Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Demo Ojol di Monas, Driver Tolak Jadi Pekerja Tetap Tapi Jadi Mitra

IMG_9369.jpeg
Aliansi Ojek online (ojol) melakukan aksi demonstrasi di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (07/11/2025) (IDN Times/Anggia Leksa)
Intinya sih...
  • Para pengemudi menolak perubahan status menjadi pekerja tetap karena kekhawatiran akan hilangnya fleksibilitas dalam profesi ojol.
  • Driver ojol menginginkan perlindungan yang komprehensif meski menolak status pekerja, sebab 20% pendapatan mereka sudah mencakup berbagai manfaat perlindungan.
  • Khawatir ada intervensi dan kepentingan pihak luar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ratusan pengemudi ojek online (ojol) dari berbagai daerah menggelar aksi demonstrasi pada Jumat (07/11/2025) di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Aksi ini terlaksana di bawah koordinasi Unit Reaksi Cepat (URC) Bergerak.

Para peserta aksi menyampaikan aspirasinya terhadap rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang ojol yang sedang digodok pemerintah.

“Ayo kita kawal Perpres yang akan diterbitkan tahun ini, semoga Presiden Prabowo bisa mendengar ini semua,” ujar Humas URC Erna dalam orasinya.

1. Menolak sebagai pekerja tetap, tapi sebagai mitra

IMG_9370.jpeg
Pengemudi Ojek online menunjukkan kertas orasi saat melakukan aksi demonstrasi di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (07/11/2025) (IDN Times/Anggia Leksa)

Para pengemudi secara tegas menolak wacana perubahan status menjadi pekerja tetap. "Kami menolak yang namanya ada anjuran serikat," tegas salah seorang perwakilan mitra ojol dalam orasinya.

Penolakan ini bukan tanpa alasan, melainkan didasari kekhawatiran akan hilangnya fleksibilitas yang selama ini menjadi daya tarik utama profesi ojol.

Sejumlah pengemudi menegaskan, sistem kemitraan justru memberikan kebebasan yang lebih besar. "Kami bisa mengantar anak, bisa punya dua akun, dan kerja kita sendiri," ungkap seorang peserta aksi.

Mereka berargumen bahwa status sebagai mitra memungkinkan mereka mengatur waktu kerja sesuai kebutuhan keluarga tanpa terikat aturan baku seperti sistem karyawan.

2. Minta perlindungan tanpa mengorbankan kemerdekaan

Aliansi Ojek online (ojol) melakukan aksi demonstrasi di kawasan Monas, Jakarta Pusat
Aliansi Ojek online (ojol) melakukan aksi demonstrasi di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (07/11/2025) (IDN Times/Anggia Leksa)

Meski menolak status pekerja, para driver ojol tetap menginginkan perlindungan yang komprehensif. Seorang pengemudi asal Bogor bernama Dian secara khusus membantah informasi yang beredar mengenai tidak adanya asuransi bagi mitra.

"Yang bilang aplikasi tidak menggabung asuransi kecelakaan, itu bohong," tegasnya dengan lantang.

Dia menjelaskan lebih detail bahwa 20 persen dari pendapatan mereka sudah mencakup berbagai manfaat perlindungan.

"Dua puluh (20) persen itu sudah membantu banget untuk kami para mitra, entah itu dari kecelakaan, entah itu dari kematian, entah itu dari benefit-benefit," paparnya.

3. Khawatir ada intervensi dan kepentingan pihak luar

IMG_9351.jpeg
Aksi deminstrasi mitra Ojek online (Ojol) di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (07/11/2025) (IDN Times/Anggia Leksa)

Aksi ini juga menyoroti adanya kekhawatiran terhadap intervensi pihak-pihak yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan ojol.

"Pihak-pihak yang menyusup menjadi aktivis ojol tidak punya akun harus kita lawan!" seru salah seorang perwakilan pengemudi dengan penuh semangat.

Kekhawatiran ini terutama terkait dengan pihak-pihak yang dianggap tidak memahami realitas sehari-hari para pengemudi.

Para ojol meminta agar aplikator lebih selektif dalam mendengarkan suara yang benar-benar mewakili kepentingan mereka, bukan dari pihak yang memiliki agenda tersembunyi.

4. Memiliki akun resmi sebagai driver ojol

IMG_9374.jpeg
Seorang mitra ojol menunjukkan akun di handphone saat melakukan aksi demonstrasi di Monas, Jumat (07/11/2025), (IDN Times/Anggia Leksa)

Selain itu, para pengemudi secara sukarela menunjukkan akun resmi mereka kepada awak media.

"Akun asli mereka, mereka bawa, boleh dicek," ujar seorang pengemudi sambil menunjuk ke arah rekan-rekannya yang memegang ponsel.

Aksi menunjukkan akun ini merupakan bentuk transparansi untuk membuktikan bahwa mereka adalah mitra aktif yang benar-benar berkecimpung dalam profesi ini setiap hari. Hal ini sekaligus menepis stigma negatif yang sering melekat pada profesi ojol.

5. Suara pengemudi penyandang disabilitas

IMG_9383.jpeg
Pengemudi penyandang disabilitas menunjukkan kertas orasinya saat melakukan aksi demonstrasi di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (07/11/2025) (IDN Times/Anggia Leksa)

Aspirasi lainnya datang dari seorang pengemudi penyandang disabilitas berusia 49 tahun. Dia menyampaikan, "apakah ada yang mau menjamin saya di posisi saya disabilitas? Apakah ada yang mau menjamin?"

Ia melanjutkan, "walaupun saya disabilitas, saya masih bisa Pak sepanjang minggu, masih bisa keluar ke kantor jam berapa pun," ungkapnya.

Share
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Film Glodok 98 Karya Mahasiswa Gen Z di Amerika Angkat Luka Reformasi

08 Nov 2025, 06:15 WIBNews