Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Warna Pink, dari Feminitas ke Simbol Perlawanan

pexels-padrinan-68556.jpg
Ilustrasi warna pink (Pexels.com/Miguel Á. Padriñán)
Intinya sih...
  • Sejarah perubahan makna warna pinkPada abad ke-18, pink adalah simbol kemewahan. Di abad ke-19, pink diasosiasikan dengan feminitas. Pada 1950-an, pink menjadi simbol hiperfeminitas untuk perempuan.
  • Perjalanan makna pink di IndonesiaDi berbagai belahan dunia, pink memiliki arti yang berbeda. Di Indonesia, warna pink menemukan makna baru sebagai wujud keberanian melalui aksi ibu berkerudung pink dalam demonstrasi.
  • Aksi ikonik ibu berkerudung pinkIbu berkerudung pink tampil sederhana namun penuh ketegasan di depan kompleks parlemen Jakarta. Penampilannya yang kontras mencuri perhatian publik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ricuhnya demonstrasi masyarakat dan mahasiswa di depan kompleks DPR, sempat menyita perhatian publik. Dari peristiwa itu, sosok ikonik seorang ibu berkerudung pink viral karena keberaniannya berhadapan langsung dengan aparat.

Fenomena ini membuat banyak orang kembali membicarakan sejarah warna pink di media sosial. Warna yang dulunya lekat dengan kelembutan, kini dipandang sebagai simbol keberanian dan perjuangan. Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah warna pink hingga akhirnya mengalami pergeseran makna yang begitu kuat?

1. Sejarah perubahan makna warna pink

WhatsApp Image 2025-09-02 at 15.03.48_af2b82ec.jpg
Color palette perjuangan (X/ lachordablue)

Pada pertengahan abad ke-18, warna pink mulai dikenal dalam mode Barat sebagai simbol kemewahan dan kelas sosial. Bahkan, pada tahun 1757, produsen porselen Prancis bernama Sevres, menamakan ciptaannya "Rose Pompadour" karena Madame de Pompadour (salah satu selir Raja Louis XV) sangat menyukai warna ini.

Menariknya, pada masa awal, pink tidak diasosiasikan dengan perempuan, melainkan dianggap lebih cocok untuk anak laki-laki karena warnanya dianggap lebih pucat. Namun, memasuki abad ke-19, pink perlahan diasosiasikan dengan feminitas seiring laki-laki Barat lebih memilih warna gelap, sementara warna pastel diserahkan kepada perempuan.

Dalam buku Pink: The History of a Punk, Pretty, Powerful Color karya Valerie Steele, dijelaskan feminisasi warna pink mulai kuat pada periode itu karena pink dianggap sebagai ekspresi kelembutan. Dari simbol kemewahan, pink kemudian melekat juga pada kelas pekerja, termasuk penggunaannya oleh pekerja seks komersial pada masa industrialisasi.

Sepanjang 1900-an, arti pink terus bergeser hingga desainer Prancis Paul Poiret mengangkatnya kembali ke dunia kelas atas melalui koleksi gaunnya. Namun, pada tahun 1950-an, branding pascaperang Amerika membuat pink semakin lekat dengan identitas gender dan menjadi simbol hiperfeminitas untuk perempuan, sementara biru muda ditetapkan untuk laki-laki.

2. Perjalanan makna pink di Indonesia

WhatsApp Image 2025-09-02 at 14.58.49_42b9019b.jpg
Tuntutan rakyat (Instagram/ andovidalopez)

Pada dekade 1960-an, muncul gerakan untuk menjadikan pink sebagai warna yang tidak terbatas pada satu gender. Selebritas dunia seperti Jackie Kennedy, Marilyn Monroe, hingga band The Ramones dan The Clash tampil percaya diri dengan warna ini.

Di berbagai belahan dunia, pink memiliki arti yang berbeda. Jepang mengaitkannya dengan kelucuan feminin melalui subkultur lolita (gaya busana dan gerakan budaya Jepang yang dipengaruhi oleh pakaian era Victoria dan Rokoko Eropa, menampilkan estetika yang manis, feminin, dan mewah dengan ciri khas gaun panjang yang mengembang dengan banyak renda serta berbagai aksesori seperti pita dan baret). Di India, pink telah lama dipakai baik oleh laki-laki maupun perempuan dalam busana, perhiasan, maupun turban.

Selain itu, pink juga lekat dengan simbol perjuangan dan perlawanan. Segitiga pink yang dahulu digunakan Nazi untuk menandai homoseksual, kemudian berubah menjadi lambang aktivisme gay pada 1970-an dan kini pita pink dikenal sebagai simbol melawan kanker payudara.

Di Indonesia, warna pink menemukan makna baru sebagai wujud keberanian melalui aksi ibu berkerudung pink dalam demonstrasi. Terdapat juga poster, ajakan, serta partisipasi netizen yang menggunakan pink untuk menunjukkan bahwa warna ini kini identik dengan semangat perubahan.

3. Aksi ikonik ibu berkerudung pink

pexels-pnw-prod-8250033.jpg
Ilustrasi hijab pink (Pexels.com/PNW Production)

Di tengah ricuh demonstrasi, sosok ibu berkerudung pink bernama Ibu Ana, mencuri perhatian publik. Warna pink yang dahulu identik dengan kelembutan, kini menjelma simbol keberanian dan perlawanan. Peristiwa itu terjadi di depan kompleks parlemen Jakarta pada Kamis (28/8/2025). Kehadirannya segera menuai pujian karena tampilannya sederhana, namun penuh ketegasan.

Momen tersebut terekam jelas dalam foto dan video ketika ia berdiri berhadapan dengan aparat. Dengan hanya membawa bendera merah putih di sebilah bambu, ia menyampaikan suara hati rakyat. Yang membuatnya semakin ikonik adalah penampilannya yang kontras. Ia mengenakan busana hitam bermotif bunga pink dengan kerudung pink terang yang menonjol di antara seragam aparat.

Sejarah warna pink yang ramai diperbincangkan di media sosial, membuktikan bahwa makna sebuah warna dapat terus berubah sesuai konteksnya. Dari simbol kelembutan hingga lambang keberanian, pink kini menjadi warna yang sarat makna dalam kehidupan masyarakat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us