Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Gempur 70 Target ISIS di Suriah untuk Balas Kematian Tentaranya

sudut kota Aleppo, Suriah. (unsplash.com/Aladdin Hammami)
sudut kota Aleppo, Suriah. (unsplash.com/Aladdin Hammami)
Intinya sih...
  • Serangan udara AS terhadap ISIS di Suriah sebagai pembalasan atas kematian dua tentara dan satu penerjemah sipil dalam penyergapan di Palmyra.
  • Operasi militer ini tidak dimaksudkan untuk memulai perang baru, melainkan sebagai bentuk balas dendam dan pencegahan agar ISIS tidak memperkuat diri.
  • Pemerintahan Suriah mendukung tindakan militer AS demi stabilitas keamanan nasional, meski masih ada ribuan pejuang ISIS yang mencoba bangkit kembali.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara terhadap puluhan target ISIS di Suriah pada Jumat (19/12/2025). Operasi militer ini merupakan pembalasan atas tewasnya dua tentara AS dan satu penerjemah sipil dalam penyergapan di Palmyra pekan lalu.

Jet tempur, helikopter serbu, dan artileri AS menembakkan lebih dari 100 amunisi presisi ke sekitar 70 lokasi strategis ISIS di Suriah tengah. Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi angkatan udara Yordania turut membantu operasi yang menargetkan gudang senjata dan infrastruktur logistik kelompok teror tersebut.

1. Serangan AS disebut bukan untuk memulai perang

konvoi militer AS di Suriah pada Desember 2018. (Sgt. Arjenis Nunez, Public domain, via Wikimedia Commons)
konvoi militer AS di Suriah pada Desember 2018. (Sgt. Arjenis Nunez, Public domain, via Wikimedia Commons)

Presiden AS Donald Trump memenuhi janjinya untuk membalas tewasnya personel AS dengan meluncurkan misi bernama "Operasi Hawkeye Strike". Nama operasi ini diambil sebagai penghormatan kepada negara bagian Iowa, daerah asal unit Garda Nasional tentara yang gugur.

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan operasi ini bukanlah untuk memulai perang baru di Timur Tengah. Serangan tersebut dimaksudkan untuk memburu kelompok ISIS yang bertanggung jawab dan mencegah mereka memperkuat diri.

"Ini bukanlah permulaan perang, melainkan sebuah bentuk balas dendam. Jika kalian menargetkan warga Amerika di mana pun di dunia, kalian akan menghabiskan sisa hidup yang singkat dan penuh kecemasan karena tahu AS akan memburu dan membunuh kalian tanpa ampun," ujar Hegseth, dilansir NYT.

Laporan media menyebutkan ledakan terdengar di berbagai wilayah Suriah hingga Sabtu dini hari. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengklaim serangan ini berhasil menewaskan seorang pemimpin ISIS terkemuka beserta sejumlah anggotanya di dekat Raqqa dan Deir ez Zor.

2. Dipicu penyergapan di kota Palmyra

ilustrasi warga Suriah
ilustrasi warga Suriah (unsplash.com/Omar Ramadan)

Eskalasi ini dipicu oleh insiden penyerangan konvoi gabungan AS dan Suriah di kota Palmyra pada 13 Desember lalu. Seorang penyerang menembaki rombongan tersebut sebelum akhirnya ditembak mati oleh pasukan keamanan.

Pihak militer AS mengidentifikasi dua tentara yang tewas sebagai Sersan Edgar Brian Torres Tovar dan Sersan William Nathaniel Howard. Keduanya merupakan anggota Skuadron 1, Resimen Kavaleri ke-113 dari Garda Nasional Iowa yang sedang bertugas mendukung operasi kontraterorisme.

Selain korban jiwa, serangan tersebut juga melukai tiga tentara AS lainnya serta dua personel keamanan Suriah. Pentagon menyebut insiden ini sebagai serangan paling mematikan bagi pasukan AS di Suriah sejak runtuhnya rezim Bashar al-Assad setahun lalu.

"Saya dengan ini mengumumkan bahwa Amerika Serikat memberikan pembalasan yang sangat serius, persis seperti yang saya janjikan, kepada para teroris pembunuh yang bertanggung jawab," tulis Trump, dilansir CNN.

3. Pemerintahan Suriah dukung operasi AS

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa (Kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Serangan udara ini dilakukan di tengah masa transisi Suriah setelah jatuhnya Bashar al-Assad pada 2024. Presiden Suriah saat ini, Ahmed al-Sharaa, dilaporkan mendukung tindakan militer AS di wilayahnya demi stabilitas keamanan nasional.

"Republik Arab Suriah menegaskan kembali komitmen teguhnya untuk memerangi ISIS dan memastikan bahwa mereka tidak memiliki tempat yang aman di wilayah Suriah. Kami akan terus mengintensifkan operasi militer terhadapnya di mana pun itu menimbulkan ancaman," ujar Kementerian Luar Negeri Suriah, dilansir Al Jazeera.

Meski ISIS tidak lagi menguasai wilayah luas, intelijen AS memperkirakan masih ada ribuan pejuang yang mencoba bangkit memanfaatkan celah keamanan di masa transisi. AS saat ini masih mempertahankan sekitar 1.000 tentara di Suriah untuk mencegah kebangkitan kembali kelompok radikal tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

BNPB Terus Optimalkan Logistik hingga Huntara di Sumbar

20 Des 2025, 22:00 WIBNews