Kisah Reza Riyady Dekatkan Sumber Air, Buat Senyum Warga Desa Terukir

Jika bicara tentang Bali, terbayang alam dan pemandangannya yang indah, seni dan tradisinya yang kental, hingga kulinernya yang menggugah selera. Namun, siapa sangka dibalik gemerlapnya Bali sebagai tujuan wisatawan, ada sebuah desa kecil yang bahkan masyarakatnya harus merelakan tidak gosok gigi demi bisa minum. Ini karena di desa tersebut air bersih sungguh sangat langka.
Sulitnya air bersih membuat seorang pemuda dengan latar belakang perawat bernama Reza Riyady Pragita tersentuh. Dengan tekad yang kuat, dirinya ingin membantu masyarakat desa tersebut mendapat akses air bersih. Dengan segala keterbatasan dan perjuangan besar, melalui gerakan sumber air untuk sesama (SAUS), Reza mampu memberi dampak besar bagi seluruh masyarakat desa tersebut. Kisahnya sungguh menarik disimak, sehingga wajib baca artikel ini hingga selesai, ya!
1. Kondisi masyarakat Desa Ban yang kekurangan air, membuat Reza merinding dan sedih

Awal mula Reza menginisiasi program SAUS ialah pada 2019, saat dirinya berjalan-jalan ke sebuah desa bernama Ban di Kabupaten Karangasem, Bali. Reza yang memiliki komunitas sukarelawan bernama Bali Tersenyum.id, mengamati dibalik gemerlapnya Bali sebagai ikon pariwisata, terdapat sebuah desa yang kesulitan air. Reza sempat merinding dan menangis saat melihat para wanita di Desa Ban harus berjalan jauh untuk mengambil air demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Reza tak bisa membayangkan jika itu terjadi pada ibunya. Para wanita itu sudah harus merawat rumah, mendidik anak, serta menjaga keuangan rumah tangga, tetapi masih harus berjalan jauh untuk mengambil air.
"Saya melihat banyak deretan ibu-ibu mencari air di tempat yang cukup jauh. Saya cukup terharu karena ibu itu harus memasukkan air ke jerigen, terus dorong dengan jarak berkilo-kilometer," ucap Reza saat menjadi pembicara di Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025, Selasa (21/10/25).
Reza menceritakan kisah masyarakat Desa Ban, di mana mereka untuk mandi tiga hari sekali pun belum tentu bisa. Bahkan masyarakat desa tersebut enggan mencuci tangan maupun menggosok gigi, demi menghemat air bersih. Reza merasa pilu dan ironi, bagaimana bisa Bali yang terkenal akan wisatanya yang nomor satu, masih memiliki desa yang kesulitan air. Bahkan menurut penuturan warga desa, air bersih dijual sangat mahal, hingga Rp100 ribuan per drum. Jika ingin air gratis, warga desa harus menunggu bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Sehingga warga lebih memilih berjalan jauh ke sumber air.
2. Reza mendorong masyarakat Desa Ban bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi

Demi membantu masyarakat Desa Ban, Reza akhirnya mengumpulkan warga. Reza memiliki pendekatan community as partner (CAP) dalam menyelesaikan masalah. Sehingga Reza mendorong agar masyarakat Desa Ban bisa bersama-sama menyelesaikan masalahnya sendiri. Reza mengumpulkan masyarakat desa untuk berdiskusi bersama. Sebenarnya sebelum memutuskan menyediakan air bersih untuk masyarakat, Reza sempat mencetuskan bedah rumah warga. Namun, warga Desa Ban ternyata lebih membutuhkan air bersih agar tak perlu jauh mengambil ke sumber air, ketimbang bedah rumah yang sudah pernah dilakukan pemerintah setempat.
Reza bersama masyarakat desa membedah masalah yang ada. Menurut mereka, sumber air bersih sudah ada, hanya jaraknya sangat jauh dengan medan yang tidak mudah dilalui. Sehingga cukup merepotkan untuk terus-menerus mengambil air setiap hari. Akhirnya Reza dan masyarakat desa sepakat untuk membuat bak penampungan air dari sumber air bersih, sehingga masyarakat desa lebih dekat mengambil air. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan dana, karena membuat bak penampungan juga tidak cukup dengan uang kas desa, apalagi dengan uang pribadi Reza yang saat itu merupakan perawat honorer.
3. Usaha mencari donasi dilakukan, mendapat sambutan baik dari masyarakat, tetapi dana tak kunjung terkumpul

