Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Norbet Melalui Gerakan WCDI: Aksi Bersih untuk Kota Kasih

Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang
Potret Norbet (ujung paling kiri) bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang. (dok.pribadi/Norbet U.K. Laki Pali)

Dari kota kasih, spirit yang tak pernah padam untuk memerangi masalah sampah, eksis dalam diri seorang pemuda bernama Norbet U.K. Laki Pali, akrab disapa Norbet. Berbekal pengetahuan dan mental yang telah ditempa di forum remaja PKBI, dia optimis menggalakan kegiatan aksi bersih yang merangkul hampir ratusan partisipan orang muda di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Berkat lingkungan pergaulan di forum remaja PKBI mempertemukan Norbet dengan anak-anak muda yang tertarik pada isu lingkungan. Perkenalan tersebut meningkatkan kesadaran pribadinya atas masalah sampah plastik. Puncaknya ia berkenalan dengan gerakan WCDI (World Cleanup Day Indonesia) yang membuatnya terpanggil untuk menggerakkan aksi bersih di Kota Kupang.

Bersama rekan-rekan seperjuangannya, mereka menelusuri sungai, pantai, pinggir jalan, hingga pasar untuk memungut dan memilah sampah plastik. Menariknya, tak hanya sebatas memilah sampah, di balik ekspedisi aksi bersih ini, tersirat pula dampak berkualitas yang bisa jadi mengubah cara pandang kita terhadap pengelolaan sampah.

Penasaran seperti apa perjalanan insipiratif dari Norbet melalui aksi bersih untuk kota kasih? Yuk, simak kisah lengkapnya berikut!

1. Dari forum remaja PKBI hingga ke barisan gerakan WCDI

Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang
Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang. (dok.pribadi/Norbet U.K. Laki Pali)

Siapa sangka perjalanan Norbet yang awalnya hanya menggeluti isu seputar kesehatan mental, kespro, dan HKSR, justru menjadi jembatan bagi dia untuk memasuki isu yang begitu urgen di era antroposen saat ini, yakni isu lingkungan. Perlahan tapi pasti, rasa peduli dan ketertarikannya terhadap isu lingkungan ini makin eksis sejak dia mengetahui tentang gerakan WCDI (World Cleanup Day Indonesia) dari temannya pada 2020 silam.

"Oke, sebenarnya mungkin sedikit cerita ya, kenapa pada akhirnya terjun di dunia lingkungan. Jadi sebelumnya aku dibesarkan di PKBI di forum remaja yang fokus pada isu kesehatan, Kespro, HKSR maupun kesehatan mental. Itu di dalam perjalanan itu saya bertemu dengan teman-teman orang muda yang mereka, tuh, tertarik pada isu lingkungan. Mulai sekitar 2020, kemudian saya coba cari tahu waktu itu yang sempat ada teman ikut itu namanya WCDI (World Cleanup Day Indonesia). Nah, jadi saya cari tahu apa itu WCDI. Setelah saya cari tahu, ternyata itu salah salah satu gerakan yang paling besar yang sudah ada di 200 lebih negara. Dia bukan organisasi, tetapi di Indonesia bagaimana supaya secara hukum dia ada, makanya teman-teman di Indonesia, buatlah untuk ini apa hukumnya, gitu. Makanya dia punya organisasi sendiri World Cleanup Day," ungkap Norbet saat menceritakan awal mula ketertarikannya terhadap WCDI.

Nah, WCDI (World Cleanup Day Indonesia) merupakan salah satu cabang dari gerakan bersih-bersih dunia (World Cleanup Day) dari sampah yang diselenggarakan oleh organisasi Let's Do It! di Indonesia. Gerakan aksi bersih-bersih ini telah digelar di Indonesia sejak 2018 dan melibatkan hingga ribuan orang muda di seluruh kota maupun kabupaten di Indonesia untuk bekerja sama memungut dan memilah sampah plastik di daerahnya masing-masing. Dilansir, indorelawan.org, faktanya pada rentang periode 2018--2021, melalui kolaborasi yang terbangun dalam gerakan WCDI, tercatat ada 43.234.680 kg sampah yang berhasil dikumpulkan.

