7 Hari Banjir di Aceh, Minyak Genset Mulai Habis dan Kondisi Masih Darurat
- Banjir bandang di Aceh sudah berlangsung selama 7 hari, menyebabkan habisnya persediaan minyak untuk genset dan kondisi darurat masih terjadi.
- Direktur Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA) Farwiza Farhan mengungkapkan bahwa banjir besar disebabkan oleh rangkaian faktor dan ketidaksigapan pemerintah.
- Penyebab utama banjir bukan hanya hujan ekstrem, tetapi juga kerusakan hutan yang telah terjadi selama puluhan tahun.
Jakarta, IDN Times - Dari ujung sambungan telepon, Direktur Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA) Farwiza Farhan menceritakan kondisi Aceh yang dilanda banjir bandang pada hari ke tujuh ini. Dia mengatakan, meski sudah ada Starlink sebagai alat komunikasi, namun tak sepenuhnya bisa menyambung suara masyarakat yang terdampak bencana. Salah satunya soal persediaan minyak untuk genset sudah mulai menipis.
"Teman-teman yang memakai genset selama ini untuk listrik, minyaknya sudah mulai habis. Jadi kondisi masih amat sangat darurat," kata dia kepada IDN Times, Senin (1/12/2025).
Dia mengungkapkan, penyaluran BBM terputus karena akses jalan dari Medan ke Banda Aceh dan beberapa titik lainnya juga terputus.
1. Awalnya mengira hujan biasa

Wiza panggilan akrabnya, mengungkapkan saat ini sedang berada di Banda Aceh. Sedangkan koleganya tersebar di Leuser dan kondisi mereka sedang tidak baik-baik saja.
Dia pun menceritakan, ketika banjir mulai melanda dia sedang berada di Banda Aceh. Pada Senin malam, 24 November 2025, dia tengah dalam perjalanan dari Singkil ke Sebulu Salam, lalu Selasa pagi dari Sebulu Salam kembali ke Banda Aceh.
"Waktu itu posisinya hujan. Tapi waktu itu kami tidak menyadari seberapa parah hujan ini. Kami kira hanya hujan biasa, sedikit lebih deras, namun sampai di Banda Aceh di hari Rabu pagi, saya ke kantor masih hujan, koneksi internet dan listrik hilang, terputus. Waktu itu kita tidak tahu apa yang terjadi," kata dia.
2. Banjjir besar karena rangkaian faktor dan ketidaksigapan pemerintah

Wiza menilai, banjir besar yang melanda hampir seluruh wilayah Aceh tahun ini terjadi akibat rangkaian faktor yang saling memperburuk satu sama lain.
“Kerusakan hutan sudah di tahap yang sangat parah dan ketidaksigapan (antisipasi) bencana yang ada di pemerintah kita, sehingga keadaannya bisa seperti ini,” ujarnya.
3. Penyebab utama banjir bukan hujan ekstrem tapi kerusakan hutan

Menurut Wiza, fenomena curah hujan ekstrem tidak bisa berdiri sendiri sebagai penyebab utama bencana banjir bandang ini.
“Curah hujan yang tidak biasa ketemu dengan kerusakan hutan yang sudah sangat parah sehingga resilience dan ketahanan tanah itu menjadi berkurang jauh,” katanya.
Dia menambahkan, berbagai daerah aliran sungai telah mengalami degradasi selama puluhan tahun. “Kerusakan hutan yang terjadi 40 tahun yang lalu masih kita rasakan dampaknya sekarang,” ujarnya.
Karena itu, kata dia, wilayah Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang hingga Langsa terus menanggung risiko besar akibat keputusan tata kelola hutan yang diambil 30-40 tahun lalu.



















