Ketika Luka Lama Kembali dengan Nama Cinta, Haruskah Aku Menyerah?

Hari ini kau datang membuka lenganmu lebar-lebar untuk kembali memelukku. Entah kau datang setelah mendengar lagu Hello by Adele atau bukan, aku tidak tahu. Kau bilang hanya ingin bernafas dari udara yang sama lagi denganku. Aku harus bagaimana?

Bukankah dulu semuanya begitu menyakitkan?

Kau tidak lupa kan, ketika aku harus berpura-pura tegar melepaskan genggaman tanganmu? Kau tentu masih ingat air mataku menggantung di sudut mata saat berpapasan denganmu. Dan semoga kau juga bisa merasakan beratnya rinduku, saat hanya bisa kusampaikan pada udara di depanmu, yang kini ingin kau hirup kembali. 

Apakah pertemuan yang tak sengaja ini bisa membangun lagi mimpi yang telah hilang?

Kita bertemu bukan untuk kembali merajut cinta. Kita bertemu hanya karena Tuhan ingin kita bertemu saja. Tidak bisakah kita menganggapnya seperti itu? Kenapa kau harus membawa kata cinta dalam pertemuan ini? 

Di mataku, cinta itu masih berwujud luka.

Aku belum bisa melupakan semua yang terjadi hari itu. Setiap aku mencium bau hujan saat menyentuh tanah pertama kali, ingatanku terbawa padamu dan luka yang menyelimutinya. Bisakah kau berubah dan benar-benar menghapusnya untukku?

Jujur, aku benci mengatakan kalau aku masih sangat merindukanmu.

Sekuat apapun aku meminta pada diriku sendiri untuk menolakmu, saat itu juga rasa rindu ini semakin menguat. Semua yang indah muncul berganti-gantian dengan kebencian. Aku bisa apa? 

Ah, kenapa kau datang dengan semua rasa nyaman ini?

Genggaman tanganmu berhasil membuatku merasa benar-benar dilindungi. Demi membuktikan penyesalanmu atas masa lalu, kau memelukku dengan rasa nyaman itu. Kamu menggendongku di punggungmu dan menceritakan kisah yang membuatku tertawa. Tak ada yang bisa kurasakan selain berdebar-debar.

Tapi, apakah ini cinta?

Apa itu cinta? Apa hanya sekedar perasaan nyaman dan berdebar saja? Ataukah cinta itu sebuah luka? Aku tidak tahu bagaimana harus memaknainya. Tapi kalaupun ini benar-benar cinta, aku tak akan dengan mudahnya memberikan rasa ini padamu. Aku tak ingin kembali mengubur hidupku untuk kedua kalinya. Maaf.