Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Proses Kreatif Menulis ala Boy Candra, Luangkan Waktu untuk Melamun

Media Visit Boy Candra untuk launching buku Ikhlas Penuh Luka pada Jumat (2/5/2025) di kantor IDN HQ, Jakarta Selatan (IDN Times/Nisa Zarawaki)
Media Visit Boy Candra untuk launching buku Ikhlas Penuh Luka pada Jumat (2/5/2025) di kantor IDN HQ, Jakarta Selatan (IDN Times/Nisa Zarawaki)
Intinya sih...
  • Menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata, tetapi proses panjang yang melibatkan perasaan, imajinasi, dan kepekaan terhadap sekitar.
  • Kunci utama kesuksesan menulis adalah membiasakan diri untuk terus menulis dan tidak takut menerima respons dari pembaca.
  • Penulis perlu memberi ruang bagi pikirannya untuk bebas berkelana tanpa tekanan atau tuntutan hasil langsung, serta melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.

Jakarta, IDN Times - Bagi Boy Candra, menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata di atas kertas, tetapi juga proses panjang yang melibatkan perasaan, imajinasi, dan kepekaan terhadap sekitar. Penulis yang dikenal lewat karya-karya puitis dan emosional ini, percaya bahwa kreativitas membutuhkan ruang, termasuk ruang untuk diam dan membiarkan pikiran berkelana.

Melalui wawancara langsung bersama IDN Times pada Jumat (3/5/2025) di IDN HQ, Jakarta Selatan, Boy membagikan beberapa tips dan saran untukmu yang ingin mulai terjun di dunia kepenulisan.

1. Belajar menulis secara otodidak, menurut Boy Candra ini rahasianya

Media Visit Boy Candra untuk launching buku Ikhlas Penuh Luka pada Jumat (2/5/2025) di kantor IDN HQ, Jakarta Selatan (IDN Times/Nisa Zarawaki)
Media Visit Boy Candra untuk launching buku Ikhlas Penuh Luka pada Jumat (2/5/2025) di kantor IDN HQ, Jakarta Selatan (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Di balik kesuksesannya menerbitkan banyak buku best-seller, Boy Candra tidak lahir dari pendidikan sastra formal atau jalur akademik khusus di bidang menulis. Ia mengembangkan kemampuannya secara otodidak, mengandalkan konsistensi dan kecerdikan memanfaatkan berbagai platform yang tersedia. Menurut Boy, kunci utamanya adalah membiasakan diri untuk terus menulis dan tidak takut menerima respons dari pembaca.

"Sebetulnya sih, membangun kebiasaan aja, ya. Aku tuh memanfaatkan media sosial, terutama yang berbasis teks. Itu bisa menjadi salah satu alat untuk latihan. Media sosial juga bisa menjadi salah satu tempat 'uji mental' karena kita lempar ke orang dan mereka langsung baca. Mereka juga langsung bereaksi," katanya.

2. Ritual ala Boy Candra sebelum menulis

Media Visit Boy Candra untuk launching buku Ikhlas Penuh Luka pada Jumat (2/5/2025) di kantor IDN HQ, Jakarta Selatan (IDN Times/Nisa Zarawaki)
Media Visit Boy Candra untuk launching buku Ikhlas Penuh Luka pada Jumat (2/5/2025) di kantor IDN HQ, Jakarta Selatan (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Tak hanya soal disiplin menulis, Boy juga punya ritual khusus yang ia lakukan setiap hari demi menjaga kreativitas tetap mengalir. Ia percaya bahwa seorang penulis atau seniman perlu memberi ruang bagi pikirannya untuk bebas berkelana, tanpa tekanan atau tuntutan hasil langsung. Baginya, melamun bukanlah aktivitas kosong, melainkan proses penting untuk mengendapkan ide-ide sebelum dituangkan dalam bentuk tulisan.

