Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tata Cara dan Urutan Pelaksanaan Haji dari Awal sampai Akhir

(Media Center Haji)
(Media Center Haji)
Intinya sih...
  • Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib bagi setiap muslim yang mampu dan memenuhi syarat, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
  • Tata cara pelaksanaan haji dimulai dengan ihram, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, tahallul, hingga akhirnya melakukan thawaf wada' saat meninggalkan Makkah.
  • Setiap tahapan dalam pelaksanaan ibadah haji memiliki aturan dan amalan tertentu yang harus dipatuhi oleh jemaah agar ibadahnya sah.

Pelaksanaan ibadah haji memiliki beberapa rangkaian yang wajib dilakukan sebagai syarat sahnya haji. Sebagai rukun Islam kelima, tentunya tata cara pelaksanaan haji harus diketahui bagi seluruh muslim, baik yang akan melaksanakan ibadah haji dalam waktu dekat maupun dalam beberapa tahun yang akan datang.

Ibadah haji hukumnya fardhu 'ain dan wajib bagi setiap kaum muslim yang mampu dan sudah memenuhi syarat. Baik Al-Qur'an, as-Sunnah, dan ijma' ulama telah sepakat bahwa hukum pelaksanaan haji adalah wajib bagi umat Islam, berakal, baligh, merdeka, dan mampu. Dilansir Rumaysho.com yang mengutip pendapat ustaz Muhammad Abduh Tuasikal, terdapat dalil Al-Qur'an yang mewajibkan haji pada Q.S. Ali-Imran (3: 97) yang berbunyi:


فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: "Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."

Ibadah haji dilakukan jemaah dengan berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan berbagai amalan, yaitu wukuf, mabit, thawaf, dan amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT. Dalam melaksanakan ibadah haji, para jemaah harus melakukan rukun haji agar ibadahnya sah. Namun, jika meninggalkan wajib haji, hal ini dibolehkan dengan ketentuan harus membayar dam. Dilansir buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, berikut adalah tata cara pelaksanaan haji.

1. Ihram dari Miqat

(Media Center Haji)
(Media Center Haji)

Ihram berarti niat untuk memulai ibadah haji. Tahap ini menjadi penting karena menjadi bagian dari rukun haji yang wajib dipenuhi.

Dengan berihram, seseorang telah diharamkan baginya untuk apa yang sebelumnya halal baginya, seperti mencukur rambut, menggunting kuku, menggunakan harum-haruman, nikah, berhubungan intim, dan lainnya. Jika seseorang melanggarnya dengan sengaja maka wajib baginya untuk menunaikan puasa atau fidyah (memberi makan). Berihram dapat dilakukan dari miqat sebagai awal pelaksanaan haji. Sebagai informasi tambahan, miqat adalah tempat bagi jemaah untuk berihram.

Para jemaah melakukan ihram pada tanggal 8 Dzulhijjah. Berihram dapat dilakukan dengan mengucapkan niat, kemudian diikuti dengan talbiyah. Adapun para ulama berbeda pendapat mengenai hukum melafalkan niat ihram. Disunahkan melafazkan niat ihram menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali, sedangkan mazhab Hanafi mewajibkan melafazkan niat ihram. Adapun beberapa amalan sunah yang dilakukan pada saat ihram adalah sebagai berikut.

  1. Menjaga kebersihan dengan mandi, memotong kuku, dan mencukur rambut
  2. Memakai wewangian
  3. Mengenakan pakaian ihram
  4. Berwudu, kemudian melaksanakan salat sunah dua rakaat
  5. Berihram menghadap kiblat
  6. Ber-talbiyah

Adapun saat ber-talbiyah, jemaah bisa membaca lafaz,

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ.لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ.إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكُ.لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Artinya: "Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu."

2. Wukuf di Arafah

Jemaah calon haji Indonesia usai salat zuhur di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Sabtu (17/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudan)
Jemaah calon haji Indonesia usai salat zuhur di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Sabtu (17/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudan)

Wukuf di Arafah termasuk rukun ibadah haji yang harus dipenuhi jemaah sekaligus menjadi rangkaian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan ibadah haji. Secara bahasa, wukuf berarti berhenti. Menurut istilah, wukuf berarti berdiam diri di Arafah dalam keadaan ihram, dalam waktu antara tergelincirnya matahari pada 9 Dzulhijjah hingga terbit fajar 10 Dzulhijjah.

Pelaksanaan wukuf pun dapat dikatakan sangat memudahkan jemaah. Seseorang tidak dipersyaratkan suci dari hadas besar maupun kecil sehingga perempuan yang sedang haid dapat melaksanakan ibadah wuku meski kehilangan keutamaan wukuf.

