7 Penyebab Orang Suka Mencampuri Urusanmu, Kurangi Curhat padanya

Saat urusanmu dicampuri oleh orang lain tentu ada perasaan terganggu. Kamu ingin memikirkan dan mengatasinya sendiri, tapi seseorang tak henti-hentinya berkomentar bahkan setengah memaksamu buat mengikuti sarannya. Kehadirannya hanya menambah rasa stresmu.
Kesukaan mencampuri perkara orang lain bisa dilakukan oleh siapa pun yang ada di sekitarmu. Penyebabnya pun beragam, ada yang sekadar kebiasaan atau punya tujuan tertentu. Berikut tujuh alasan yang membuat orang menjadi gemar ikut campur dalam urusan-urusanmu, seakan-akan kamu gak mampu mengatasinya sendiri.
1. Merasa berhak

Hidupmu lebih mungkin dicampuri oleh orang-orang yang benar-benar kamu kenal dibandingkan orang asing yang baru pertama bertemu. Kedekatan hubungan kalian sering mengaburkan batas kepedulian dengan sikap ikut campur. Sulit untuk dengan tegas memisahkan keduanya dalam interaksi yang telah begitu cair.
Dapat pula seseorang merasa masalahmu akhirnya juga dapat memengaruhi kehidupannya sehingga ia gak bisa tinggal diam. Misalnya, urusan pribadi sudah mengurangi fokusmu dalam bekerja selama berhari-hari. Atasan tentu merasa berhak menegur, bertanya, bahkan mengarahkanmu supaya kinerjamu baik kembali atau penurunan fokus itu bakal berakibat buruk buat kantor.
2. Merasa lebih tahu

Orang yang merasa lebih tahu tentang sesuatu biasanya juga punya dorongan besar untuk mengarahkanmu. Maksudnya dapat murni keinginan membantu atau ada harapan dianggap hebat. Sebagai contoh, seseorang yang telah bertahun-tahu menikah menjadi sering mencampuri urusan-urusanmu yang belum lama ini berumah tangga.
Pikirnya, kamu belum tahu banyak tentang kehidupan perkawinan. Bahkan jika pekerjaanmu adalah konsultan pernikahan dan usiamu sama dengannya, dia bisa tetap merasa lebih tahu tentang kehidupan suami istri. Pengalamannya sebagai istri atau suami mengalahkan pengalamanmu walaupun pengetahuanmu tentang keluarga juga tak kurang.
3. Kurang memahami privasi

Sebagian besar orang sepakat bahwa privasi diri maupun orang lain harus dijaga dan dihormati. Namun, dalam praktiknya apa yang disebut sebagai privasi bisa gak jelas. Sesuatu yang sebetulnya ranah pribadi dapat dilihat oleh beberapa orang bukan lagi privasi hanya karena hampir semua orang juga melakukannya.
Masih dengan contoh yang sama dengan poin sebelumnya yaitu pernikahan. Banyaknya orang yang berumah tangga dapat membuat beberapa dari mereka merasa apa lagi yang perlu disikapi dengan lebih hati-hati tentang hal tersebut? Mestinya, batasan itu gak lantas hilang, hanya karena banyak orang tengah berada di fase yang sama.
4. Pengalih perhatian dari persoalannya sendiri

Setiap orang berbeda-beda dalam menyikapi problem hidupnya. Ada orang yang ketika punya masalah menjadi sangat fokus melihat ke dalam diri atau berintrospeksi. Mereka sibuk berusaha memecahkan persoalan tersebut sampai-sampai kurang memperhatikan orang-orang atau berbagai kejadian di sekitarnya.
Namun, ada pula orang yang malah seperti hendak melarikan diri dari perkaranya yang bikin stres. Maka mereka mengalihkan perhatiannya pada kehidupan orang lain. Sayangnya bukan dengan cara yang positif, melainkan ikut campur terhadap masalahmu.
Orang yang seperti ini merasa lebih baik dengan "melupakan" urusannya sendiri. Supaya perasaan lebih baik itu terus bertahan, dia akan juga akan selalu mencampuri urusanmu maupun orang lain saban penat dengan kehidupannya sendiri. Kamu yang belum tahu hal ini barangkali malah iri padanya karena seakan-akan hidupnya bebas dari masalah.
5. Kurang kesibukan

Terlalu banyak waktu luang memang berbahaya. Pikiran cenderung ke mana-mana dan energi yang ada tetap menuntut penyaluran. Tiadanya kegiatan yang jelas buat dilakukan dari hari ke hari dapat membuat orang yang kurang berhati-hati menjadi mulai suka mencampuri urusan orang lain.
Perilaku yang negatif tersebut terasa menyenangkan baginya sebab membuatnya merasa lebih berharga. Seolah-olah kegemarannya mencampuri permasalahan siapa saja merupakan bentuk kontribusinya pada kehidupan sesama. Bandingkan dengan orang yang sibuk, mereka pasti lebih cuek dengan urusan-urusanmu sampai kamu terang-terangan minta tolong.
6. Tidak pernah melihat tanda keberatan darimu

Barangkali kamu merasa tidak enak bila hendak marah di depan orang yang ikut campur atas urusan-urusanmu. Namun, menunjukkan perasaanmu juga perlu dilakukan ketika orang lain seperti gak memiliki kepekaan. Bila kamu diam saja selama masalahmu dicampuri, orang malah dapat mengira dirimu senang dengan keterlibatannya.
Jika menurutmu pertanyaan serta sikap sok mengaturnya telah berlebihan, katakan saja bahwa kamu dapat mengatasinya seorang diri. Apabila ia belum peka juga, tegur lebih tegas bahwa hal itu merupakan urusan pribadimu dan kamu bakal lebih menghargainya jika dia tidak terlalu ikut campur. Ia masih mengeyel, tinggalkan saja dan gak usah menanggapi perkataan-perkataannya.
7. Kamu sering sekali menceritakan masalahmu padanya

Orang yang sebetulnya tidak suka mencampuri urusan orang pun akhirnya bisa gak tahan kalau kamu terus memancingnya. Seringnya dirimu menceritakan urusan-urusanmu dengannya tentu membuatnya malah tak enak bila hanya mendengarkan. Ia mencoba berubah dari pasif menjadi lebih aktif dalam merespons cerita-ceritamu.
Awalnya dia bertanya sekadar buat menanggapi, lama-lama makin mengarah ke privasi, dan memberimu banyak sekali saran. Walau kamu sebal dengan sikapnya, sadari bahwa ada peranmu yang memicunya buat ikut campur. Jika dirimu tak ingin banyak orang ikut campur dalam urusan-urusanmu, kontrol kebiasaanmu menceritakannya.
Sekalipun rasanya menjengkelkan ketika ada orang yang mencoba ikut campur terkait masalah-masalahmu, pahami juga adanya kemungkinan baik di baliknya. Seperti semata-mata niatnya buat membantumu walau caranya kurang tepat. Dengan begitu, kamu juga tak langsung membencinya.