Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sisi Negatif Menjalin Hubungan Romantis, Gak Melulu Bahagia!

ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Keira Burton)

Hubungan romantis merupakan salah satu bentuk perjalanan cinta yang wajar saat menjalin sebuah ikatan dengan orang terkasih. Meskipun tampak menyenangkan, namun ternyata hubungan romantis juga menyimpan sederet sisi negatif yang dapat memengaruhi kualitas diri para pelakunya, lho.

Biar kamu dapat terhindar dari hal tersebut, yuk langsung simak informasi seputar sisi negatif dari hubungan romantis yang perlu kamu ketahui. Baca hingga kamu benar-benar paham, ya!

1. Membuat kadar stres meningkat

ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Timur Weber)

Dalam realitasnya, hubungan romantis gak akan selalu berjalan mulus sesuai yang dibayangkan. Adanya perbedaan sifat, karakter, dan pendapat pun akan menjadi penyebab timbulnya konflik yang terjadi dalam hubungan.

Hal tersebutlah yang akhirnya dapat membuat kadar stres ikut meningkat. Dilansir Medical News Today, sebuah riset mengungkapkan bahwa orang yang mengalami jatuh cinta memiliki kadar hormon stres kortisol yang tinggi.

Namun jangan khawatir, karena hal tersebut ternyata hanya dialami oleh pasangan romantis yang menjalin hubungannya di enam bulan pertama saja. Seiring berjalannya waktu, para pelaku yang telah menjalani hubungan romantisnya selama kurang lebih 12 hingga 24 bulan memiliki kadar hormon stres kortisol yang kembali normal.

2. Memengaruhi kondisi fisik tubuh

ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ketika seseorang mengalami stres, fisik tubuh pun secara gak langsung akan ikut merespons. Seiring dengan kadar stres yang meningkat, tubuh akan memproduksi norepinefrin dan adrenalin yang merupakan hormon serupa saat tubuh menghadapi bahaya atau krisis lainnya.

"Hormon-hormon tersebut dapat menyebabkan berbagai gejala fisik, seperti perasaan bergejolak di perut hingga muntah," ungkap Crystal Raypole, penulis sekaligus editor Good Therapy, dilansir Healthline.

Gak berhenti di situ, Crystal juga menambahkan bila melihat atau memikirkan orang yang dicintai juga ternyata dapat memengaruhi kondisi fisik. Mulai dari tegang, gugup, jantung berdegup kencang, tangan berkeringat, hingga wajah memerah. 

3. Terjadinya ketidakstabilan emosi hingga perubahan kepribadian diri

ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Alex Green)

Meskipun didominasi oleh perasaan bahagia, gak menutup kemungkinan akan timbul berbagai perasaan lain ketika menjalin hubungan romantis, seperti amarah, kecewa, hingga sedih. Adanya lika-liku emosi tersebutlah yang akan menuntun seseorang menghadapi ketidakstabilan emosi.

Gak hanya itu, hubungan romantis juga dapat mengubah kepribadian seseorang. Sebuah riset menunjukkan bahwa terkadang berada dalam hubungan romantis akan mengakibatkan hilangnya berbagai aspek diri. 

"Seseorang mungkin akan menjadi kurang percaya atau kurang ramah; secara keseluruhan, konsep diri serta kualitas positif pun akan turut menghilang akibat keterikatan yang erat dengan pasangan romantisnya," tulis Theresa E. DiDonato Ph.D., dilansir Psychology Today.

4. Peluang besar kecanduan cinta

ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Melibatkan cinta di dalamnya, hubugan romantis juga dapat berpeluang membuat para pelakunya mengalami kecanduan cinta. Adanya keinginan berlebih untuk terus memberikan serta menerima kasih sayanglah yang menuntun hubungan romantis ke dalam kecanduan cinta tersebut.

"Beberapa peneliti mempertimbangkan bahwa kecanduan cinta masuk ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), bersamaan dengan kecanduan lainnya, seperti perjudian, seks, pembelian kompulsif, hingga teknologi," tulis Ana Sandoiu, dilansir Medical News Today.

Ana juga menuliskan sebuah hasil riset yang dilakukan oleh Helen Fisher, Ph.D., seorang Biological Anthropologist sekaligus peneliti di Kinsey Institute, University of Indiana, bahwa ciri seseorang yang mengalami kecanduan cinta ialah mengalami perubahan suasana hati dan keinginan, perubahan kepribadian, obsesi, ketergantungan emosional, hingga hilangnya pengendalian diri.

5. Kehilangan kebebasan

ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi hubungan romantis (pexels.com/RODNAE Productions)

Hubungan romantis merupakan sebuah 'kontrak' yang terjadi di antara dua belah pihak. Artinya, setiap individu harus menyerah terhadap kebebasan pribadi demi menciptakan hubungan romantis yang bermakna dengan sang pasangan. 

Akan tetapi, adanya rasa keterikatan tersebut kerap kali menjadikan seseorang merasa terkekang atau bahkan terbebani dengan hubungan romantis yang terjalin. Akibat kewajiban yang dimiliki untuk selalu memerhatikan dan mengutamakan kepentingan sang pasangan, kebebasan diri pun secara perlahan akan menghilang. 

Walaupun memiliki sederet sisi negatif, bukan berarti hubungan romantis gak diperbolehkan untuk dijalani. Demi membangun hubungan romantis yang ideal bagi setiap pasangan, tentu diperlukan adanya kesabaran serta komitmen dari keduanya. Jadi, selalu berikan usaha terbaik dalam setiap langkahnya agar kamu dapat menghindari atau mengatasi sisi negatif yang mungkin terjadi, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us