Beberapa amalan yang bisa jemaah lakukan ketika wukuf adalah sebagai berikut.

  1. Mendengarkan khutbah wukuf oleh khatib
  2. Melaksanakan salat Zuhur dan Ashar dengan cara jamak taqdim atau jamak di awal waktu
  3. Memperbanyak zikir, istigfar, selawat, dan doa sesuai sunah Rasulullah SAW

Salah satu doa yang paling afdal dan selalu dibaca Nabi saat wukuf adalah doa yang tercantum dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmizi no. 3585, 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu."

3. Mabit di Muzdalifah

Jelang puncak haji, Arafah, Muzdalifah dan Mina mulai melakukan persiapan. (Media Center Haji)
Jelang puncak haji, Arafah, Muzdalifah dan Mina mulai melakukan persiapan. (Media Center Haji)

Secara bahasa, mabit berarti bermalam. Pada wajib haji, makna mabit adalah berhenti sejenak di waktu malam hari untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam pelaksanaan melontar jumrah. Menurut buku Doa-doa Khusus Ibadah Haji karya Amirulloh Syarbini, selain di Muzdalifah, mabit juga dilakukan di Mina.

Pelaksanaan mabit di Muzdalifah termasuk wajib haji. Jika jemaah meninggalkan dengan adanya uzur maka tidak ada dam, sedangkan wajib membayar dam saat ditinggalkan tanpa uzur.

Setelah wukuf di Arafah, kemudian jemaah bergegas untuk mabit di Muzdalifah yang dilakukan pada 10 Dzulhijjah. Pelaksanaan mabit di Muzdalifah dianggap sah saat jemaah berada di Muzdalifah melewati tengah malam meski hanya sesaat.

Beberapa amalan yang dilakukan jemaah saat mabit di Muzdalifah adalah sebagai berikut.

  1. Melaksanakan salat Maghrib dan Isya dengan cara jamak ta'khir dan qashar
  2. Mencari batu kecil sebanyak 7 untuk melontar jumrah Aqabah pada esok hari. Jemaah juga bisa langsung mencari batu yang dibutuhkan untuk semua lontaran jumrah pada tanggal 11, 12, dan 13 sebanyak 70 buah
  3. Salat subuh di awal waktu
  4. Memperbanyak membaca zikir, istigfar, dan berdoa, serta membaca Al-Qur'an
  5. Memperbanyak membaca talbiyah sambil menuju Mina

4. Tahallul

Jemaah haji Embarkasi Makassar pada pemberangkatan gelombang kedua langsung mengenakan ihram jelang keberangkatan menuju Jeddah, Arab Saudi. (Dok. Kemenag Sulsel)
Jemaah haji Embarkasi Makassar pada pemberangkatan gelombang kedua langsung mengenakan ihram jelang keberangkatan menuju Jeddah, Arab Saudi. (Dok. Kemenag Sulsel)

Tahallul merupakan sebuah keadaan bagi seseorang yang telah dihalalkan untuk melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama ihram. Dengan kata lain, seseorang boleh melakukan larangan-larangan ihram. Tahallul dibagi dua, yaitu tahallul awwal dan tahallul tsani. Tahallul awwal adalah keadaan seseorang yang telah melakukan dua di antara kegiatan berikut ini.

  • Melontar jumrah aqabah
  • Mencukur rambut (gundul) bagi laki-laki lebih utama, sedangkan menggunting rambut sepanjang satu ruas jari bagi perempuan
  • Thawaf ifadhah

Jika seseorang telah melontar jumrah dan mencukur rambut, maka ia telah ber-tahallul awwal. Saat itu, ia terbebas dari larangan-larangan ihram, kecuali bersetubuh dan bercumbu dengan pasangan. Setelah tahallul awal, jemaah boleh menggunakan pakaian bebas, kemudian menuju Makkah untuk melaksanakan thawaf ifadhah. Beberapa amalan yang dapat dilakukan jemaah setelah melakukan thawaf adalah sebagai berikut.

  1. Melaksanakan salat dua rakaat di belakang Makam Ibrahim
  2. Berdoa di Multazam, yaitu tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah
  3. Disunahkan minum air zamzam, kemudian berdoa.
  4. Melaksanakan salat sunah di Hijr Ismail. Adapun salat ini bersifat mutlak tidak berkaitan dengan thawaf dan bisa dilaksanakan kapan saja.
  5. Melaksanakan sa'i antara Shafa dan Marwah

Dilansir Rumaysho.com, jemaah melaksanakan sa'i haji antara Shafa dan Marwah untuk jemaah haji tamattu' dan bagi haji Qiran dan Ifrad yang belum melaksanakan sa'i haji. Adapun jika sa'i haji telah dilaksanakan setelah thawaf Qudum, maka ia tidak perlu lagi melaksanakan sa'i setelah thawaf ifadhah.