Terinspirasi dengan semangat gerakan ini, pada 2024, Norbet pun memutuskan untuk bergabung dalam gerakan WCDI (World Cleanup Day Indonesia) yang cabangnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya, dia juga terpilih sebagai leader WCDI cabang Kota Kupang. Dalam momen ini, dia menemukan sejumlah fakta miris tentang masalah sampah di NTT, yang pada akhirnya semakin menggugah dia untuk mendorong eksisnya kegiatan aksi bersih, khususnya di Kota Kupang.

2. Kegiatan aksi bersih melibatkan kolaborasi dengan berbagai komunitas

Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang
Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang. (dok.pribadi/Norbet U.K. Laki Pali)

Bisa dibilang kegiatan aksi bersih ini menjadi semacam wadah yang merangkul berbagai komunitas untuk bekerja sama menghadapi masalah sampah di Kota Kupang. Terdapat hampir 20 komunitas di Kota Kupang yang sering berpartisipasi dalam aksi bersih yang dilakukan Norbet dan timnya. Beberapa di antaranya, seperti donasi sampah, sobat bumi, Karya Salemba Empat (KSE), teman-teman multikultural, koalisi kopi, dan lain-lain.

Menariknya, melalui kolaborasi ini tercipta kreativitas dan inovasi dari sampah yang dipungut dan dipilah. Misalnya, sampah-sampah yang dipilah dalam aksi bersih dan dianggap masih bisa dimaksimalkan akan dipisah dan diberikan kepada teman-teman dari komunitas donasi sampah, sehingga mereka akan sortir lagi sampah-sampah tersebut dan kemudian menjualnya di bank sampah. Tak hanya itu saja, sampah-sampah yang dihasilkan ini juga dapat digunakan untuk pembuatan ecobrick.

"Kemudian kita juga, ada beberapa manfaat sampah, salah satu ada ecobrick juga, ya, lewat kolaborasi dengan teman-teman komunitas lain, kita juga nanti ikut kebagian di dalam, mungkin isi materi di sekolah, bagaimana sampah-sampah plastik ini di sekolah, teman-teman tidak hanya pilah, kalau pilah ya, nanti mau dikemanain gitu. Tapi, dengan program-program kecil, seperti pembuatan ecobrick, nanti teman-teman juga akan mengajarkan cara buat ecobrick seperti apa, nanti hasilnya itu dibuat seperti apa. Nah, ternyata tadi melalui ruang kolaborasi itu, akhirnya banyak produk-produk yang lahir," ujar Norbet.

Jadi, berkat kolaborasi antar berbagai komunitas, sampah-sampah yang dipungut dan dipilah dalam aksi bersih tidak semuanya berakhir begitu saja di TPA, tetapi ada juga yang bisa dimanfaatkan kembali bahkan sampai menghasilkan uang. Norbet menyebutkan bahwa hasil penjualan sampah dari teman-teman donasi sampah ada yang disalurkan untuk membantu keperluan operasi kanker.

Kolaborasi ini turut menciptakan pula peluang untuk terjalinnya kerja sama berkelanjutan dan kontribusi suportif antar komunitas yang tidak hanya terjadi di kegiatan aksi bersih saja, tetapi juga di kegiatan-kegiatan serupa yang dilakukan oleh komunitas lainnya. Hal ini tanpa disadari membuka akses bagi setiap orang untuk terlibat ke dalam ranah yang makin luas dan tak hanya terbatas pada satu isu atau masalah lingkungan.

Nah, di samping itu, dalam aksi bersih ini ada juga keterlibatan pelajar dari kampus kesehatan, khususnya yang memiliki fokus di isu lingkungan. Bahkan, nyatanya kegiatan ini juga mampu menggerakkan masyarakat sekitar lokasi clean up untuk turut terlibat saat eksekusi aksi bersih.

