- Kasus "Sehat Mental" yang dapat ditangani dengan psikoedukasi.
- Pemeriksaan kesehatan jiwa berkala secara mandiri.
- Menggunakan instrumen SRQ 29 (Self Reporting Questionnaire) pada aplikasi e-Jiwa dengan periode setiap 1 tahun.
Ada JakCare, Warga Jakarta Bisa Konseling Gratis 24/7

- JakCare terintegrasi dengan 31 RSUD dan 32 puskesmas di Jakarta.
- JakCare memastikan warga bisa bicara tanpa takut dihakimi.
- Pengguna akan menjalani asesmen singkat melalui fitur JakCare Skrining (JCS).
Setiap 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day. Nah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta gak cuma ikut memperingati, tapi juga turun tangan dengan aksi nyata.
Lewat program JakCare, Pemprov DKI menghadirkan layanan konseling gratis 24 jam yang bisa diakses semua warga Jakarta. Di sini, kamu dapat terhubung dengan psikolog klinis profesional, baik melalui hotline 0800-1500-119 maupun aplikasi JAKI.
“Semua biaya konsultasi ditanggung oleh JakCare, sehingga layanan ini gratis. Ini adalah bentuk pemenuhan kebutuhan kesehatan mental bagi warga Jakarta,” ujar Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung.
Cari tahu lebih banyak tentang layanan keren ini. Keep scrolling, ya guys!
1. Layanan 24 Jam yang selalu siaga

Dalam operasionalnya, Call Center JakCare dijalankan oleh psikolog klinis bersertifikat yang bekerja dalam tiga shift penuh setiap hari. Artinya, siapa pun bisa menghubungi JakCare, bahkan di tengah malam, saat perasaan mulai berat atau pikiran ruwet.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, mengatakan, JakCare hadir sebagai teman bicara yang dapat diakses kapan dan di mana saja. Masyarakat bisa langsung berkonsultasi tanpa perlu datang ke fasilitas kesehatan dan tanpa biaya.
“Yang menerima telepon adalah tenaga psikolog klinis yang kami sediakan dalam tiga shift per hari. Jadi selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu, selalu ada tenaga psikolog yang siap mendengarkan dan membantu,” ujar Ani.
JakCare sudah terintegrasi dengan 31 RSUD dan 32 puskesmas di Jakarta yang menyediakan fasilitas kesehatan jiwa. Bila ditemukan kasus dengan risiko tinggi, pengguna akan dirujuk ke rumah sakit atau pusat layanan krisis terdekat.
2. Sebelum konseling, ada asesmen singkat

Melalui JakCare, Pemprov DKI ingin memastikan setiap warganya bisa bicara tanpa takut dihakimi dalam situasi apa pun. Warga tak perlu lagi memendam perasaan sendiri. Ada psikolog profesional yang siap mendengarkan 24 jam penuh.
“JakCare menjadi pintu masuk untuk korban kekerasan dan juga mereka yang mengalami gangguan mental akibat tekanan hidup. Kami pastikan semua warga bisa mengaksesnya dengan aman dan rahasia,” lanjut Ani.
Sebelum memulai konseling, pengguna akan menjalani asesmen singkat melalui fitur JakCare Skrining (JCS). Sistem ini mengelompokkan kondisi mental pengguna dalam empat kategori warna:
Warna Hijau:
Warna Kuning:
- Kasus "Risiko Sedang".
- Memerlukan konsultasi lebih lanjut dengan Psikolog Klinis melalui telepon dengan durasi maks. 60 menit.
Warna Orange:
- Kasus "Risiko Tinggi Tidak Darurat".
- Memerlukan konsultasi lebih lanjut dengan Psikolog Klinis melalui telepon dengan durasi maks. 60 menit.
- Apabila konseling tidak menunjukkan perbaikan, pengguna dirujuk ke pusat layanan krisis.
Warna Merah:
- Kondisi kegawatdaruratan psikiatri.
- Pengguna akan langsung terhubung dengan layanan krisis melalui mekanisme yang telah ditetapkan, layanan ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan instansi/ unit pelayanan terkait.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa mereka tidak sendiri. Ada ruang aman dan profesional yang siap membantu lewat JakCare,” tutur Ani.
3. Menuju Jakarta yang sehat jiwa

Hari Kesehatan Mental Sedunia menjadi pengingat bahwa kesehatan jiwa bukanlah perihal lemah atau kuat, tetapi tentang keberanian untuk mencari bantuan ketika kita membutuhkannya di keadaan darurat.
Layanan JakCare pun mendapat banyak apresiasi, termasuk dari Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rany Mauliani. Ia menilai, di tengah meningkatnya kasus depresi, stres kerja, dan gangguan kecemasan, JakCare hadir di waktu yang tepat.
“Perilakunya bisa saja baik-baik saja, tapi di dalam hati dan pikirannya sebenarnya tidak sedang baik-baik saja. Layanan seperti JakCare penting agar mereka punya tempat berbagi yang aman,” ujar Rany.
Ia juga menekankan pentingnya tenaga profesional yang sensitif terhadap isu psikis dan tidak menghakimi. “Masalah kejiwaan bukan seperti penyakit fisik yang terlihat. Jadi penanganannya pun harus hati-hati dan tepat,” tambahnya.
Dukungan juga datang dari masyarakat. Di unggahan Instagram resmi Pemprov DKI dan akun @dkijakarta, warga menyampaikan banyak komentar positif terkait JakCare. Salah satu pengguna menulis, “Keren banget, akhirnya ada tempat curhat yang beneran dijawab profesional, bukan sekadar ‘sabar ya’.”
Komentar lain menambahkan, “Semoga bisa bantu banyak orang yang takut cerita, terutama anak muda yang stres kerja, kuliah, atau hidup di Jakarta yang serba cepat.” (WEB)