Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Manfaat Penting Menetapkan Batasan Sehat dalam Hubungan Pertemanan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Alexander Suhorucov)
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Beberapa masalah dalam hidup sering bermula karena kamu belum tegas menetapkan batasan dalam hubungan. Terlebih, pada orang-orang yang sudah sangat dekat denganmu. Kamu begitu ingin membuat mereka bahagia sampai-sampai kamu lupa, bahwa kamu pun punya kehidupan dan masalahmu sendiri.

Bukan berarti egois, ya. Menciptakan batas justru penting agar kamu tidak dimanfaatkan orang. Selain itu, simak lima manfaat lain menciptakan batas dalam hubungan pertemanan adalah hal penting.

1.Mampu mengenal diri sendiri lebih baik

ilustrasi bahagia (pexels.com/George Milton)
ilustrasi bahagia (pexels.com/George Milton)

Orang yang tidak menetapkan batasan dalam relasi cenderung memiliki kesadaran rendah terhadap kebutuhannya. Jadi sebagai alternatif, ia mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingannya. Ia menganggap, kebahagiaan hidup orang jauh lebih penting dibanding hidupnya.

Ini yang keliru, guys. Sah sah saja bila kamu memiliki niat baik untuk membantu orang lain. Namun, jangan sampai niat itu malah membahayakan diri sendiri. Milikilah rasa respect dan cinta pada diri sendiri, agar kamu tahu kapan harus berhenti dan mendengarkan kebutuhanmu.

2.Membangun relasi pertemanan yang sehat

ilustrasi percakapan (pexels.com/Amina Filkins)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Amina Filkins)

Dengan adanya batasan yang sehat, kamu turut menumbuhkan hubungan pertemanan yang sehat. Kamu dan temanmu sama-sama tahu cara menghormati batasan ini satu sama lain. Tidak ada lagi ketergantungan berlebihan atau saling memanfaatkan dalam relasi tersebut.

Ini bagus karena, kamu turut menumbuhkan inner peace dan perasaan aman bersama teman-temanmu. Tidak ada lagi kecenderungan untuk melakukan people pleasing. Dengan ini pula, kamu ikut menekan kemungkinan munculnya konflik dalam relasi.

3.Membangun kepercayaan diri

ilustrasi bahagia (pexels.com/SHVETS Production)
ilustrasi bahagia (pexels.com/SHVETS Production)

Belajar memberi batasan pada teman, berarti kamu mulai menyadari keberhargaan dirimu bukan dari validasi orang lain, melainkan value dan prinsip hidup yang kamu pegang. Dengan pandangan diri yang sehat, kamu baru siap untuk lepas dari pengakuan orang.

Memberi tahu batas ini pada orang lain juga bukan hal yang mudah. Mungkin pertama kali kamu akan merasa tidak enak telah menolak ajakan atau permintaan tolong temanmu. Namun perlahan, kamu mulai percaya diri untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang memang tidak dapat kamu lakukan.

4.Meningkatkan kemampuan komunikasi

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Julia Larson)
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Julia Larson)

Masih berkaitan dengan poin ketiga, menetapkan boundary dalam hubungan juga akan meningkatkan keberanianmu dalam berkomunikasi. Walau awalnya canggung dan kemungkinan besar akan mendapat tatapan aneh orang-orang, kebiasaan ini bila dilatih akan terus menambah keberanianmu.

Kamu jadi bisa menyampaikan pendapatmu dengan mudah tanpa memikirkan nyinyiran orang. Yang kamu pikirkan ialah, berdiri di atas pendirianmu dengan teguh, dan mampu menunjukkan itu pada orang lain tanpa merasa malu.

5.Semakin tanggung jawab atas hidupmu

ilustrasi me time (pexels.com/George Pak)

Pada akhirnya, kamu harus bertahan sendirian. Kamu tidak bisa terus-menerus menggantungkan pikiran, perasaan, serta kebahagiaanmu pada orang lain.

Menciptakan batasan pada relasi berarti kamu belajar untuk bertanggung jawab dengan hidupmu sendiri. Kamu mengenal dirimu, apa yang kamu inginkan, kelebihan dan kelemahanmu, sehingga ketika seseorang tanpa diduga-duga menjatuhkanmu, kamu siap berdiri untuk diri sendiri.

Ternyata, penting untuk menciptakan batasan dalam relasi, termasuk salah satunya pertemanan. Mulailah dari berani berkata "tidak" ketika seseorang memintamu melakukan sesuatu di luar batas kemampuanmu.

Awalnya, kamu akan merasa bersalah dan tidak enak. Namun, lebih baik untuk menolak di awal daripada mengecewakan orang lain dan diri sendiri karena hasil yang buruk. Jadi, gimana? Sudah siap untuk mempraktikkannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us