3. Eksekusi aksi bersih sederhana namun mampu membangun self awareness hingga ruang aman

Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang
Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang. (dok.pribadi/Norbet U.K. Laki Pali)

Layaknya kegiatan clean up pada umumnya, aksi bersih yang dilakukan oleh Norbet dan timnya pun sederhana dan tidak memberatkan. Sebelum eksekusi aksi bersih, Norbet dan tim internal akan berdiskusi terkait rancangan kegiatan dan melakukan survei di lokasi-lokasi yang dianggap banyak sampahnya. Nah, adapun lokasi aksi bersih yang paling ditargetkan adalah pantai dan muara karena dinilai memiliki sampah paling banyak.

Setelah lokasi aksi bersih ditetapkan, mereka akan menyebarluaskan informasi kegiatannya menggunakan flyer ke grup relawan WCDI regional NTT, media sosial pribadi masing-masing pengurus hingga meminta bantuan repost info tersebut kepada teman-teman relawan lainnya. Selain itu, mereka juga akan menghubungi komunitas-komunitas terkait dan DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan) Kota Kupang untuk memfasilitasi pengangkutan sampah dengan menggunakan truk.

Untuk pelaksanaannya, aksi bersih ini biasa terjadi pada hari sabtu pagi atau sore. Para partisipan akan diarahkan ke titik pemungutan sampah plastik dan setelah mereka memungut dan memilah sampah, mereka akan membawa sampah tersebut menuju truk yang disiapkan DLHK serta menghitung pula total sampah yang berhasil dikumpulkan. Meskipun eksekusi kegiatan aksi bersih ini mungkin terdengar sederhana dan biasa saja, di balik prosesnya tersirat dampak berkualitas bagi para partisipan.

Melalui partisipasi langsung dalam proses pemungutan dan pemilahan sampah ini, para partisipan mendapatkan kesempatan untuk melihat dan merasakan sendiri tidak enaknya terkena dampak dari perilaku orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Hal ini selanjutnya berpeluang untuk menciptakan self awareness (kesadaran diri) para partisipan untuk memperbaiki pola habit membuang sampah agar lebih berhati-hati dan bertanggung jawab.

Di samping itu, kegiatan ini juga membuka ruang aman bagi para partisipan sehingga mereka bisa berdiskusi tentang banyak hal dan mendapatkan lingkungan yang suportif. Apalagi, keterlibatan banyak pihak dengan berbagai latar belakang bidang isu yang diminati, tentunya berpeluang menciptakan diskusi multi sektor. Jadi, dalam aksi bersih ini, bukan hanya masalah sampah yang dapat dibahas tetapi juga ada isu seperti perubahan iklim, perdagangan manusia, kekerasan seksual hingga kesehatan mental.

"Kita berhasil membangun ruang yang kreatif, ruang yang menarik, ruang aksi bagi teman-teman muda. Karena kita kan setiap aksi itu, kita buka secara terbuka. Siapa saja yang mau gabung tanpa membatasi umur, sehingga banyak lintas umur yang datang, hadir, kemudian terlibat langsung. Bahkan contoh teman-teman mungkin yang selama ini mereka kesulitan cari komunitas untuk gabung. Jadi ketika mereka melihat flyer yang dinaikkan, mereka tiba-tiba datang. Kemudian mereka langsung aksi itu. Sebenarnya secara tidak sadar, ketika teman-teman lagi pilih sampah, ketika melihat orang yang buang sampah di sekitar itu, itu kemarahan kadang timbul di dalam diri mereka. Dan di dalam titik itu saya sampaikan ke teman-teman, itulah poinnya teman-teman. Jadi ketika teman-teman pilih sampah dan ada orang yang buang sampah dan kalian marah sebenarnya itu adalah satu apa yang teman-teman lakukan selama ini. Jadi teman-teman selama ini buang sampah sembarangan dan tanpa pilah, sebenarnya ada orang-orang lain yang jadi korban dari apa yang kalian lakukan,"
jelas Norbet.

