Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tanda Kamu Berada dalam Lingkup Pertemanan yang Tidak Sehat

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Athena Sandrini)
Intinya sih...
  • Kamu selalu merasa takut atau cemas dalam berinteraksi
  • Dukungan hanya satu arah dan tidak seimbang
  • Sering dibuat merasa bersalah atas hal yang tidak kamu lakukan

Lingkar pertemanan semestinya menjadi ruang yang aman, yaitu di mana kamu bisa tumbuh berbagi dan juga merasa diterima tanpa syarat. Namun, nyatanya tidak semua hubungan pertemanan dapat memberikan dampak positif, sebab di antaranya justru dapat terasa melelahkan secara emosional dan bisa menghambat perkembangan diri.

Pertemanan yang tidak sehat sering kali sulit untuk dikenali karena memang kerap dibungkus dalam kedekatan atau pun kebiasaan yang terus berlangsung lama. Oleh sebab itu, perhatikan tanda berikut ini yang menunjukkan bahwa kamu berada dalam lingkar pertemanan yang tidak sehat, sehingga perlu diwaspadai.

1. Kamu selalu merasa takut atau cemas dalam berinteraksi

ilustrasi merasa sedih (unsplash.com/Christian Erfurt)

Jika setiap kali hendak bertemu atau berkomunikasi dengan teman justru kamu merasa takut dikritik, cemas, atau tertekan, maka itu bisa jadi tanda awal dari pertemanan yang tidak sehat. Hubungan yang sehat sepertinya dapat membantumu untuk terus merasa diterima dan nyaman dalam menjadi diri sendiri, sehingga tidak merasa diawasi atau mudah dihakimi.

Rasa takut yang terus-menerus hanya akan membuatmu menahan opini, berpura-pura terlihat bahagia, atau menghindari percakapan yang sebetulnya penting hanya demi menghindari konflik. Padahal pertemanan yang baik semestinya dapat membentuk adanya komunikasi terbuka dan jujur di dalamnya.

2. Dukungan hanya satu arah dan tidak seimbang

ilustrasi kelelahan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pada pertemanan yang sehat semestinya dukungan berjalan secara dua arah, yaitu kamu dan teman saling memperhatikan dan memberikan semangat satu sama lain. Namun, jika kamu selalu menjadi tempat curhat penolong atau penyemangat tanpa pernah memeroleh hal serupa ketika membutuhkan, maka itu menjadi tanda adanya ketidakseimbangan.

Hubungan yang berat sebelah memang hanya akan membuatmu merasa dimanfaatkan secara emosional. Tidak heran apabila hal ini akan membuatmu lelah, sehingga ingatlah bahwa kamu juga berhak memeroleh teman yang selalu hadir ketika masa-masa sulit, sehingga tidak hanya pada saat mereka membutuhkan sesuatu darimu.

3. Sering dibuat merasa bersalah atas hal yang tidak kamu lakukan

ilustrasi merasa sedih (unsplash.com/Claudia Wolff)

Teman yang sehat semestinya tidak akan menggunakan rasa bersalah sebagai cara untuk mengontrol atau pun memanipulasi perasaan yang kamu miliki. Jika kamu mungkin sering merasa bersalah karena memiliki pendapat yang berbeda, hanya ingin waktu untuk diri sendiri, atau pun kerap menolak ajakan, maka itu menjadi tanda red flag yang perlu dihindari.

Rasa bersalah yang terus dipaksakan secara perlahan akan otomatis mengikis batas pribadimu, serta membuatmu jadi harus selalu mengalah demi menjaga hubungan pertemanan. Untuk jangka panjang, hal ini akan membuatmu rentan kehilangan identitas dan pada akhirnya merasa terjebak dalam pertemanan yang menguras emosi.

4. Tidak bisa menjadi diri sendiri tanpa diolok atau diremehkan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Elle Hughes)

Ciri pertemanan yang sehat adalah memiliki ruang untuk menjadi diri sendiri tanpa merasa takut akan penolakan atau pun diolok-olok. Jika temanmu sering meledek hal-hal yang kamu sukai, kerap meremehkan pendapatmu, atau justru membuatmu rentan merasa tidak berharga, maka itu menunjukkan adanya toxic behavior dalam pertemanan.

Komentar yang kerap dikemas sebagai candaan dan terus terjadi secara berulang, serta menyinggung harga dirimu dapat membawa dampak buruk terhadap kepercayaan diri. Pertemanan yang sehat semestinya dapat membantumu untuk terus tumbuh, bukan merasa kecil setiap kali berusaha untuk membuka diri.

Mengakui bahwa kamu berada dalam lingkar pertemanan tidak sehat memang bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi jika hubungan tersebut sudah terjalin lama. Namun, demi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional, maka penting untuk selalu mengevaluasi siapa saja yang layak berada di sekitarmu. Jangan bertahan dalam hubungan pertemanan yang toxic!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us