Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Gak Perlu Menganggap Teman Sebagai Saingan, Merusak Hubungan!

ilustrasi bersaing (pexels.com/Gratisography)

Saat duduk di bangku sekolah dasar, kita memiliki lingkaran pertemanan yang sangat luas, mulai dari teman di sekolah hingga bimbingan belajar. Keadaan ini berlanjut sampai kita berada pada fase remaja akhir. Namun, semakin dewasa lingkaran pertemanan kita makin mengecil. Hal ini karena orang dewasa akan sibuk dengan kehidupannya masing-masing.

Selain kuantitas, kualitas pertemanan kita juga menurun. Terlebih lagi, saat dewasa banyak sekali tuntutan-tuntutan dalam masyarakat yang membuat kita harus bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan sesuatu. Kondisi ini juga akan memicu timbulnya persaingan dalam hubungan pertemanan.

Namun, sebenarnya kamu gak perlu menganggap teman sebagai saingan yang harus dikalahkan. Berikut beberapa alasan kamu gak perlu melakukan hal tersebut. Simak artikelnya sampai selesai, ya!

1. Pertemanan yang baik bukan untuk saling mengungguli, tapi saling mendukung

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gak sedikit orang yang memiliki sifat ambisius dan ingin mencapai semua impian dalam hidupnya. Secara alami, manusia juga ingin menjadi pemenang agar dipandang hebat oleh lingkungannya. Jadi, bukan sesuatu yang aneh jika para milenial dan gen Z menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja dan belajar skill baru agar lebih produktif.

Keinginan untuk menjadi yang terbaik inilah yang akan menimbulkan perasaan ingin mengalahkan orang-orang di sekitarnya. Pandangan terhadap teman akan berubah, dari menganggap sebagai partner lalu mengubahnya menjadi saingan yang harus dikalahkan.

Namun, sebenarnya untuk menjadi seorang pemenang kamu gak perlu bersaing dengan temanmu. Daripada saling mengalahkan, lebih baik saling mendukung satu sama lain agar kamu dan dia sama-sama meraih kesuksesan dalam hidup.

2. Persaingan berpotensi menimbulkan perasaan ingin menjatuhkan

ilustrasi bertarung (pexels.com/Artem Podrez)

Menganggap teman sebagai saingan akan membuat ikatan pertemanan menjadi toksik. Ketulusan yang seharusnya ada di hubungan pertemanan akan hilang begitu saja, tergantikan dengan perasaan ingin mengunggulinya.

Saat tak bisa mengungguli teman yang sudah dianggap sebagai saingan, seseorang bisa saja terpikirkan untuk menjatuhkannya. Hal ini semata-mata untuk membuat diri sendiri berada pada posisi yang lebih tinggi.

Jangan sampai kamu menjadi seorang yang akan menghalalkan segala cara agar terlihat unggul. Lebih baik fokus untuk meningkatkan kemampuan diri, daripada menjatuhkan orang lain.

3. Bukannya senang melihat teman yang berhasil, kamu justru merasa terancam

ilustrasi pertemanan (pixabay.com/Pexels)

Salah satu ciri dari hubungan pertemanan yang tulus adalah seseorang akan merasa senang melihat keberhasilan temannya. Kamu tak segan-segan memberikan apresiasi dan pujian atas pencapaian yang sudah diraih temanmu. Kamu juga akan selalu mendukungnya dalam keadaan apapun.

Lain halnya jika hubungan pertemananmu sudah ditumbuhi perasaan saling bersaing. Bukannya merasa bahagia atas keberhasilan teman, justru kamu merasa terancam. Apa yang ada di pikiranmu adalah saat dia berhasil, saat itulah kamu mengalami kekalahan.

4. Alih-alih memberikan bantuan saat dia gagal, kamu pun lebih memilih diam

Ilustrasi memberi saran pada teman. (pexels.com/SHVETS Production)

Terkadang, kenyataan hidup memang gak sesuai dengan apa yang diekspektasikan. Bukannya keberhasilan yang didapatkan, sebaliknya seseorang kerap menemui kegagalan dalam hidupnya. Saat hal ini terjadi pada temanmu, sebagai orang terdekat selayaknya kamu membantunya menghadapi masa-masa sulit.

Namun, hal itu gak akan terjadi jika kamu menganggap dia sebagai saingan. Alih-alih membantunya, kamu akan membiarkannya dalam keterpurukan demi memenuhi ambisimu untuk mengalahkannya. Terdengar menyeramkan, bukan? jangan sampai kamu menjadi orang yang apatis hanya karena egomu yang terlalu besar.

5. Lama-lama, hubungan pertemanan kalian akan rusak

ilustrasi hubungan pertemanan yang renggang (pexels.com/Liza Summer)

Tak ada orang yang akan terus bertahan pada hubungan yang toksik. Bukan hanya percintaan, hubungan toksik juga terjadi dalam pertemanan. Pertemanan yang dibumbui dengan perasaan ingin bersaing dan mengalahkan satu sama lain.

Bukannya saling membantu, jenis pertemanan ini justru berpotensi untuk saling menjatuhkan. Daripada menjalin hubungan pertemanan yang palsu, lebih baik mengakhiri hubungan tersebut.

Hal itulah yang akan terjadi saat kamu menganggap temanmu sebagai saingan dan berusaha mengunggulinya. Gak ada untungnya, justru sifat tersebut akan menghancurkan pertemanan yang sudah dibangun sejak lama.

Demikian beberapa alasan gak boleh menjadikan teman sebagai saingan yang harus dikalahkan. Daripada berusaha saling mengungguli, lebih baik berkolaborasi dan saling bergandengan tangan untuk bersama-sama menuju kesuksesan. Dengan begini, pertemanan pun menjadi awet dan kamu akan menjadi pribadi yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lulu Fatikhatul Maryamah
EditorLulu Fatikhatul Maryamah
Follow Us