5 Sebab Kamu Kehilangan Keinginan untuk Mendukung Pasangan, Bosan?

10 Jun 2023, 20:35 WIB

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Pada suatu titik dalam hubungan romantis antara kita dan pasangan, mungkin ada saat-saat di mana kamu mulai kehilangan keinginan untuk mendukung si dia. Baik dalam impian masa depannya ataupun tindakan dan keputusan yang dia ambil di masa kini.

Hal itu bisa menjadi tanda adanya perubahan dinamika dalam hubungan yang kamu jalani. Berbagai faktor pun bisa berperan dalam hilangnya keinginan untuk mendukung pasangan. Berikut lima hal yang mungkin menjadi penyebabnya. Apa kamu mengalami salah satunya?

1. Komunikasi yang buruk

ilustrasi pasangan bermain gadget (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Komunikasi yang buruk atau kurang efektif dapat menjadi faktor utama yang menyebabkanmu kehilangan keinginan untuk mendukung pasangan. Ketika gak ada rasa saling pengertian, kesalahpahaman dapat timbul, dan kebutuhan serta harapan kepada satu sama lain jadi gak terpenuhi.

Kurangnya komunikasi yang terbuka dan jujur dapat merusak keintiman dan kepercayaan, serta menghambat dorongan untuk mendukung pasangan. Hal tersebut perlu disikapi dengan lebih bijaksana terutama dengan memperbaiki komunikasi antara kamu dan dia.

2. Ketidakseimbangan dalam memberi dan menerima

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Kampus Productions)

Salah satu aspek penting dalam sebuah hubungan adalah saling memberi dan menerima dalam berbagai hal. Ketika satu pasangan terus-menerus memberi tanpa mendapatkan respons yang memadai dari pasangan lainnya, keinginan untuk mendukung bisa mulai memudar.

Ketidakseimbangan ini bisa menyebabkan rasa frustrasi dan perasaan diabaikan. Alhasil, ini membuat seseorang kehilangan semangat untuk melanjutkan dukungan kepada pasangannya.

3. Hilangnya rasa cinta dan kasih sayang

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Alex Green)

Jika pasangan gak lagi merasa terhubung secara emosional atau jika minat dan kesenangan bersama telah berkurang, dorongan untuk mendukung juga bisa hilang. Rasa cinta yang semula menggebu dan sekarang memudar, sangat berpengaruh dalam hal ini.

Ketika kehidupan bersama mulai terasa monoton atau kurang bermakna, seseorang mungkin kehilangan motivasi untuk memberikan dukungan dan menjadi pendukung utama bagi pasangannya. Bahayanya, ini bisa memberikan akhir yang gak diinginkan bagi hubungan yang dijalani.

4. Perubahan nilai dan tujuan hidup

ilustrasi pasangan mengobrol (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ketika dua orang dalam hubungan memiliki perubahan nilai dan tujuan hidup yang signifikan, hal ini dapat mempengaruhi keinginan untuk mendukung pasangan. Jika masing-masing pasangan mengembangkan minat dan ambisi yang berbeda, ada kemungkinan bahwa prioritas pun bakal berubah.

Jika perbedaan ini gak diselesaikan dengan baik, kamu mungkin mulai merasa, bahwa mendukung pasangan gak lagi sesuai dengan arah hidup kalian. Gawatnya, ini bisa membuat kalian memilih untuk mengakhiri hubungan yang ada.

5. Kekecewaan dan trauma masa lalu

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Pengalaman traumatis atau kekecewaan dalam hubungan sebelumnya juga dapat mempengaruhi keinginan untuk mendukung pasangan saat ini. Ketika seseorang masih membawa luka dan kekecewaan masa lalu, bisa sulit bagi mereka untuk memberikan dukungan sepenuh hati kepada pasangan.

Terkadang, rasa takut untuk terluka lagi atau ketidakmampuan untuk melepaskan masa lalu bisa menghambat keinginan untuk mendukung pasangan dengan penuh keyakinan. Sehingga hubungan yang terjalin terasa gak utuh dan bahkan gak membahagiakan.

Dalam menghadapi hilangnya keinginan untuk mendukung pasangan, penting untuk menjalin komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan. Kamu dan dia harus sama-sama saling mengungkapkan ekspektasi dan alasan terkait hal tersebut. Supaya ke depannya gak ada kesalahpahaman yang terjadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.