6 Tradisi Unik Tahun Baru Islam di Berbagai Daerah Indonesia

- Tapa Bisu dilaksanakan oleh masyarakat Yogyakarta
- Perayaan hening tanpa terompet dan kembang api
- Masyarakat berjalan mengelilingi Benteng dalam diam
- Jarak sekitar 4 km di tempuh dengan hati yang tenteram
- Sedekah Gunung Merapi 1 Suro di Boyolali
- Ritual syukur dengan gunungan hasil bumi dan pertunjukan seni tradisional
- Kirab Sesaji berupa kepala kerbau dilarung ke puncak Gunung Bubrah
- Pagelaran wayang kulit semalaman suntuk untuk mengakhiri acara
Tahun baru Islam atau 1 Muharram di berbagai daerah Indonesia juga dirayakan dengan cara yang seru dan bermakna. Setiap wilayah memiliki keunikan dalam pelaksanaannya, mulai dari tradisi doa bersama di masjid, ziarah ke makam leluhur, sampai kegiatan seni dan budaya.
Tradisi ini untuk menyambut tahun baru Hijriah, sehingga momennya juga tepat banget untuk merenungi apa yang telah terjadi sambil memetik hikmah untuk dijadikan pelajaran ke depannya agar semakin baik. Penasaran seperti apa tradisi unik tahun baru Islam di daerah-daerah Indonesia? Berikut ulasannya.
1. Tapa Bisu dilaksanakan oleh masyarakat Yogyakarta

Jika biasanya perayaan pergantian tahun identik dengan terompet dan kembang api, berbeda dengan perayaan ini yang justru masyarakatnya dalam suasana hening. Di Yogyakarta, 1 Muharram ada tradisi yang dikenal dengan Tapa Bisu.
Melansir laman Museum Sonobudoyo, setelah pihak Keraton menjalankan ritual Jamasan Pusaka, masyarakat berkumpul, lalu berjalan mengelilingi Benteng pada malam harinya. Berjalan dalam diam tak memakai alas kaki, tak juga ada suara teriakan saling mengucap selamat maupun canda tawa. Benar-benar sunyi.
Warga bersama-sama menempuh jarak sekitar 4 km dengan hati yang tenteram. Sederhana, namun sangat khidmat.
2. Sedekah Gunung Merapi 1 Suro di Boyolali

Bagi kamu yang sedang berlibur ke Boyolali pas momen ini, mampirlah ke Desa Lencoh, Kecamatan Selo. Di sana, ada tradisi unik yang rutin digelar warga setiap tahunnya, Sedekah Gunung Merapi. Tak sebatas ritual, ini sekaligus ungkapan syukur kepada Tuhan atas beragam berkah yang didapat.
Melansir laman Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, warga mengawali kegiatan ini dengan membuat gunungan hasil bumi yang menjulang tinggi. Selanjutnya, digelar pertunjukan seni tradisional. Nah, puncaknya adalah Kirab Sesaji, sesaji berupa kepala kerbau yang nantinya akan dilarung ke puncak Gunung di pasar Bubrah. Untuk mengakhiri serangkaian acara, ada pagelaran wayang kulit semalaman suntuk.
3. Kirab Kebo Bule di Solo

Berakar dari zaman Sultan Agung, penyebar agama Islam melalui tradisi budaya lokal, kini warga Solo setiap tahunnya rutin menggelar kirab pas malam 1 Suro. Bukan karnaval biasa, ini kirab Kebo Bule yang dipercaya sebagai penjaga pusaka Kyai Slamet.
Kerbau-kerbau yang dirawat dengan baik menjadi pusat perhatian warga yang menyaksikannya. Mulai dari masyarakat lokal hingga luar daerah berjejer di pinggir jalan menonton iring-iringan ini.
4. Ziarah makam di Magelang

Warga Magelang menyambut tahun baru Islam juga dalam kekhidmatan. Bersama-sama melakukan ziarah ke makam leluhur mereka di Gunung Tidar. Berdoa, merenung, dan menikmati keheningan dengan suasana tenang. Mengingat jasa-jasa dan ajaran leluhur sambil mengucap syukur.
Selain menghormati leluhur, ziarah ini juga sebagai tradisi yang mengajarkan untuk terus berbuat baik di kehidupan sekarang sebagai bekal perjalanan menuju kehidupan nantinya.
5. Bubur Suro di beberapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat

Bukan kue maupun makanan kekinian lainnya, di beberapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, masyarakat merayakan tahun baru Islam dengan membuat makanan khas yaitu bubur merah putih. Cara memasaknya masing-masing, setelah keduanya siap baru disajikan bersamaan.
Setelah itu, bubur dibawa ke masjid. Warga berdoa terlebih dulu, kemudian menikmati sajian bubur bersama dalam keakraban. Momen ini sekaligus untuk menguatkan tali silaturahmi warga, semangkuk bubur begitu nikmat saat disantap dalam momen yang menghangatkan.
6. Pawai obor

Meriah, bersemangat, dan ramah untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Tradisi pawai obor dilaksanakan menjelang malam 1 Muharram di berbagai daerah Indonesia. Warga berkumpul di suatu tempat sambil menyiapkan berbagai perlengkapan pawai. Setelah semuanya siap, warga berbaris rapi sambil membawa obor, lalu berkeliling kampung diiringi lantunan shalawat dan puji-pujian untuk Nabi Muhammad SAW.
Selain menjadi sebuah tradisi, kegiatan ini juga mampu menjaga kerukunan dan menciptakan kekompakan antarwarga dari semua usia dan kalangan. Semua bergembira dan larut dalam semangat spiritual.
Itulah enam tradisi unik yang menambah keceriaan dalam perayaan tahun baru Islam di berbagai daerah Indonesia. Semoga tradisi ini terus lestari sehingga generasi selanjutnya masih bisa merasakan kebahagiaan yang serupa, bahkan semakin berbahagia.