Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Angka Perceraian di Kota Malang Tinggi, Perlu Bimbingan Pranikah  

Pemberian bansos atas pengawasan Kemendagri dan KPK. Dok/ Pemkot Malang
Pemberian bansos atas pengawasan Kemendagri dan KPK. Dok/ Pemkot Malang

Malang, IDN Times - Angka perceraian di Kota Malang terhitung masih cukup tinggi. Tercatat sebanyak dua ribu kasus perceraian terjadi di Kota Malang selama periode Januari hingga September 2020. Kasus perceraian tersebut dipicu oleh berbagai sebab, sebagian besar alasannya karena ketidakcocokan.

1. Perlu adanya bimbingan pranikah

Wali Kota Malang saat meninjau penerapan aturan ganjil genap di Pasar Kota Malang. Dok/ Humas Pemkot Malang
Wali Kota Malang saat meninjau penerapan aturan ganjil genap di Pasar Kota Malang. Dok/ Humas Pemkot Malang

Wali Kota Malang, Sutiaji menilai, fenomena tingginya angka perceraian itu disebabkan karena pasangan yang belum sepenuhnya memahami tentang arti pernikahan. Hal itu kemudian memicu adanya konflik-konflik di dalam rumah tangga.

Maka dari itu, perlu adanya bimbingan pranikah agar calon pengantin bisa saling memahami. Terutama menyatukan visi dan misi masing-masing calon sebelum memutuskan menjalani rumah tangga. 

"Banyak instrumen penyebab pasangan memilih untuk bercerai. Tetapi memang sebagian besar beralasan karena ketidakcocokan. Padahal, sebelum menikah sudah berpacaran selama lima tahun. Tetapi setelah setahun menikah kemudian bercerai," terang Sutiaji, Jumat (16/10/2020). 

2. Perlu bimbingan psikologi keagamaan

Wali Kota Malang, Sutiaji memimpin langsung rapat koordinasi pembahasan aturan new normal. Dok/Humas Pemkot Malang
Wali Kota Malang, Sutiaji memimpin langsung rapat koordinasi pembahasan aturan new normal. Dok/Humas Pemkot Malang

Lebih jauh, Sutiaji menilai perlu adanya pembimbing psikologi keagamaan. Hal itu untuk melatih insting calon pasangan pengantin agar bisa memahami segala permasalahan yang akan muncul saat berumah tangga.

"Penguatan psikologi keagamaan perlu dilakukan. Menikah bukan hanya persoalan apa yang ada di pikiran, tetapi juga harus mengedepankan nurani. Sehingga, saat sudah menikah akan mampu mengeliminasi yang tidak baik," imbuhnya. 

3. Pemahaman pernikahan lebih dominan ketimbang ekonomi

Ilustrasi Kencan (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi Kencan (IDN Times/Mardya Shakti)

Di sisi lain, orang nomor satu di Kota Malang itu menambahkan, pemahaman pernikahan jauh lebih krusial ketimbang ekonomi. Pasalnya, faktor yang membuat pasangan bercerai justru lebih banyak yang datang dari pemahaman pernikahan. Meskipun alasan ekonomi juga ada yang menjadi latar belakang pasangan memutuskan bercerai. 

"Kalau faktor ekonomi biasanya menjadi alasan seseorang enggan untuk segera menikah. Padahal kalau sudah siap, ya menikah saja," jelasnya. 

4. Pasangan suami istri harus punya perencanaan yang matang

IDN Times/ Alfi Ramadana
IDN Times/ Alfi Ramadana

Terlepas dari itu, menikah memang bukan sekadar menyatukan visi antara laki-laki dan perempuan. Tetapi lebih dari itu, pasangan pengantin harus memiliki perencanaan yang jelas dan memahami satu sama lain.

"Perlu perencaan yang baik bagi pasangan muda. Lalu mereka juga harus saling memahami agar keluarganya bisa harmonis dan terhindar dari perceraian," tukas Sutiaji.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Alfi Ramadana
EditorAlfi Ramadana
Follow Us

Latest in News

See More

Polisi Pastikan Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Tak Anti Agama Tertentu

11 Nov 2025, 16:34 WIBNews