"Aku setiap hari itu harus punya waktu untuk ngelamun. Menurutku, seniman itu harus tetap punya waktu untuk ngelamun. Terus nanti, kalau udah banyak pikiran itu, baru aku nulis. Biar kepalanya lebih tenang," tambahnya.

3. Kiat membuat diksi atau cerita menjadi lebih indah serta romantis

ilustrasi menulis isi pikiran (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi menulis isi pikiran (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Salah satu ciri khas dalam karya-karya Boy Candra adalah pilihan katanya yang puitis, namun tetap terasa dekat dengan pembaca. Untuk menciptakan diksi yang indah dan penuh emosi, Boy tak hanya mengandalkan perasaan.

Boy juga menggunakan strategi dalam melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Ia percaya bahwa kekuatan cerita dan kata-kata terletak pada kemampuan membalikkan hal-hal yang umum, menjadi lebih bermakna dan mengejutkan.

"Kalau secara teknis, sebetulnya aku coba melihat perspektif yang berbeda aja. Misalnya, ada di bukuku yang lain. Umumnya orang bilang tuh kalau kita pacaran gitu ya, kita punya mantan. Terus orang bilang, 'Ya udah, lu lupain dong mantan lu. Lu kan sama gue sekarang.' Nah, di bukuku itu, ada kata-kata 'karena mencintai tidak perlu meminta ia melupakan masa lalunya,'" ucapnya.

4. Tips bagi yang ingin mulai terjun ke dunia kepenulisan

ilustrasi menulis diary (Pexels.com/Anna Nekrashevich)
ilustrasi menulis diary (Pexels.com/Anna Nekrashevich)

Bagi Boy Candra, menulis bukan hanya tentang merangkai kata-kata, tetapi juga tentang keberanian, ketangguhan, dan kemampuan beradaptasi. Dunia kepenulisan saat ini jauh berbeda dari dulu, sehingga para calon penulis harus siap menghadapi tantangan baru, termasuk membangun kehadiran di media sosial dan mempromosikan karya sendiri. Menurut Boy, jadi penulis berarti siap menerima kritik, bersaing di era digital, dan terus membuka diri untuk belajar hal-hal baru.

"Pertama sih harus berani karena nulis itu kan risikonya macam-macam. Segala sesuatu yang mengandalkan pemikiran itu, rentan dibantah dengan pemikiran yang lain. Jadi kalau mau jadi penulis, pertama harus berani, yang kedua harus bisa beradaptasi dengan zaman," katanya.

5. Cara agar tetap konsisten dan produktif menulis

ilustrasi menulis (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi menulis (freepik.com/pressfoto)

Di balik kesan romantis dunia menulis, Boy Candra memandang profesinya dengan sikap yang sangat realistis. Menurutnya, menjadi penulis bukan hanya soal menunggu inspirasi atau ilham datang, tetapi tentang menunaikan tanggung jawab atas pilihan yang telah diambil. Ia memperlakukan menulis layaknya profesi lain yang membutuhkan kedisiplinan dan kerja keras, bukan sekadar mengikuti suasana hati.

"Singkatnya sih, bertanggung jawab terhadap pilihan aja. Kalau aku udah pilih jadi penulis, mau gak mau, aku harus tanggung jawab sama yang kupilih. Bentuk tanggung jawab itu, aku harus ngerjain sesuatu. Nah, pada prinsipnya sih, aku memandang pekerjaan penulis itu ya sama kayak pekerja biasa lainnya aja. Jadi, gak harus nunggu ilham dari atas gitu, baru mulai nulis gitu," pungkas Boy Candra.

Melalui konsistensi, keberanian, dan ketulusan dalam berkarya, Boy Candra membuktikan bahwa menulis adalah pilihan hidup yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Gimana, apakah kamu tertarik untuk menjadi penulis?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nisa Zarawaki
Febriyanti Revitasari
Nisa Zarawaki
EditorNisa Zarawaki
Follow Us