Trump Sepakati 9 Perusahaan Farmasi untuk Pangkas Harga Obat di AS

- Kesepakatan besar untuk menurunkan harga obat di AS melibatkan 9 perusahaan farmasi besar, termasuk Pfizer, dengan tujuan menyamakan harga obat di AS dengan negara maju lainnya.
- Pemerintah AS memberikan insentif tarif bagi perusahaan farmasi dengan memberi masa tenggang selama 3 tahun dari rencana penerapan bea masuk khusus terhadap produk farmasi bermerek yang diproduksi di luar negeri.
- Pemotongan harga obat diperkirakan akan berdampak luas di pasar AS, membebani anggaran rumah tangga pasien serta program publik seperti Medicaid. Namun, dampak akhirnya terhadap harga global masih belum dapat dipastikan.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan telah tercapai kesepakatan dengan sembilan perusahaan farmasi besar asal AS dan Eropa untuk menurunkan harga sejumlah obat yang dijual di pasar domestik AS. Trump mengumumkan hal tersebut pada Jumat (19/12/2025).
Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah mengaitkan harga obat di AS dengan skema most-favored nation, yakni sistem yang menyesuaikan harga obat dalam negeri dengan harga yang lebih rendah di negara lain.
Sebagai imbalannya, pemerintah memberikan masa tenggang selama tiga tahun bagi produk-produk perusahaan tersebut dari rencana penerapan tarif khusus di sektor farmasi. Pengecualian ini berlaku selama para produsen berkomitmen menambah investasi manufaktur di wilayah AS. Kesepakatan baru ini juga memperluas perjanjian serupa yang sebelumnya telah dicapai Gedung Putih dengan Pfizer dan sejumlah produsen obat besar lainnya terkait pemangkasan harga serta sistem penjualan langsung kepada konsumen di AS.
1. Kesepakatan besar untuk menurunkan harga obat di AS

Kesepakatan terbaru ini melibatkan sembilan perusahaan farmasi besar, yakni Merck, Bristol Myers Squibb, Amgen, Gilead Sciences, GSK, Sanofi, Novartis, Roche melalui unit Genentech, serta perusahaan swasta asal Jerman, Boehringer Ingelheim. Media yang berfokus pada isu kesehatan dan kebijakan di Washington menyebut langkah ini sebagai paket pemotongan harga obat terbesar yang pernah dicapai oleh pemerintahan Trump hingga saat ini.
Menurut penjelasan pemerintah, kesembilan perusahaan tersebut sepakat menawarkan harga obat di pasar AS pada tingkat most-favored nation. Artinya, harga obat yang dijual di AS akan disamakan dengan harga terendah yang berlaku di negara maju lain, khususnya untuk program seperti Medicaid dan sejumlah pembayar lain.
Seorang pejabat senior pemerintahan Trump menyampaikan bahwa semua obat baru yang diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut nantinya akan dijual dengan harga yang sama di seluruh segmen pasar, termasuk komersial, Medicare, Medicaid, dan untuk pasien yang membeli secara tunai.
Dalam pengumumannya di Gedung Putih, Presiden Trump menegaskan bahwa tujuan utama dari kebijakan ini adalah mengakhiri kondisi di mana pasien Amerika harus membayar harga jauh lebih tinggi dibandingkan warga negara lain untuk obat yang sama.
“Rakyat Amerika sudah terlalu lama mensubsidi biaya obat bagi seluruh dunia,” kata Trump dalam pernyataan publiknya, dilansir CNBC.
2. Pemerintah AS beri insentif tarif bagi perusahaan farmasi

Sebagai bagian dari paket kebijakan yang disepakati, sembilan perusahaan farmasi tersebut mendapat masa tenggang selama tiga tahun dari rencana penerapan bea masuk khusus terhadap produk farmasi bermerek yang diproduksi di luar negeri. Kebijakan serupa sebelumnya telah diberikan kepada Pfizer melalui perjanjian terpisah yang memberikan jeda tiga tahun dari tarif impor berdasarkan penyelidikan Section 232 terhadap produk farmasi luar negeri.
Pejabat administrasi menjelaskan bahwa masa tenggang ini hanya berlaku jika perusahaan-perusahaan tersebut memenuhi komitmen investasi dalam fasilitas produksi dan penelitian farmasi di wilayah AS. Sebagai contoh, dalam kesepakatan dengan Pfizer, perusahaan berjanji menginvestasikan sekitar 70 miliar dolar AS (Rp1,1 kuadriliun) untuk memperluas kapasitas produksi dan riset di Amerika, yang kemudian menjadi model insentif bagi perusahaan lainnya.
Presiden Trump menyebut kombinasi antara kebijakan pemotongan harga dan insentif tarif ini sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk membawa kembali industri farmasi ke dalam negeri sekaligus menekan harga obat bagi masyarakat Amerika.
“Kami tidak hanya menurunkan harga obat, tapi juga membawa kembali pekerjaan dan pabrik ke AS,” ujarnya dalam konferensi pers.
3. Pemotongan harga obat diperkirakan berdampak luas di pasar AS

kesepakatan ini diperkirakan akan berdampak langsung terhadap harga berbagai obat mahal yang selama ini membebani anggaran rumah tangga pasien serta program publik seperti Medicaid. Dalam kasus Pfizer, misalnya, sebagian produk akan dijual dengan potongan harga mencapai 85 persen melalui platform federal TrumpRx. Skema diskon besar tersebut kemudian dijadikan acuan dalam perjanjian dengan perusahaan farmasi lainnya.
Para pakar kebijakan kesehatan menilai penerapan harga most-favored nation berpotensi memperkecil kesenjangan harga antara AS dan negara-negara Eropa. Namun, mereka juga menekankan bahwa dampak akhirnya terhadap harga global masih belum dapat dipastikan. Sejumlah analis memperkirakan, jika produsen berupaya menutup kerugian penjualan di Amerika dengan menaikkan harga di pasar luar negeri, kebijakan ini bisa memicu ketegangan baru dengan pemerintah Eropa yang selama ini menikmati harga obat lebih rendah.
Sementara itu, kelompok advokasi pasien menyambut positif langkah pemerintah tersebut, tetapi tetap menuntut transparansi mengenai rincian harga serta memastikan adanya pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kesepakatan tersebut.
“Ini langkah besar, tapi pasien AS akan menilai kesepakatan ini dari harga sebenarnya yang dibayar di apotek,” kata seorang direktur organisasi advokasi kesehatan, dilansir NPR.
















