِفَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Dalam kesempatan yang mulia, kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah dengan senantiasa melaksanakan segala perintahnya.
Dengan bekal taqwa inilah, semoga kelak kita menjadi penghuni surga, amin ya rabbal ‘alamin. Kemuliaan bulan Dzulhijjah sebagaimana dijelaskan oleh Al ‘Allamah Syaikh Abdul Hamid dalam kitab Kanzun Najah was Surur.
Di dalamnya terdapat kewajiban haji (rukun Islam). Dalam bulan Dzulhijjah, semua doa akan dikabulkan oleh Allah. Maka Allah mengabadikan kemulian sepuluh hari Dzulhijjah dalam Al-Qur’an:
وَالْفَجْرِ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Artinya: “Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1-2)
Ulama berbeda pendapat dalam memaknai ayat ini, seperti malam yang sepuluh itu ialah malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadan.
Dan adapula yang mengatakan sepuluh yang pertama dari bulan Muharram, termasuk di dalamnya hari ‘Asyura.
Peristiwa Idul Adha ini adalah mengenai khutbah Rasulullah Muhammad saw saat berkhutbah di depan para sahabatnya. Dalam kitab Khutubatun Nabi Rasulillah disampaikan bahwasanya Nabi Muhammad bersabda:
عن ابن عباس رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم خطب الناس يوم النحر فقال : يا ايها الناس اي يوم هذا؟ قالوا يوم حرام قال فاي بلد هذا؟ قالوا بلد حرام قال فاي شهر هذا قالوا شهر حرام. قال فان دماءكم واموالكم واعراضكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا في بلدكم هذا وفي شهركم هذا
Artinya: "Hadits dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Rasulullah berkhutbah kepada para umatnya pada Hari Raya Qurban."
Nabi bersabda: “Wahai para manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: Ini ini haram. Wahai para manusia, negara apakah ini? Mereka menjawab: Ini negara haram.Wahai para manusia, bulan apakah ini? Mereka menjawab: Ini bulan haram.”
Nabi Muhammad bersabda lagi: “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan anggota tubuhmu itu haram sebagaimana keharaman hari ini, di negara ini dan bulan ini." (HR Imam Bukhari)
Kalimat Rasulullah dalam khutbah itu diulang-ulang dan dilanjutkan dengan doa dan penegasan bahwa khutbah itu sebagai wasiyat pada umatnya.
Selain itu, jika Nabi Muhammad menyebut kata balad dalam khutbah Idul Adha, maka perlu kita ambil hikmah bahwa betapa cintanya Nabi Muhammad kepada tanah airnya. Sesuai dengan firman Allah Swt, yatiu:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya: “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Makkah). Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al Qashah: 85)
Di penghujung khutbah ini perlu ditegaskan kembali pentingnya umat Islam memuliakan agama dengan cara mengikuti seluruh perintah Allah. Umat Islam yang sudah kaya harta, diwajibkan untuk haji ke baitullah.
Demikian khutbah singkat ini kami sampaikan. Dengan semangat Idul Adha, mari kita tetap teguhkan bahwa agama Islam yang kita anut menjadi Islam rahmatan lil ‘alamin.
2. Khutbah Jumat setelah Idul Adha pendek
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Dalam melaksanakan ibadah kurban, penting bagi kita untuk memahami bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah daging atau darah hewan kurban, melainkan ketakwaan kita. Allah berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya."
(QS. Al-Hajj: 37)Oleh karena itu, marilah kita jadikan ibadah kurban sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan kepedulian sosial.
Dengan berbagi daging kurban kepada yang membutuhkan, kita mempererat tali persaudaraan dan menumbuhkan rasa empati dalam masyarakat.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
3. Khutbah Jumat tentang keutamaan berkurban

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada kita semua.
Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya. Salawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam.
Rasulullah saw berdakwah dalam bingkai rahmatan lil ‘alamin, beserta para sahabat, keluarga, dan semua pengikutnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti seluruh jejak langkahnya.
Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan salat Jumat ini.
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Salah satu media untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:
مَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
Artinya: Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang telah aku wajibkan baginya. Dan tidaklah mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya (HR Bukhari).
Perbuatan sunnah yang bisa kita lakukan sangat banyak macamnya, dan salah satunya adalah dengan cara berkurban. Berkurban merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam (sunnah muakkad)
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Berkurban pada Hari Raya Idul Adha memiliki nilai keutamaan dan kemuliaan yang sangat tinggi, dan merupakan salah satu perbuatan yang sangat disenangi oleh Allah.
Allah segera mempersiapkan pahala kepada orang-orang yang berkurban, walaupun pisau baru digesekkan pada leher hewan tersebut, bahkan sebelum darahnya membasahi tanah.
Demikian khutbah Jumat perihal keutamaan dan pahala yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berkurban.
Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
4. Khutbah meneladani keteguhan Nabi Ismail
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ الْخَاطِئَةَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.
Maasyiral muslimin rahimakumullah.
Dalam peristiwa Idul Adha, kita mengenang keteguhan dan ketaatan Nabi Ismail AS yang rela menerima perintah Allah untuk disembelih oleh ayahnya, Nabi Ibrahim. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya ketaatan total kepada Allah.
Allah Swt berfirman:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Artinya: "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya." (QS. Ash-Shaffat: 103)
Keteguhan Nabi Ismail menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi ujian kehidupan dengan sabar dan ikhlas.
Demikian khutbah perihal belajar dan meneladani ketegaran jiwa Nabi Ismail dalam peristiwa kurban.
Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai orang-orang yang bisa bersabar dalam menjalani semua ujian dari-Nya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
5. Khutbah tentang haji dan kurban

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ : فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ. وَقَالَ اَيْضًا: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah salat Idul Adha rahimakumullah. Mengawali khutbah Idul Adha ini, khatib mengajak seluruh jamaah, wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Di antara nikmat nyata dan agung yang kita rasakan saat ini adalah nikmat iman, Islam dan nikmat sehat dan umur panjang.
Dengan nikmat tersebut kita masih dipertemukan dengan Hari Raya Idul Adha 1446 H dan masih mampu menjalankan ibadah-ibadah yang ada di bulan Dzulhijjah yang mulia ini.
Jamaah salat Idul Adha rahimakumullah, perlu kita ingat kembali, ada dua momentum ibadah yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha.
Dua ibadah tersebut membutuhkan keikhlasan tingkat tinggi dan bisa menjadi salah satu barometer keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah.
Lalu, mengapa kurban dan haji mampu menjadi salah satu barometer atau tolok ukur keimanan kita?
Terkait dengan perintah berkurban, Allah telah memerintahkannya dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر
Artinya: “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya: “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”.
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Artinya: "Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)".
Ayat ini tegas memerintahkan kita berkurban untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita diperintahkan untuk menyisihkan harta yang kita miliki dan berbagai daging hewan kurban demi mendekatkan diri kepda Allah.
Dalam hadits disebutkan:
مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخِلَافَةَ عَلَى تِرْكَتِهِ
Artinya: “Tidaklah seorang hamba memperbaiki sedekahnya kecuali Allah memperbaiki pengganti atas harta tinggalannya.” (HR Ibnu al-Mubarak).
Jamaah salat Idul Adha rahimakumullah.
Demikian khutbah Idul Adha ini, semoga bisa memotivasi dan menginspirasi kita semua untuk dapat menjalankan perintah Allah yakni berkurban dan berhaji ke Baitullah sebagai barometer keimanan kita.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
6. Idul Adha sebagai momentum kebahagiaan
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، (3 مَرَّاتٍ) وَللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الأَمِيْنِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh.
Hari raya sejatinya adalah hari yang dirayakan setelah seorang hamba melakukan berbagai ketaatan dan penghambaan kepada Allah.
