Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sikap Etis saat Memasukkan Orang ke Grup WA, Kenal Belum Tentu Mau

ilustrasi chat WhatsApp (unsplash.com/Amanz)
ilustrasi chat WhatsApp (unsplash.com/Amanz)

Adanya fitur grup di aplikasi WA membantumu berkomunikasi dengan mudah dengan beberapa orang sekaligus. Ini lebih efisien daripada dirimu menghubungi orang satu per satu padahal informasi yang perlu disampaikan sama saja. Siapa pun bisa membuat grup dan menambahkan anggota.

Namun, saking mudahnya grup dibuat, kamu jangan sembarangan memasukkan nomor kontak orang ke dalamnya. Tindakan sembrono dalam memasukkan anggota grup bisa sangat mengganggu orang lain. Selain itu, grup yang dibuat juga menjadi kurang efektif buat mencapai suatu tujuan.

Baik kamu hendak memasukkan orang yang dikenal maupun tidak ke sebuah grup, ada etika yang mesti diterapkan. Kalau enam etika di bawah ini diabaikan, pasti banyak anggota grup yang baru dimasukkan sudah keluar lagi bahkan melaporkanmu. Hilangkan keegoisan diri ketika membuat grup untuk bersama.

1. Minta izin dulu pada orangnya, dia mau atau tidak dimasukkan ke grup

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/RDNE Stock project)

Walaupun dia termasuk teman dekat atau saudaramu, hindari langsung memasukkannya ke grup yang kamu buat. Dirimu tidak tahu ia sebenarnya mau atau tidak dimasukkan ke grup itu. Hargai dirinya dengan kamu terlebih dahulu menjelaskan maksud pembuatan grup dan menanyakan kesediaannya menjadi anggota.

Jika sudah ada kesediaan darinya, baru dirimu menambahkan nomornya menjadi anggota grup. Namun apabila ia menolak, kamu juga gak perlu kesal atau memaksa. Tidak semua orang suka berada di dalam grup WA karena kurangnya privasi. Pun grup WA yang tak sesuai dengan keperluannya dinilai hanya menjadi sumber gangguan.

Notifikasinya masuk terus, tetapi percakapan di dalamnya gak relevan dengannya. Oleh sehab itu, jangan abaikan persoalan izin ini. Orang akan kebingungan kalau tahu-tahu dia dimasukkan ke grup walaupun oleh kawan atau saudara. Rasa bingung ini saja sudah membuatnya gak nyaman, apalagi bila isi obrolan tak penting baginya.

2. Kalaupun gak kenal langsung harus ada hubungan yang penting

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Grup WA juga bisa dibuat untuk memudahkan komunikasimu dengan orang-orang yang tidak setiap hari ditemui. Contohnya, ketika kamu bekerja bersama sejumlah freelancer. Mereka tersebar di berbagai kota. Untuk memudahkan pengerjaan proyek, grup dapat dibuat dengan memasukkan sejumlah pekerja lepas yang paling andal.

Akan tetapi, hal ini gak bisa diterapkan pada semua orang yang tidak kamu kenal secara langsung. Dirimu dan orang yang hendak dimasukkan ke grup kudu punya hubungan penting bersama. Bukan cuma hubungannya dianggap penting olehmu, seperti ketika kamu ingin menawarkan produk. 

Untuk memudahkanmu dalam beriklan, dirimu lantas membuat grup dan memasukkan semua orang yang cukup potensial sebagai calon pembeli. Buat keperluan seperti ini, japri masing-masing orang lebih baik sehingga kalian dapat berkomunikasi secara personal. Bahkan biar tidak mengganggu, kamu gak usah japri melainkan rutin memasang iklan di status WA. Orang yang tertarik akan otomatis membalas status itu.

3. Jangan bikin grup cuma buat kepentingan pribadimu

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/SHVETS production)

Hati-hati untukmu yang mempunyai sifat narsistik, haus validasi dari orang lain, dan selalu ingin didengarkan. Kamu bisa bikin grup WA cuma buat mendapatkan perhatian banyak orang. Misalnya, dirimu seorang penulis. Tentu kamu senang sekali apabila karya tulismu lebih dikenal orang.

Namun, bukannya sekadar mempromosikannya di akun medsosmu,  dirimu sampai bikin grup WA segala. Kamu memasukkan semua nomor yang ada di daftar kontakmu dan setiap saat membicarakan karya tulismu. Masalahnya, dari sekian banyak orang yang dimasukkan ke grup tersebut mungkin cuma sedikit sekali yang benar-benar berminat pada karyamu.

