Tokoh Demokrasi Dibunuh, Bangladesh Kerusuhan Lagi

- Massa bakar kantor berita dan incar diplomat India
- Demonstran marah serbu kantor surat kabar pro-India
- Penyerang bertopeng menembaknya dari jarak dekat
Jakarta, IDN Times - Kerusuhan meletus di Bangladesh pada Kamis (18/12/2025), menyusul kematian Sharif Osman Hadi, tokoh aksi protes 2024 yang tewas usai ditembak orang tak dikenal. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di Dhaka dan berbagai kota lain untuk menuntut keadilan atas tewasnya pemimpin muda tersebut.
Kepala pemerintahan sementara, Muhammad Yunus, menyebut insiden ini sebagai upaya terencana untuk menggagalkan pemilu mendatang. Ia meminta warga untuk tenang dan menetapkan hari berkabung nasional bagi sosok yang dianggap pahlawan demokrasi itu.
1. Massa bakar kantor berita dan incar diplomat India

Massa yang marah menyerbu kantor dua surat kabar terbesar, Prothom Alo dan The Daily Star, karena dianggap pro-India. Dilansir DW, para demonstran membakar gedung tersebut hingga menyebabkan jurnalis dan staf terjebak di dalam kepungan asap.
Petugas pemadam kebakaran harus menggunakan tangga untuk menyelamatkan orang-orang dari kobaran api yang melahap bangunan. Personel militer akhirnya dikerahkan ke lokasi kejadian untuk mengamankan situasi yang kian tak terkendali.
"Saya tidak bisa bernapas lagi karena terlalu banyak asap di sini. Saya ada di dalam dan kalian membunuh saya," tulis reporter The Daily Star, Zyma Islam, di Facebook saat kejadian berlangsung.
Selain media, demonstran juga mencoba merangsek ke kantor diplomatik India di Dhaka dan Rajshahi. Menurut laporan The Times of India, polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang meneriakkan slogan anti-India dan menuduh pelaku pembunuhan melarikan diri ke negara tetangga tersebut.
2. Hadi meninggal dunia di Singapura

Hadi mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Umum Singapura setelah dirawat intensif akibat luka tembak parah di kepala. Pria berusia 32 tahun itu diterbangkan ke Singapura awal pekan ini setelah kondisinya memburuk akibat penembakan di Dhaka.
Serangan tersebut terjadi pada 12 Desember saat Hadi sedang menumpangi bajaj di ibu kota. Penyerang bertopeng menembaknya dari jarak dekat sebelum melarikan diri dengan sepeda motor.
"Dalam perjuangan melawan hegemoni India, Allah telah menerima revolusioner agung Osman Hadi sebagai syahid," tulis kelompok protes mahasiswa, Inqilab Mancha, dikutip Al Jazeera.
Polisi Bangladesh telah mengidentifikasi dua tersangka utama dan meyakini mereka melintasi perbatasan ke India secara ilegal. Pihak berwenang menawarkan hadiah sebesar 5 juta taka atau sekitar Rp685 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi untuk menangkap pelaku.
3. Diduga sebagai upaya sabotase pemilu

Kematian Hadi terjadi di tengah persiapan pemilihan umum nasional yang dijadwalkan pada 12 Februari mendatang. Korban diketahui berencana maju sebagai kandidat independen untuk daerah pemilihan Dhaka-8. Hadi sendiri dikenal kerap mengkritik pengaruh India di Bangladesh.
Muhammad Yunus menuding pembunuhan ini didalangi oleh jaringan kuat untuk menciptakan ketidakstabilan di Bangladesh. Pemenang Nobel Perdamaian itu menegaskan kekerasan tidak akan menghentikan transisi demokrasi.
"Tujuan para konspirator adalah untuk menggagalkan pemilu dengan menunjukkan kekuatan mereka dan menyabotase proses elektoral. Namun, perjalanan negara menuju demokrasi tidak dapat dihentikan melalui ketakutan, teror, atau pertumpahan darah," tegas Yunus dalam pidato yang disiarkan televisi.
Kekerasan meluas dengan penyerangan terhadap properti milik Liga Awami, partai mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Dilansir BBC, kantor partai di Rajshahi dibakar dan kediaman mantan menteri di Chittagong dirusak oleh massa yang mengamuk.
Ketegangan politik ini memperumit situasi keamanan setelah penggulingan rezim Hasina pada 2024 lalu. Hasina sendiri saat ini berada di pengasingan di India dan telah dijatuhi hukuman mati secara in absentia atas tuduhan kejahatan kemanusiaan.


