Setelah jemaah melakukan thawaf ifadhah dan sa'i, kemudian jemaah haji tamattu' memotong rambut. Dengan demikian, hal ini menandakan ia telah ber-tahallul secara sempurna atau tahallul tsani sehingga dibolehkan melaksanakan larangan ihram, termasuk berhubungan intim dengan pasangan.

5. Mabit di Mina

Tenda-tenda yang digunakan Jamaah Haji untuk melaksanakan Mabit di Mina (IDN Times/Umi Kalsum)
Tenda-tenda yang digunakan Jamaah Haji untuk melaksanakan Mabit di Mina (IDN Times/Umi Kalsum)

Sama dengan mabit di Muzdalifah, mabit di Mina juga memiliki makna bermalam. Mabit di Mina terbagi dua. Pertama, mabit pada 8 Dzulhijjah sebelum wukuf Arafah yang dikenal sebagai hari tarwiyah dan hukumnya sunah.

Kedua, mabit di Mina yang dilaksanakan 11-13 Dzulhijjah yang dikenal juga sebagai hari tasyrik. Mabit di Mina dilaksanakan pada 11 sampai 12 Dzulhijjah bagi nafar awwal dan 13 Dzulhijjah bagi nafar tsani. Mabit pada tanggal-tanggal ini merupakan wajib haji sehingga jika ditinggalkan, maka jemaah harus membayar dam.

Saat mabit di Mina, jemaah diwajibkan untuk melontar jumrah sebagai wajib haji sehingga jika tidak dilaksanakan harus membayar dam ataupun fidyah. Melontar jumrah yang tiga dilaksanakan pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah setelah matahari tergelincir, mulai dari jumrah ula (shugro), jumrah wustha, dan jumrah kubra (aqabah). Jemaah harus melemparkan tujuh batu di setiap lontaran dan dianjurkan untuk mengucapkan "Allahu akbar".

Jika jemaah telah selesai melontar jumrah dan ingin pulang ke negerinya, maka dibolehkan tetapi harus keluar Mina sebelum matahari tenggelam. Selanjutnya, jemaah tersebut melaksanakan thawaf wada'.

Keluarnya jemaah dari Mina pada 12 Dzulhijjah disebut nafar awwal. Namun, jika jemaah memutuskan untuk kembali menuju Mina pada 13 Dzulhijjah, hal ini disebut nafar tsani. Baik jemaah yang meninggalkan Mina pada 12 ataupun 13 Dzulhijjah, keduanya tetap melakukan thawaf wada'.

6. Thawaf Wada

Jelang puncak haji, Arafah, Muzdalifah dan Mina mulai melakukan persiapan. (Media Center Haji)
Jelang puncak haji, Arafah, Muzdalifah dan Mina mulai melakukan persiapan. (Media Center Haji)

Thawaf wada' merupakan thawaf perpisahan yang dilakukan jemaah saat meninggalkan Makkah. Thawaf wada' juga sering disebut sebagai penghormatan akhir bagi baitullah. Tata cara pelaksanaannya pun sama dengan thawaf lainnya, hanya niat saat hendak thawaf yang berbeda.

Thawaf wada' merupakan wajib haji yang harus dilakukan sehingga jika ditinggalkan, seseorang harus membayar dam. Adapun dalil yang menguatkan hukum pelaksanaan thawaf wada', yaitu dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda,

لاَ يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ

Artinya: "Janganlah seseorang pergi (meninggalkan Makkah), sampai akhir dari ibadah hajinya adalah thawaf di Ka’bah” (HR. Muslim no. 1327).

Kembali dilansir Rumaysho.com yang mengutip Fiqih Sunnah, 1: 519, thawaf wada' hanya dilakukan oleh selain penduduk Makkah. Penduduk Makkah dan perempuan yang sedang haid juga tidak disyariatkan melakukan thawaf wada' dan tidak ada kewajiban apa-apa.

Itulah tata cara pelaksanaan haji yang harus dilaksanakan oleh para jemaah. Meski sangat melelahkan, tetapi ibadah haji adalah amalan yang paling afdal. Yuk, semangat mempelajari tata cara pelaksanaan haji mulai dari sekarang. Semoga selanjutnya kamu yang mendapat panggilan-Nya ke baitullah.

Penulis: Fanny Haristianti

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sierra Citra
Febriyanti Revitasari
3+
Sierra Citra
EditorSierra Citra
Follow Us