Idul Adha sejatinya adalah bagi mereka yang telah sungguh-sungguh melaksanakan ibadah puasa dan berbagai ibadah di bulan Ramadlan.
Dan Idul Adha sejatinya adalah bagi mereka yang telah menjalankan rukun haji yang paling utama, yaitu wukuf di ‘Arafah.
Orang-orang yang tidak mendahului dua hari raya dengan berbagai ketaatan dan ibadah, lalu apa yang mereka rayakan?
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ
Hadirin jamaah salat Idul Adha. Hari raya sejatinya bukanlah hari kegembiraan bagi sebagian orang. Pada hari raya, semestinya yang berbahagia bukanlah orang-orang tertentu.
Seharusnya kita semua bergembira. Seharusnya kita semua berbahagia. Karena hari raya sejatinya adalah hari raya seluruh umat.
Terakhir, jangan lupa bahwa sebagaimana Nabi Ibrahim telah lulus dalam ujian iman, kita pun pasti akan diuji oleh Allah. Entah dengan kehilangan, kesulitan, godaan, atau ujian lainnya. Tapi ingatlah
Artinya: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Dan orang-orang beriman, Allah janjikan kemenangan dan kebahagiaan.”
Semoga Allah menerima ibadah kita, kurban kita, dan menjadikan Idul Adha tahun ini sebagai titik awal penguatan iman kita yang sejati.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
7. Mencari keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَ يَوْمَ الْأَضْحَى عِيدًا وَمَوْسِمًا لِلْخَيْرَاتِ وَالطَّاعَاتِ، وَتَكْفِيْرِ الذُّنُوْبِ وَالرَّفْعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً نَرْجُو بِهَا الْفَوْزَ يَوْمَ الْمَقَامَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، خَاتَمُ النَّبِيِّينَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنِّي أُوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللهِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ (QS. Al-Ma'idah: 35)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Hari ini, kita merayakan Idul Adha, hari yang penuh makna dan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan sejati dari Idul Adha bukan hanya dari mereka yang mampu berkurban, tetapi juga oleh seluruh umat Islam.
Idul Adha mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Melalui ibadah kurban, kita diajarkan untuk menyisihkan sebagian dari rezeki kita guna membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Dengan demikian, kebahagiaan Idul Adha dapat dirasakan oleh semua orang, tanpa terkecuali.
Maasyiral muslimin yang berbahagia.
Mari kita jadikan Idul Adha ini sebagai momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan kepedulian sosial.
Dengan berbagi daging kurban kepada mereka yang membutuhkan, kita tidak hanya menjalankan perintah Allah, tetapi juga menyebarkan kebahagiaan kepada sesama.
Rasulullah saw bersabda:
"Tidaklah beriman, orang yang kenyang sementara tetangganya lapar di sampingnya." (HR. Al-Baihaqi)
Mari kita renungkan hadits ini dan berusaha untuk menjadi pribadi yang peduli terhadap kondisi saudara-saudara kita. Dengan demikian, Idul Adha benar-benar menjadi hari raya yang membawa kebahagiaan bersama.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
8. Khutbah Jumat setelah Idul Adha yang singkat
Jamaah sekalian yang dirahmati Allah.
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat-Nya. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad yang telah mencontohkan makna pengorbanan sejati.
Jamaah salat Jumat yang berbahagia.
Idul Adha mengingatkan kita pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ibadah kurban adalah salah satu sunah yang sangat dianjurkan Rasulullah.
Melalui kurban, kita diajarkan untuk menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menumbuhkan rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Kurban juga merupakan bentuk kepedulian sosial.
Inilah wujud nyata cinta kepada Rasulullah, mengikuti sunnah beliau dan menebar manfaat bagi sesama.
Itulah contoh-contoh khutbah setelah Idul Adha dengan berbagai pembahasan yang menarik. Semoga kita meneladani hikmah Idul Adha, ya.