Gak usah tersinggung karena selera orang memang berbeda-beda. Lagi pula, apa pentingnya mereka berada dalam grup WA yang siang dan malam hanya membahas duniamu? Bukannya mereka tambah tertarik pada karyamu, justru ilfeel pada sosokmu. Mereka akan lebih penasaran padamu dan karya-karyamu jika kamu gak berlebihan dalam berpromosi.

4. Semua anggota harus punya hak bicara, bukan kamu doang

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jangan berprinsip kamu yang bikin grup WA, maka dirimu pula yang berkuasa. Walaupun kamu bisa membuat dan menutup grup itu kapan pun, apa artinya bila semua orang yang ditambahkan sebagai anggota langsung keluar lagi? Maka dari itu, dirimu harus amat menghargai keberadaan mereka semua.

Beri kesempatan bicara untuk semua orang. Sebagai pembuat grup, kamu dapat memimpin diskusi dengan memulai sebuah topik dan menanyakan pendapat anggota grup. Namun, hindari dirimu selalu menjadi yang paling banyak bicara bahkan seperti tak suka kalau anggota grup berkomentar.

Tidak ada gunanya jika grup dibuat hanya untuk komunikasi satu arah begini. Mending kamu berceramah di mimbar dan orang-orang cuma mendengarkanmu. Makin anggota grup dapat terlibat dalam percakapan di grup makin baik. Ini akan menjadi alasan untuk mereka bertahan di sana dan gak bosan.

5. Gak boleh sembarangan mengeluarkan anggota grup

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Mikhail Nilov)

Membuat grup percakapan dan memasukkan sejumlah anggota sama seperti dirimu bikin acara di rumah kemudian mengundang orang-orang. Bayangkan betapa tidak sopannya kamu apabila orang-orang sudah berbaik hati mau menjadi anggota grup, tapi tiba-tiba dirimu mengeluarkannya. Rasanya seperti tamu undangan yang diusir oleh tuan rumah.

Kamu mungkin punya alasan, tetapi lebih dipengaruhi oleh sekadar rasa suka atau gak suka pada anggota grup. Buatlah peraturan yang jelas tentang tindakan apa yang akan membuat anggota grup dikeluarkan. Misalnya, menulis pesan dengan kata-kata kotor dan mengintimidasi anggota grup lainnya.

Itu pun mesti melalui beberapa peringatan dulu. Bila dia masih saja mengulangi pelanggaran baru dikeluarkan dari grup. Jika dasar pengeluaran anggota tidak jelas, banyak orang lebih suka keluar duluan daripada ke depan merasa diperlakukan semena-mena olehmu. Bikin grup WA bukan sekadar karena kamu bisa melakukannya, melainkan juga harus siap menghadapi bermacam-macam karakter anggota.

6. Sebagai pembuat grup, jangan menelantarkannya

ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Mikhail Nilov)

Siapa yang bikin grup harus bertanggung jawab. Hindari asal-asalan membubarkan grup dan bikin anggota merasa percuma mengikutinya selama ini. Memang ada grup WA yang dibuat untuk sementara saja. Contohnya, grup buat satu proyek pekerjaan.

Ketika proyek itu telah selesai, maka grup bisa ditutup. Namun, kamu jangan membiarkan grup seperti koma. Grupnya masih ada, anggotanya banyak, tetapi dirimu tidak lagi mengirimkan pesan apa pun. Walaupun sebagian anggota grup tak terlalu ambil pusing, sebagiannya lagi cukup kesal dengan kesan sifatmu yang mencampakkan mereka.

Apabila keperluan yang menjadi dasar pembuatan grup itu telah selesai, sebagai pembuat sampaikan ucapan terima kasih pada seluruh anggota grup. Lalu berpamitlah untuk menutup grup tersebut. Jika antaranggota masih ingin kapan-kapan berkomunikasi, beri waktu buat mereka saling menyimpan nomor terlebih dahulu biar bisa japri.

Mudahnya pembuatan grup WA untuk berbagai keperluan jangan membuatmu bersikap suka-suka. Kamu pun tak akan senang apabila mendadak dimasukkan ke grup oleh orang yang tidak dikenal atau grupnya gak penting bagimu. Bila grup sudah terbentuk, tetaplah selektif dalam memilih pesan untuk dikirim ke grup atau sebaiknya japri saja ke salah satu anggotanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Inaf Mei
EditorInaf Mei
Follow Us