Aku Pernah Menjadi Remaja Galau, Tapi Kini Aku Menjadi Wanita Dewasa yang Layak Diperjuangkan

Banyak hal yang sudah terjadi di kehidupan kita masing-masing. Termasuk salah satunya menjadi seorang remaja galau. Dulu kuakui aku memang rapuh. Dulu kuakui aku memang menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan orang itu. Dulu kuakui aku memang menjadi sosok remaja “alay” yang merangkai kalimat-kalimat cinta di sosial media demi orang yang tak kunjung datang. Tapi kini semuanya berubah. Aku menjadi wanita yang lebih elegan dan punya integritas. Bahkan aku layak diperjuangkan. Alasannya?
Galau di Usia Sekolah Membuat Kita Kehilangan Waktu Berprestasi, Alhasil Ketika Kuliah Kita Banyak Menyadari Bahwa Pendidikan Itu Penting!

Saat usia sekolah, tak dapat dipungkiri memang pengaruh pergaulan menjadi salah satu pemicu pembentukan karakter dan kebiasaan bertingkah laku. Saat kita hendak belajar, ada yang SMS. Ternyata teman ngajak makan, ternyata doi ngajak ketemuan, ternyata genk ngajak kumpul nongkrong. Waktu yang harusnya dibuat ngerjain PR malah teleponan sama pacar. Alhasil ngerjain PR pagi-pagi sebelum bel bunyi masuk kelas.
Setelah patah hati dan galau habis-habisan. Ternyata memasuki kuliah, semua itu berubah. Kita menjadi wanita yang justru tahan uji. Baik itu dari berbagai rayuan pria gombal, ajakan teman buat seneng-seneng tak jelas, dan buat ngelakuin hal yang bawa kerugian dalam hal pendidikan. Dulu boleh jadi waktuku sempat tersita untuk galau cinta tak jelas. Tapi kini aku justru sibuk menyiapkan masa depan!
Galau di Usia Sekolah Justru Membuat Kita Selektif Memilih Pasangan Hidup. Bahkan Kita Banyak Diperjuangkan Karena Kita Semakin Berkualitas

Saat sekolah kita malah mengharap sosok cinta yang tidak mencintai kita. Sebenarnya kita yang disakiti atau kita memang memilih untuk galau? Logikanya, orang tidak menghiraukan kita saja, kita sudah ogah. Apalagi cinta? Nehi nehi nehi kan? Ya, namanya saja masih proses. Tuhan juga pasti ganti yang lebih baik setelah kita kehilangan (apapun), termasuk cinta.
Saat mulai beranjak dewasa, kamu tampil sebagai wanita yang aktif di urusan pendidikan. Menjadi motivator di kampus karena prestasi. Menjadi mahasiswa yang diacungi jempol sama dosen. Itu justru membuat daya tarikmu semakin kentara. Banyak orang mau perjuangkan kamu. Tapi sayangnya kamu sudah tidak seperti dulu. Kamu sudah mulai menemukan satu cinta yang layak dijalani. Bahkan berjuang bersama itu perlu.
Ketika Teman-teman Kampus Kamu Pada Galau Sama Cinta, Dalam Hati Kamu Bilang: Aku Sudah Pernah, dan Aku Move On!

Tak dipungkiri sebenarnya ada banyak segi positifnya juga saat kita galau cinta di usia sekolah. Ketika usiamu semakin dewasa, di dunia perkuliahan banyak teman kamu yang waktu SMA jadi anak culun, pas kuliah karena merantau ke kota dan tanpa kontrol orangtua justru jadi liar. Maksudnya? Ya, banyak pergaulan anak kampus yang salah, bahkan kenakalannya melebihi masa-masa galau kita di usia sekolah dulu. Banyak dari teman-teman kita di kampus yang rela memberikan apa saja demi pujaan hati. Bahkan mereka memilih untuk nikah dini. Walaupun semua pilihan kembali ke diri kita masing-masing.
Lihat teman kamu yang galau akut di kampus. Dalam hati kamu hanya bilang: “aku sudah pernah dan aku move on”. Pas kamu senyum bahagia dapat IPK tertinggi, ternyata banyak dari teman kamu yang justru masih nangisin pacar gak jelas. Sayang banget, usia kuliah ialah gerbang usia matang. Lulus kuliah kita dihadapkan dengan waktu kerja. Baru kerja satu, dua, tiga tahun. Kita sudah benar-benar memasuki usia pernikahan kan?
Kamu Lulus Tepat Waktu. Menjadi Seorang yang Memanfaatkan Waktu dan Siap Menuju Pernikahan yang Penuh Persiapan

Di saat masih banyak teman kamu di kampus yang memilih jadi mahasiswa abadi karena masih sibuk dengan pacar yang tak membawa dampak kebaikan. Sibuk sama kegiatan yang sebenarnya merugikan. Dan galau setelah lulus mau apa? Kamu justru sibuk mengerjakan skripsi dan hasilnya kamu lulus tepat waktu.
Setelah lulus kamu sudah punya modal banyak banget. Ijazah dan pengalaman kuliah yang sungguh-sungguh. Kekuatan hati karena kamu sudah sering galau dan patah hati di usia belia. Tentunya setidaknya kamu punya satu cinta yang arahnya ialah sama-sama berjuang untuk masa depan yang lebih cerah.