4. Tantangan dalam kegiatan aksi bersih

Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang
Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang. (dok.pribadi/Norbet U.K. Laki Pali)

Tidak semua orang merespon positif terhadap kegiatan aksi bersih yang dilakukan. Faktanya, masih terdapat segelintir orang yang menanggapi aksi mereka hanya sebatas memindahkan sampah.

Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat Norbet, karena sejatinya dia tahu dan merasakan langsung value dari kegiatan aksi bersih yang tidak hanya berdampak bagi dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan dan orang lain. Keyakinan dan nilai ini pula yang dia tanamkan kepada setiap orang yang ikut dalam aksi bersih agar tidak terpengaruh dengan apa yang dikatakan.

Selain itu, keterbatasan jumlah tim internal juga menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam pelaksanaan aksi bersih. Mengingat bahwa kegiatan yang berhasil menarik keterlibatan banyak orang muda ini nyatanya membuat tim internal kesulitan untuk mengkoordinir semua partisipan. Maka, untuk mengatasi hal ini, mereka meminta bantuan sesama teman dari komunitas lain sehingga kegiatan bisa terus berjalan kondusif.

Di samping itu, mereka juga terkendala finansial. Namun menariknya, sejauh ini sumber dana untuk membeli beberapa kebutuhan guna menunjang jalannya aksi bersih selalu murni dari hasil kolektif antara Norbet dan timnya. Meski nominal yang terkumpul kecil, mereka selalu berusaha memaksimalkan keterbatasan dana tersebut. Salut banget sama usaha mereka, ya!

5. Harapan bagi keberlanjutan kegiatan aksi bersih

Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang
Potret Norbet bersama para relawan dalam kegiatan aksi bersih di Kota Kupang. (dok.pribadi/Norbet U.K. Laki Pali)

Norbet berharap bahwa ke depannya kegiatan aksi bersih ini akan terus eksis dan semakin memicu spirit orang-orang muda, khususnya di Kota Kupang untuk berkontribusi terhadap persoalan-persoalan lingkungan. Minimal, melalui aksi bersih ini mereka bisa memiliki kesadaran diri (self awareness) tentang pentingnya kontribusi mereka dalam memerangi masalah sampah. Sehingga, pada gilirannya, mereka bisa mempengaruhi diri sendiri untuk mulai berbenah dengan membiasakan diri memilah dan membuang sampah pada tempatnya.

Dia juga berharap bahwa dengan merasakan langsung benefit dari aksi ini, orang-orang muda terus memiliki semangat untuk bertindak. Kritik atau respons negatif terhadap aksi yang mereka lakukan masih saja ada. Namun, ini tidak boleh menjadi penghalang untuk menghentikan keterlibatan mereka dalam aksi bersih maupun kegiatan-kegiatan serupa lainnya.

Lebih dari itu, melalui kegiatan ini pula semakin banyak orang muda yang bisa menemukan ruang-ruang aman. Ruang di mana mereka bisa saling bercerita mulai dari hal-hal seputar kehidupan mereka, perkuliahan atau kesulitan yang mereka temui hingga berdiskusi dan berbagi informasi secara gratis serta tidak terbatas pada satu isu atau persoalan saja. Dari sinilah mereka bisa menemukan dan membangun networking yang membuka jalan untuk mendapatkan akses edukasi yang interaktif, suportif, dan tidak hanya berbasis pada teori tetapi ada implementasinya.

Buah dari semangat dan perjuangan Norbet melalui aksi bersih ini pada akhirnya membawa dia menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra di bidang lingkungan pada 2024. Kisah inspiratif Norbet melalui aksi bersih menjadi bukti bahwa tindakan yang terlihat sederhana nyatanya bisa menciptakan dampak berkualitas bagi diri sendiri, lingkungan, dan sesama. Semoga aksi bersih ini selalu eksis di kota kasih!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Life

See More

TKA Susulan 2025: Jadwal, Peserta, dan Proses Lengkapnya

10 Nov 2025, 16:20 WIBLife