Kasus Keracunan Meningkat, BGN Ungkap 50 Persen Disebabkan Ecoli

- Kasus keracunan makanan di Indonesia, 50 persen disebabkan oleh bakteri E. coli dari air tercemar.
- Seluruh dapur SPPG diminta memperketat sterilisasi wadah makanan bergizi gratis dan menggunakan air tersertifikasi.
- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyumbang 48 persen dari total kasus keracunan pangan di Indonesia, dengan 13.371 penerima manfaat mengalami gangguan kesehatan.
Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengungkap fakta mengejutkan soal sumber utama keracunan makanan di Indonesia. Berdasarkan kajian Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sekitar 50 persen kasus keracunan disebabkan bakteri Escherichia coli (E. coli) yang berasal dari air tercemar.
“Dari hasil kajian Kemenkes, banyak kejadian keracunan pangan di Indonesia. Sekitar 50 persen disebabkan cemaran E. coli yang bersumber dari air,” kata Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (12/11/2025).

Dadan menegaskan, seluruh dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus memperketat sterilisasi wadah makanan bergizi gratis (MBG). Ia meminta setiap dapur memastikan wadah benar-benar kering dan steril agar tidak menjadi media tumbuh bakteri.
"Setiap SPPG sekarang diminta untuk menggunakan sterilisasi food tray, terutama yang berbahan seperti lemari dan memiliki uap panas yang bisa sampai 120 derajat sehingga food tray bisa cepat dikeringkan, dan juga steril," ucap Dadan.
Ia juga menegaskan pentingnya kualitas air untuk memasak. Air yang digunakan wajib tersedia dalam bentuk bersertifikat, baik air kemasan maupun isi ulang yang telah melalui proses sterilisasi.
“Seluruh SPPG diminta menggunakan air tersertifikasi. Baik air dalam kemasan maupun air isi ulang, asalkan memiliki peralatan untuk mensterilkan air tersebut,” ujar Dadan.

Dadan turut memaparkan data nasional terkait kasus keracunan pangan di Indonesia. Hingga kini, tercatat 441 kasus keracunan pangan di seluruh wilayah, dan 211 kasus di antaranya berasal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Terkait berbagai kejadian tanah air, khususnya keracunan pangan di indonesia secara umum total kejadian sampai hari ini ada 441 total kejadian. MBG menyumbang 211 kejadian atau kurang lebih 48 persen dari total keracunan pangan di Indonesia," kata dia.
Temuan ini menjadi sorotan karena program MBG seharusnya menjadi upaya pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat, bukan justru menimbulkan masalah kesehatan baru.

Lebih lanjut, BGN mencatat 13.371 penerima manfaat MBG mengalami gangguan kesehatan usai mengonsumsi makanan dari program tersebut.
“Penerima manfaat yang alami gangguan kesehatan ada 636 orang rawat inap menurut data kami. Di Kemenkes tercatat 638 orang, hanya beda dua. Sedangkan yang rawat jalan di data kami 11.004 orang, sementara di Kemenkes 12.755,” beber Dadan.
Ia menegaskan bahwa BGN akan segera menyinkronkan data dengan Kemenkes agar penanganan korban bisa lebih cepat dan tepat.
“Total penerima manfaat yang alami gangguan kesehatan akibat MBG mencapai 13.371 orang berdasarkan laporan Kemenkes,” katanya.



















