BEM UI Protes Dipanggil Rektorat di Hari Minggu, Ade Armando: Manja!

Jakarta, IDN Times - Dosen ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, menilai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di kampusnya terlalu manja. Hal itu lantaran sejumlah pengurus BEM sempat memprotes kebijakan rektorat yang memanggil mereka pada Minggu sore, 27 Juni 2021, untuk mengklarifikasi meme yang ditujukan bagi Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
Melalui akun media sosialnya di Twitter @BEMUI_Official, pengurus BEM menyematkan gelar The King of Lip Service kepada Presiden Jokowi.
Gelar itu disematkan lantaran Jokowi dinilai kerap mengobral janji manis kepada rakyat, tetapi realita di lapangan sering kali tidak selaras. "Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dan rentetan janji lainnya," demikian cuit aku resmi BEM UI pada Sabtu, 26 Juni 2021 lalu.
"Semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekedar bentuk lip service semata. Berhenti membual, rakyat sudah mual!" kata mereka lagi.
Cuitan itu menjadi viral dan perbincangan warganet di media sosial. Posisi warganet terbelah. Ada yang sepakat dengan pernyataan BEM UI tapi tak sedikit yang mengkritisi. Lantaran hal tersebut, pengurus BEM kemudian dipanggil oleh Direktur Kemahasiswaan UI pada Minggu sore kemarin.
Berdasarkan keterangan Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra, surat pemanggilan dikeluarkan pada hari Minggu kemarin. Sedangkan, ia baru dikabari 20 menit sebelum pertemuan digelar pada pukul 15.00 WIB. Hal itu kemudian menimbulkan tanda tanya di benak mereka urgensi pertemuan tatap muka di akhir pekan.
Terkait sikap yang ditunjukkan BEM UI tersebut, Ade Armando mengatakan, "itu mah manjalah BEM. Protes kayak begitu cemen banget!"
Dia menyentil sikap BEM dalam debat terbuka virtual yang disiarkan di kanal YouTube Hersubeno Point pada Senin malam, 28 Juni 2021.
"Dipanggil oleh direktorat kemahasiswaan mengeluh, dipanggil jam 17.00 ngeluh. Ini gimana sih, ini Anda mau berantem gak sih sebenarnya?" tanya Ade lagi.
Di dalam debat itu, kehadiran BEM UI diwakili oleh Blok Pelajar Politik (BPP), Delpedro Marhaen. Ia justru mengaku heran mengapa pertemuan tatap muka itu tidak bisa ditunda ke hari Senin.
"Sebenarnya pertanyaan itu lebih cocok disampaikan ke rektor. Ya, tanya ke Rektor UI mengapa itu dipermasalahkan," kata Pedro membalas pernyataan Ade.
Di program debat itu pula Ade dituding bukan lagi akademisi murni, melainkan sudah menjadi pembela kebijakan pemerintah. Apa respons Ade terhadap tudingan tersebut?
1. Ade Armando menyayangkan BEM UI tidak bersedia dialog langsung

Di dalam debat terbuka yang berlangsung selama 90 menit itu, Ade menyayangkan mengapa bukan BEM UI yang meladeni debat. Sementara, Peldro dinilai hanya pasang badan demi melindungi BEM.
Peldro diketahui bukan mahasiswa UI. Namun organisasi BPP ikut dalam solidaritas mendukung BEM kampus yang berlokasi di Depok tersebut.
Ade menjelaskan alasan Ketua BEM, Leon Alvinda Putra, tidak ingin satu panel diskusi dengannya dinilai aneh. Leon ketika itu disebut-sebut sedang berada di sebuah safe house.
"Dia gak mau ketemu saya atau ngobrol sama saya. Seharusnya besok (hari ini) di tvOne ada acara, seharusnya Leon (dipair) sama saya, tapi dia gak mau. Buat saya itu problematik lah dari BEM UI," kata dia.
Ade menduga Leon takut menghadapinya lantaran ada hubungan secara asimetris antara dosen dan mahasiswa. Ia menjamin apapun respons dari Leon tidak akan berdampak kepada kehidupan akademisnya.
2. Ade Armando dinilai hanya reaktif kepada kritik mahasiswa tapi tak ke media asing yang juga kritik Jokowi

Sementara, ketika dibuka sesi tanya jawab, Ade pun turut dikritik oleh penanya. Seorang pemirsa bernama Zoel justru mempertanyakan mengapa Ade malah bereaksi ketika mahasiswa melempar kritik kepada Presiden Jokowi. Tetapi, ia justru dinilai diam saja saat beberapa media asing menulis bahwa kualitas demokrasi di Indonesia menurun.
Peldro menimpali pertanyaan itu dengan menyebut bahwa Ade bukan lagi seorang akademisi murni. Ia sudah menjadi fans Jokowi sehingga tidak lagi bisa secara obyektif menilai kebijakan pemerintah.
Namun, Ade langsung menjawab, "Pedro, gak level (dibantu mahasiswa menjawab pertanyaan)," kata Ade.
"Gak apa-apa sekali-sekali doktor dibantu (dalam menjawab pertanyaan) oleh mahasiswa semester lima," kata Peldro menimpali.
Di sisi lain Ade menepis persepsi Zoel yang melihat seolah-olah ia tak pernah mengkritik balik kritik yang disampaikan oleh beberapa media asing mengenai pemerintahan Jokowi.
"Indonesianis Australia itu sudah beberapa kali saya kritik ketika mereka menyampaikan Indonesia menuju orde baru. Argumen-argumen mereka saya pikir juga lemah dan itu terbuka. Gara-gara itu mereka juga marah," tutur Ade lagi.
3. Ade Armando akui sebagai pendukung Jokowi

Di dalam debat itu, Ade mengaku bahwa dia merupakan pendukung Presiden Jokowi. Meski begitu, ia tetap berusaha mengkritik kebijakan Jokowi yang dianggap merugikan publik.
"Saya juga mengkritik UU Cipta Kerja sebelum akhirnya dia dilahirkan. Begitu dia dilahirkan, ya udah kita jalankan sebaik-baiknya. Saya juga kritik keras masuknya UU Penyiaran ke dalam UU Cipta Kerja. Tidak banyak (yang saya kritik) karena memang saya pendukung Jokowi," kata Ade di debat tersebut.
Meski begitu, ia mendukung bila ada pihak-pihak tertentu yang ingin mengkritik dan menghina Jokowi. Dalam pandangannya, yang tidak boleh dilakukan adalah memfitnah Presiden.
"Yang saya persoalkan yang melakukan itu (menghina presiden) adalah BEM, supposed to be memang pinter, ternyata gak pinter. Mungkin dari dulu juga gak pinter-pinter amat (mahasiswa yang tergabung di BEM UI)," ujarnya.