5 Tips Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain di Media Sosial

- Media sosial hanya menampilkan sisi terbaik, bukan keseluruhan cerita
- Batasi waktu akses media sosial untuk menjaga kesehatan mental
- Fokus pada perjalanan diri sendiri dan latih rasa syukur setiap hari
Di era digital, media sosial sudah jadi bagian dari rutinitas harian. Mulai dari bangun tidur sampai menjelang malam, layar ponsel seakan jadi jendela untuk melihat kehidupan orang lain. Sayangnya, di balik gemerlap foto estetik dan video penuh senyuman, sering terselip rasa minder yang tumbuh tanpa disadari. Banyak orang merasa kehidupannya kalah menarik, hanya karena melihat unggahan orang lain yang tampak sempurna.
Padahal, yang terlihat di media sosial hanyalah potongan kecil dari kehidupan seseorang, bukan keseluruhan ceritanya. Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain bisa merusak rasa percaya diri, bahkan memicu stres berlebih. Kalau dibiarkan, mental bisa jadi korban. Maka dari itu, penting untuk belajar melepaskan diri dari siklus perbandingan ini dan mulai fokus pada versi terbaik dari diri sendiri. Berikut beberapa tips yang bisa membantu.
1. Sadari bahwa media sosial hanya menampilkan sisi terbaik

Banyak orang menata konten media sosial mereka layaknya etalase toko, hanya menampilkan hal-hal yang memikat. Foto liburan, prestasi, atau momen bahagia sering dibagikan, sedangkan kesedihan, kegagalan, atau hari-hari buruk jarang terlihat. Ini membuat gambaran yang terbentuk menjadi tidak utuh dan penuh bias positif. Menyadari hal ini membantu pikiran lebih tenang saat melihat unggahan orang lain.
Saat mengingat bahwa semua orang punya masalah dan tantangan, rasa iri atau minder bisa berkurang. Perspektif ini membuka ruang untuk lebih realistis terhadap hidup sendiri. Daripada merasa tertinggal, lebih baik fokus pada proses pribadi. Semua orang berjalan di lintasan masing-masing, dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Batasi waktu mengakses media sosial

Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial memperbesar peluang untuk membandingkan diri. Algoritma terus menampilkan konten yang memicu emosi, baik kagum, iri, atau tertekan hingga tanpa sadar pikiran jadi dipenuhi perbandingan. Mengatur batas waktu harian untuk mengakses media sosial bisa membantu menjaga kesehatan mental.
Mulailah dengan menetapkan jam tertentu untuk melihat ponsel, misalnya hanya di pagi dan sore. Di luar waktu itu, alihkan perhatian ke aktivitas lain seperti membaca buku, berolahraga, atau mengobrol langsung dengan orang terdekat. Rutinitas ini membantu otak beristirahat dari arus informasi yang tak ada habisnya. Semakin sedikit waktu yang dihabiskan untuk scrolling, semakin kecil peluang terjebak dalam rasa minder.
3. Fokus pada perjalanan diri sendiri

Membandingkan hidup dengan orang lain sering membuat lupa bahwa setiap orang punya latar belakang, peluang, dan hambatan yang berbeda. Fokus pada kemajuan diri sendiri memberi energi positif untuk terus berkembang. Dengan begitu, ukuran keberhasilan bukan lagi seberapa cepat mengikuti jejak orang lain, melainkan sejauh mana sudah bergerak dari titik awal.
Cara sederhana untuk menjaga fokus adalah dengan mencatat pencapaian kecil setiap hari. Bisa berupa keterampilan baru, pekerjaan yang selesai tepat waktu, atau keberanian untuk mencoba sesuatu yang sebelumnya menakutkan. Mengapresiasi hal-hal ini membantu membangun rasa syukur dan mencegah pikiran terjebak pada perbandingan yang melelahkan.
4. Kurasi konten yang dikonsumsi

Timeline media sosial bisa memengaruhi cara pandang terhadap diri sendiri. Jika terlalu sering melihat konten yang memicu rasa iri atau minder, cobalah untuk berhenti mengikuti akun tersebut. Mengganti dengan konten yang menginspirasi dan memberi energi positif bisa membuat pengalaman di media sosial lebih sehat.
Misalnya, mengikuti akun yang membagikan edukasi, seni, atau humor ringan. Konten seperti ini tidak hanya menghibur, tapi juga memberi wawasan baru. Saat lingkungan digital lebih ramah, rasa nyaman pun meningkat, dan dorongan untuk membandingkan diri akan berkurang.
5. Latih rasa syukur setiap hari

Rasa syukur membantu memusatkan perhatian pada hal-hal yang sudah dimiliki, bukan pada yang belum tercapai. Dengan meluangkan waktu untuk menghargai keberkahan kecil, pikiran menjadi lebih tenang dan hati terasa lebih lapang. Kebiasaan ini bisa dilakukan setiap malam sebelum tidur atau setiap pagi setelah bangun.
Menuliskan tiga hal yang disyukuri setiap hari dapat memperkuat efek positifnya. Seiring waktu, otak akan terbiasa mencari sisi baik dari setiap situasi. Saat rasa syukur tertanam kuat, godaan untuk membandingkan diri dengan orang lain pun akan semakin melemah.
Melepaskan diri dari kebiasaan membandingkan hidup dengan orang lain di media sosial memang bukan perkara mudah, apalagi jika sudah jadi kebiasaan bertahun-tahun. Namun, langkah kecil yang konsisten bisa membawa perubahan besar. Hidup terasa lebih ringan ketika fokus pada perjalanan sendiri, bukan pada pencapaian orang lain.