Cegah Deforestasi, Epistem Diharapkan Jadi Solusi Perubahan Iklim

- Sumsel dipilih sebagai pilot project Epistem di Indonesia
- Epistem adalah teknologi pemetaan untuk mendukung pencegahan deforestasi dan pemulihan bentang lahan
- Epistem dapat digunakan tanpa perangkat khusus dan dirancang untuk berbagai kalangan
Jakarta, IDN Times – CIFOR-ICRAF Indonesia, lembaga riset internasional di bidang kehutanan dan agroforestri memperkenalkan teknologi pemetaan bentang lahan terbaru yaitu Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions (EPISTEM) pada Kamis (24/4/2025). Kick-off Nasional Kegiatan EPISTEM ini mengangkat tema 'Bersama Membangun Digital Solusi Alam Perubahan Iklim', yang diselenggarakan di Ruang Serbaguna, Gedung Plaza Perpustakaan Nasional RI Lantai 4, Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Epistem adalah hasil kolaborasi dari berbagai pihak untuk membangun teknologi pemetaan yang mampu menyediakan data berkualitas guna mendukung pencegahan deforestasi dan pemulihan bentang lahan. Teknologi Epistem ini diprakarsai oleh CIFOR-ICRAF Indonesia, International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), dan World Resources Institute (WRI) Indonesia, dengan dukungan dari BMU IKI.
1. Epistem permudah akses data untuk cegah deforestasi

Epistem dikembangkan untuk memudahkan akses terhadap data berkualitas tinggi untuk mendukung upaya restorasi hutan dan bentang lahan secara berkelanjutan, dengan mengedepankan keseimbangan antara penyerapan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Melalui teknologi pemetaan yang canggih, Epistem memfasilitasi para pelaku dan pemangku kepentingan dalam memperoleh dan memanfaatkan data yang akurat untuk keperluan perencanaan, mobilisasi dana, serta pelaksanaan upaya pencegahan deforestasi dan bentang lahan yang terdegrasi.
2. Mendorong transparansi dan standarisasi data

Epistem menyediakan platform pemetaan bentang lahan terbuka (open source) yang dapat digunakan tanpa perangkat khusus. Sebagai sistem digital berbasis partisipatif, Epistem mendorong proses pemetaan bentang lahan yang lebih inklusif juga akurat, berlandaskan pada data yang terbuka dengan kualitas tinggi.
“Tujuannya adalah lagi-lagi untuk menyediakan teknologi pemantauan atau pemetaan lahan yang dapat digunakan pengguna awam dan tanpa perangkat khusus” tutur Dony Indiarto, perwakilan dari CIFOR-ICRAF Indonesia.
Epistem juga dirancang untuk digunakan oleh berbagai kalangan, seperti organisasi masyarakat sipil, lembaga pendanaan, organisasi advokasi dan lembaga verifikasi, hingga Institusi pemerintah.
3. Melibatkan kolaborasi multisektor

Impelementasi pengembangan Epistem perlu melibatkan kerjasama berbagai pihak, mulai dari pemangku kepentingan, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta. Peneliti senior IIASA, Ping Yowargana menyatakan bahwa keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada teknologi saja, tetapi juga keterlibatan aktif dari semua pihak.
“Saya mengajak ya semua pihak, semua pemangku kepentingan untuk dapat berperan aktif dan berkolaboratif membangun Epistem menjadi pangkalan data yang kokoh,” ujarnya.
4. Sumatra Selatan menjadi daerah uji coba pertama Epistem

Sumatra Selatan (Sumsel) menjadi wilayah percontohan terpilih untuk implementasi awal teknologi Epistem. Dengan menjadi pilot project, Sumsel berharap implementasi Epistem dapat merumuskan solusi yang relevan serta mendukung penyusunan kebijakan yang tepat sasaran untuk melindungi ekosistem keberlanjutan di Sumatra Selatan.