Press On Nails vs Nail Art di Salon: Mana yang Lebih Awet?

- Jenis bahan dan teknik pemasangan memengaruhi ketahanan kuku
- Perawatan setelah pemasangan berpengaruh pada daya tahan kuku
- Waktu pemasangan, kepraktisan, pengaruh aktivitas sehari-hari, dan biaya memengaruhi pemilihan metode perawatan kuku
Pilihan untuk mempercantik kuku pun semakin beragam, mulai dari teknik yang praktis hingga yang memerlukan waktu dan keahlian khusus. Salah satu metode yang banyak dilirik adalah press on nails, yang dikenal karena kemudahannya dan tampilan akhirnya yang tetap memukau. Banyak orang mulai mempertimbangkan metode ini sebagai alternatif yang dianggap lebih simpel ketimbang menghabiskan waktu lama membuat nail art di salon.
Namun, saat membandingkan dua hal ini rasa penasaran sering kali muncul sebenarnya, manakah yang lebih tahan lama? Daripada menebak-nebak, lebih baik pahami dengan saksama bagaimana perbedaan keduanya dari berbagai sudut. Berikut lima poin penting yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebelum kamu memilih gaya perawatan kuku yang paling sesuai.
1. Ketahanan ditentukan oleh bahan dan teknik

Salah satu faktor utama yang memengaruhi ketahanan antara press on nails dan nail art salon terletak pada jenis bahan yang digunakan. Press on nails biasanya dibuat dari plastik akrilik ringan yang dirancang agar nyaman saat dikenakan, sedangkan nail art di salon umumnya menggunakan bahan gel atau akrilik dengan lapisan tambahan seperti top coat atau base coat yang dirancang untuk memperkuat struktur kuku. Teknik pemasangan pun turut berperan penting sebab nail art salon dilakukan oleh profesional, sementara press on nails bergantung pada lem khusus atau perekat yang menyatu dengan permukaan kuku kamu.
Ketahanan juga dipengaruhi oleh cara pengguna merawat kukunya setelah pemasangan. Jika kamu sering melakukan aktivitas berat dengan tangan, ada kemungkinan press on nails akan lebih cepat lepas. Sebaliknya, nail art salon yang melalui proses curing dan penguatan berlapis cenderung lebih kokoh meski digunakan dalam aktivitas padat. Maka dari itu, daya tahan bukan hanya soal metode, tetapi juga soal keseharian pemakainya.
2. Frekuensi perawatan mempengaruhi umur pakainya

Semakin sering kuku dirawat dengan teknik yang benar, semakin lama hasilnya bertahan. Nail art yang dibuat di salon biasanya membutuhkan sentuhan ulang atau refill setiap dua sampai tiga minggu untuk menjaga penampilan tetap maksimal. Sementara itu, press on nails cenderung diganti lebih sering karena lem perekatnya bisa kehilangan daya rekat setelah beberapa hari, apalagi jika sering terkena air atau sabun cuci.
Namun, press on nails memberikan keuntungan dari sisi kepraktisan. Ketika mulai terlepas, kamu bisa dengan mudah menggantinya sendiri tanpa harus pergi ke salon. Ini tentu mempersingkat waktu dan tidak mengganggu jadwal sibuk. Tapi tetap perlu diingat, semakin sering diganti tanpa perawatan dasar, kuku asli bisa ikut rusak dan rapuh.
3. Durasi pemasangan berpengaruh pada hasil

Waktu yang dibutuhkan untuk memasang nail art di salon bisa memakan waktu cukup lama, tergantung dari tingkat kerumitan desain yang diinginkan. Prosesnya bisa melibatkan pengamplasan, pelapisan berulang, dan pengeringan dengan sinar UV, yang masing-masing memerlukan ketelitian. Hasil akhirnya tentu sangat presisi, terlihat profesional, dan tahan lama hingga berminggu-minggu.
Sebaliknya, cara pakai press on nails bisa dilakukan dengan lebih cepat. Dalam hitungan menit, kamu sudah bisa mendapatkan tampilan kuku yang rapi dan menarik. Tapi karena prosesnya lebih singkat dan sederhana, ada risiko tampilan kurang presisi jika tidak dipasang dengan benar. Oleh sebab itu, hasil akhir sangat bergantung pada ketelatenan saat pemasangan, serta kualitas produk yang digunakan.
4. Aktivitas sehari-hari berperan dalam ketahanan kuku

Rutinitas harian memiliki pengaruh besar terhadap seberapa lama kuku tetap terlihat rapi dan tidak rusak. Jika kamu bekerja dengan tangan, seperti memasak, membersihkan rumah, atau mengetik sepanjang hari, nail art dari salon cenderung lebih tahan terhadap tekanan tersebut. Teknik pelapisannya yang berlapis-lapis memberikan perlindungan ekstra pada kuku asli.
Press on nails memang praktis, tapi bisa lebih rentan terhadap kondisi ekstrem. Aktivitas seperti membuka kaleng atau menggaruk permukaan keras bisa menyebabkan kuku palsu ini mudah copot. Meskipun begitu, kepraktisan untuk menggantinya setiap kali rusak bisa menjadi nilai plus tersendiri jika kamu mencari solusi cepat untuk tampil menarik tanpa komitmen jangka panjang.
5. Biaya jangka panjang menentukan pilihan

Soal harga, press on nails memang cenderung lebih terjangkau dibandingkan bila kamu mencoba nail art salon. Dengan kisaran harga yang bervariasi tergantung desain dan kualitasnya, kamu bisa menemukan banyak pilihan yang ramah di kantong. Namun, karena lebih sering diganti, akumulasi biaya jangka panjang bisa jadi tidak jauh berbeda, terutama jika kamu membeli press on nails berkualitas tinggi secara rutin.
Di sisi lain, meskipun biaya awal nail art salon lebih tinggi, hasil yang lebih awet dan presisi. Bisa dibilang nail art lebih hemat dalam jangka panjang, apalagi jika kamu tidak terlalu sering mengganti desain. Jadi, pemilihan metode ini bukan hanya tentang biaya awal, melainkan juga mempertimbangkan frekuensi penggunaan dan preferensi gaya hidupmu.
Memilih antara press on nails dan nail art di salon sebenarnya bukan soal mana yang lebih baik, tapi mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan kamu sehari-hari. Dengan memahami perbedaan di atas kamu bisa menentukan pilihan yang tidak hanya estetik, tetapi juga fungsional dan tahan lama sesuai dengan gaya hidupmu. Kira-kira kamu tim press on nails atau nail art nih?