Demi mengumpulkan dana pembuatan bak penampungan air, Reza menyebarkan informasi melalui internet. Yakni melalui platform penggalangan dana online serta akun sosial media. Usaha Reza disambut baik, bahkan hingga ada publik figur yang membantu menyebarkan informasi donasi untuk Desa Ban mewujudkan bak penampungan air. Namun, usaha baik tak selalu berjalan mulus. Ada hambatan dan tantangan yang ditemui Reza.
Meski pesan untuk berdonasi disambut baik, tetapi jumlah uang yang dibutuhkan untuk membangun bak penampungan tak kunjung terkumpul. Reza membutuhkan biaya Rp30 juta untuk membangun bak penampungan air. Sedangkan hingga batas waktu donasi di platform penggalangan dana online selesai, dana yang terkumpul baru sekitar Rp2,8 juta saja. Jumlah yang sangat jauh dari yang dibutuhkan. Perasaan Reza campur aduk. Memiliki keinginan kuat untuk membantu dan sudah berjanji kepada warga desa untuk membuat bak penampungan, tetapi hasil donasi masih jauh dari yang dibutuhkan.
4. Peran pemerintah dirasa tidak banyak dalam mengatasi masalah kekurangan air di Desa Ban

Dana untuk membuat bak penampungan air secara mandiri susah terkumpul, Reza pun mengakui peran pemerintah untuk menangani kekurangan air di Desa Ban juga tidak banyak. Menurut Reza, pihak desa lebih banyak berperan untuk mewujudkan air bersih daripada pemerintah daerah. Selama Reza mendampingi, kepala desa atau kelian adat justru yang paling giat mengusahakan air bersih untuk warga. Reza dan warga setempat juga penasaran mengapa pemerintah daerah tidak menyentuh Desa Ban yang kekurangan air.
Menurut Reza, justru malah bupati dari kabupaten tempat dirinya tinggal yang membantu memviralkan usaha Reza membuat bak penampungan air. Bupati tersebut memanfaatkan sosial medianya yang memiliki cukup banyak pengikut untuk menarik donasi. Sekaligus membantu memberikan donasi dari kantung pribadinya. Bahkan menurut Reza, hingga sudah tidak menjadi bupati pun beliau masih menanyakan kelanjutan program air bersih yang Reza buat.
5. Sempat down karena donasi belum terkumpul, Reza akhirnya mendapat puluhan juta dari orang yang tak disangka

Perjuangan Reza demi membantu masyarakat Desa Ban yang kekurangan air memang tak mulus. Reza mengaku dirinya sempat down karena dana yang terkumpul belum tercukupi, bahkan sampai pihak desa menanyakan kelanjutan proyek. Reza sempat menangis kebingungan. Dirinya sudah terlanjur menjanjikan untuk membantu membuat bak penampungan air. Reza sempat mempertanyakan kembali tujuan dirinya melakukan usaha ini. Dia mempertanyakan komitmen dirinya. Bahkan sempat kepikiran bahwa proyek ini berisiko merugikan jika ternyata dirinya ditipu selama proses pengumpulan dana.
"Kendala saya pada saat itu adalah komitmen pada diri saya sendiri. Saya berpikir ngapain sih saya melakukan hal itu. Padahal mereka bukan keluarga saya. Dalam hati, ya Tuhan kok capek banget ya kayak gini bantu-bantuin orang," tutur Reza, menceritakan dirinya saat down.
Reza hanya bisa berdoa sambil menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dikerjakan dari hati, akan mengena ke hati orang lain. Sampai pada saat itu, ada seseorang dari Medan, Sumatera Utara, yang mengirim direct message (DM) ke sosial media Reza. Orang ini minta diceritakan bagaimana kondisi Desa Ban yang ingin Reza bantu. Orang tersebut berkata pada Reza bahwa dirinya ingin membantu, dan sempat melihat pemberitahuan donasi yang dipasang Reza pada platform online. Orang tersebut meminta rekening Reza agar bisa mengirim bantuan secara penuh, tanpa terpotong biaya platform. Reza bercerita bahwa orang tersebut ingin transfer dana sebesar Rp6 juta.
Namun, Reza terkaget-kaget saat melihat jumlah uang yang ditransfer oleh orang ini. Karena jumlahnya bukan Rp6 juta seperti yang dikatakan sebelumnya, melainkan Rp28 juta! Artinya, target untuk membuat bak penampungan air di Desa Ban sudah terpenuhi ditambah dengan donasi yang sudah terkumpul sebelumnya, bahkan melebihi yang dibutuhkan.
"Yang bikin saya syok, mereka itu bilang cuma mau kasih Rp6 juta lah gitu, ternyata mereka benar-benar ngasih Rp28 juta. Ya Allah serius, nih?" Ucap Reza.
Perasaan Reza semakin bercampur baur. Sempat down, mencoba kembali semangat, dan mendapatkan jalan keluar yang tak terduga-duga. Menariknya, Reza mencoba mencari tahu yayasan milik orang yang mendonasikan uang Rp28 jutanya. Namun, Reza tak menemukan yayasan tersebut di internet. Ini bagaikan mukjizat Tuhan karena niat tulus Reza membantu.
6. Bak penampungan air selesai dibuat, warga bisa terapkan pola hidup bersih dan sehat

Mengantungi dana Rp30 juta lebih, Reza langsung menghubungi petinggi desa dan kelian adat bahwa dana sudah terkumpul. Sehingga masyarakat bisa segera membuat bak penampungan air. Masyarakat gotong royong dari membeli peralatan dan bahan hingga membangun bak penampungannya. Sedangkan sisa uang pembangunan, digunakan membeli sembako untuk warga desa.
"Bak penampungan air itu yang buat masyarakat sendiri, jadi beli pipa beli semua itu di dekat desa, jadi beli alat pompanya, bikin beton bak penampungannya," Reza menceritakan.
Pada akhir Desember 2019, bak penampungan air Desa Ban akhirnya selesai dibangun. Dan saat diresmikan pada 5 Januari 2020, hujan pun turun. Menurut filosofi Bali, ketika melakukan kebaikan dan hujan turun, artinya alam semesta merestui. Kondisi hujan rintik-rintik juga membuat teduh acara peresmian bak penampungan, seolah Tuhan merestui niat baik Reza. Akhirnya masyarakat Desa Ban lebih mudah menerapkan pola hidup bersih dan sehat melalui bak penampungan air yang dibangun dengan bantuan Reza.
7. Rasa terima kasih warga karena bak penampungan air berhasil dibuat sampai bikin Reza terharu

Warga Desa Ban berterima kasih kepada Reza dan komunitasnya atas bak penampungan air yang berhasil dibuat. Reza menceritakan dengan haru, betapa warga dengan baik hati memberi hasil panen seperti ubi dan buah-buahan kepadanya atas bentuk terima kasih. Senyum yang terukir di wajah warga Desa Ban tak terlupakan. Bahkan kelian adat berjanji akan menjaga bak penampungan ini agar tidak terbengkalai, karena memang benar-benar dibuat oleh masyarakat desa secara gotong royong.
"Yang saya masih ingat banget itu ada nenek-nenek sama kakek-kakek dia pakai bahasa Bali halus, karena orang Karangasem. Mereka bilang terima kasih banget ya, saya gak tahu siapa kamu tapi terima kasih sudah bantu," kenang Reza.
Menurut Reza, dampak positif dari adanya bak penampungan air di Desa Ban, angka dehidrasi berat karena infeksi bakteri dari diare menurun. Reza sebagai perawat, dulunya sering mendapat pasien bayi dengan dehidrasi berat dari Desa Ban. Namun, semenjak adanya bak penampungan air, sudah jarang sekali mendapat pasien bayi dengan dehidrasi berat. Reza mengakui bahwa menangani pasien bayi cukup berisiko, karena pemasangan infus yang sulit akibat pembuluh darah yang masih kecil.
8. Perjuangan Reza menarik perhatian Astra untuk memberinya SATU Indonesia Awards

Karena usaha gigih melalui program SAUS-nya, Reza menerima penghargaan SATU Indonesia Awards Provinsi Tahun 2022 yang diadakan oleh PT Astra International Tbk. Apresiasi ini diadakan setiap tahun, dan diberikan kepada anak muda Indonesia yang memiliki kontribusi positif untuk masyarakat. Reza dianggap layak mendapatkan apresiasi di bidang kesehatan atas usahanya mengadakan air bersih di Desa Ban.
Reza menceritakan, dirinya sebenarnya tidak mengetahui tentang penghargaan ini. Pada suatu hari, ada orang yang menghubungi nomor telepon Reza, berkata ingin mewawancarainya. Orang ini ingin mengetahui proyek SAUS yang dilakukan Reza. Hari demi hari berlalu, Reza mendapat DM di akun sosial medianya, bahwa dirinya terpilih menjadi penerima SATU Indonesia Awards 2022 Provinsi bidang kesehatan. Saat itu Reza sempat bingung karena kebetulan ponsel yang dia miliki rusak, sehingga tidak tahu kelanjutan wawancara yang sebelumnya dia lakukan.
Karena penasaran, Reza berusaha membetulkan ponselnya, dan benar saja. Reza menemukan pesan teks yang memintanya untuk menceritakan lebih detail tentang proyek SAUS yang dia kerjakan. Reza mengatakan bahwa dirinya tak menyangka, proyek yang tulus dia kerjakan justru mendapat apresiasi, bahkan tanpa perlu mempromosikannya ke orang banyak.
"Satu momen yang membuat saya kayak gak nyangka program ini bisa sampai segitunya dapat SATU Indonesia Awards, kayak saya gak pernah koar-koar tiba-tiba sudah ada orang yang nge-DM saya" ucap Reza.
Reza mengatakan, menerima SATU Indonesia Awards memberi banyak dampak positif untuknya. Dirinya mendapat banyak relasi yang bermanfaat, mengenal banyak orang yang memperjuangkan misi kemanusiaan dan sosial yang sama dengan dirinya, terhubung dengan banyak organisasi hebat, hingga bisa menjadi pembicara terkait proyek air bersih yang dia inisiasi.
9. Rencana Reza ke depannya ingin masyarakat Desa Ban mandiri meski tanpa dirinya

Reza punya rencana besar yang menurutnya membutuhkan usaha keras masyarakat Desa Ban. Dia ingin masyarakat desa selalu sejahtera tanpa harus bergantung kepada dirinya. Reza punya mimpi agar masyarakat desa bisa memiliki perusahaan air mineral sendiri. Sehingga anak-anak muda di Desa Ban tidak perlu merantau lagi, sekaligus bisa membuat desa lebih maju.
"Dari air itu saya pengen masyarakat punya perusahaan air mineral sendiri. Karena saya melihat ada perusahaan air minum di dekat desa. Coba bayangin ada perusahaan air minum di dekat desa tapi masyarakatnya kekurangan air, berarti ada potensi besar yang (sebenarnya) tidak tersalurkan ke masyarakat," ucap Reza.
Menurut Reza, Desa Ban juga punya potensi menjadi desa wisata. Sumber air yang ada bisa dibuat sebagai tirta penglukatan, mengingat tradisi melukat tengah disukai wisatawan. Ini bisa menjadi daya tarik untuk wisatawan yang ingin melukat. Tak hanya itu, Reza berharap SAUS bisa menjadi proyek percontohan air bersih bagi desa-desa lain yang masih kekurangan air. Menurut Reza, masih ada desa lain di sekitar yang kekurangan air.
10. Kisah The Lady with the Lamp jadi inspirasi Reza untuk terus membantu orang lain, meski dengan cara sederhana

Komunitas Bali Tersenyum.id yang Reza dirikan untuk membentuk bak penampungan air di Desa Ban memiliki filosofi mendalam. Komunitas ini memiliki tagline 'senyummu, senyumku, senyum kita bersama,' di mana Reza senang saat melihat momen senyum yang berasal dari diri kita, bisa menjadi alasan untuk orang lain tersenyum juga. Menurut Reza, itu sangat menyentuh hati. Reza memperjelas, ketika lahir semua orang tersenyum, sehingga harapannya setiap orang perlu bisa terus tersenyum.
"Melihat momen tersenyum masyarakat ketika kita jadi alasan mereka tersenyum, rasanya menyentuh banget ke hati," ungkap Reza.
Motivasi Reza mendirikan komunitas ini adalah karena kecintaannya pada profesi perawat. Reza terinspirasi kisah The Lady with the Lamp, di mana ada seorang perawat perempuan di masa perang dunia berjalan membawa lampu dan menjadi penerang. Reza sangat ingin menjadi sosok yang meski dengan usaha sederhana, tetapi bisa menerangi dan membantu orang di sekitar.
Menurut Reza, profesi perawat tidak melulu harus membantu orang sakit, tapi justru memenuhi kebutuhan dasar manusia. Ini yang membuat Reza bersemangat membuat SAUS. Menurutnya, anak muda perlu menerapkan tindakan preventif, promotif, kuratif, dan kolaboratif untuk menuju Indonesia yang sehat dan sejahtera, bahkan menjadi Indonesia emas. Reza menambahkan, Indonesia memang sudah banyak orang pintar. Namun, bukan sekadar orang pintar yang dibutuhkan, tetapi justru orang yang mau memulai untuk perubahan dan bergerak dari hal kecil. Menurutnya, hidup itu seperti pohon, yang hidup untuk menghidupi makhluk di sekitarnya.
Kisah Reza dengan program SAUS-nya, menjadi teladan bahwa niat tulus akan didukung baik oleh semesta. Reza mampu menyatukan gerakan masyarakat di Desa Ban, sehingga terus berdampak positif bagi masyarakat itu sendiri melalui bak penampungan airnya. Kini para ibu di Desa Ban tak perlu lagi berjalan jauh untuk mengambil air. Senyum masyarakat Desa Ban terukir karena bisa lebih bersih dalam menjaga kesehatan. Perjuangan Reza mengajarkan bahwa setiap orang berhak selalu tersenyum, dan kita pun bisa menjadi alasan orang lain tersenyum.


















