Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dubes Sudan Ungkap Kondisi Terkini Negaranya: RSF Sudah Menyerah

Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Yassir Mohamed Ali saat konferensi pers di rumah Duta Besar Sudan, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/5/2023).(IDN Times/Lia Hutasoit)
Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Yassir Mohamed Ali saat konferensi pers di rumah Duta Besar Sudan, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/5/2023).(IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Konflik antara pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dengan angkatan bersenjata Sudan atau Sudanese Armed Forces (SAF) masih bergejolak.

Duta Besar Sudan untuk Indonesia Yassir Mohamed Ali mengungkapkan, RSF telah mengerahkan lebih dari 40 ribu pasukannya di Ibu Kota Sudan, Khartoum.

"Dengan mobil SUV bersenjata lengkap mereka. Sekarang telah dipastikan bahwa setelah penghancuran semua sumber dukungan logistik dasar mereka, 85 persen pasukan mereka menyerah, melarikan diri atau dibunuh oleh tentara," kata dia dalam keterangannya, Rabu (3/5/2023).

1. Sebut tak gambarkan sebagai perang saudara

Situasi yang terjadi di Sudan usai terjadinya penangkapan para pemimpin Sudan pada Senin, 25 Oktober 2021, waktu setempat. (Twitter.com/AmichaiStein1)
Situasi yang terjadi di Sudan usai terjadinya penangkapan para pemimpin Sudan pada Senin, 25 Oktober 2021, waktu setempat. (Twitter.com/AmichaiStein1)

Dengan kondisi itu, kata Yassir, narasi yang menyebut kondisi yang terjadi antara SAF dan RSF sebagai perang adalah salah. SAF, berdasarkan tugas konstitusional dan tanggung jawab nasional, kata dia, punya tugas menjaga keamanan dan stabilitas negara, serta tak punya pilihan selain menanggapi serangan.

“Oleh karena itu, mengingat fakta-fakta ini, tidak benar untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi sebagai perang saudara,” kata dia.

"Ini lebih merupakan tindakan yang tak terhindarkan oleh SAF terhadap kelompok pemberontak bersenjata, yang memiliki upaya kudeta untuk merebut kekuasaan, dan juga mencoba membunuh kepala negara, dan menguasai semua lokasi strategis di Khartoum (hampir 8 juta penduduk)," sambungnya.

2. RSF disebut cenderung perburuk situasi kemanusiaan

Ilustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Yassir mengungkapkan RSF saat ini sudah kehilangan cengkramannya di beberapa lokasi dan disebut dalam kondisi terdekat. Akibatnya, kata dia, RSF cenderung memperburuk situasi kemanusiaan dengan menargetkan sejumlah fasilitas dasar di Ibu Kota, yang mengakibatkan 69 persen rumah sakit tidak berfungsi.

Selain itu, staf medis dievakuasi secara paksa, pekerja darurat dan ambulans menjadi sasaran, 19 tenaga medis tewas dan sembilan di antaranya diculik dan sejumlah apotek dijarah.

3. RSF juga disebut sasar rumah sakit dan supermarket

Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) berada di dalam bis setiba dari Sudan di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (28/02/2023). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) berada di dalam bis setiba dari Sudan di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (28/02/2023). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Tidak hanya itu, Yassir menyebut, beberapa rumah sakit digunakan RSF sebagai pangkalan militer, setelah mengevakuasi paksa semua pasien. RSF juga menyasar supermarket dan toko kelontong di sekitar Khartoum. Bahkan, RSF merekrut anak-anak sebagai tentara.

"Pemberontakan telah enam kali melanggar gencatan senjata kemanusiaan, dan sejumlah tempat diplomatik telah dilanggar, seperti kedutaan Uni Eropa, India, Indonesia, Malaysia, dan jalur diplomatik milik Kedutaan Besar Amerika Serikat. Pasukan pemberontak menjarah mobil CD kedutaan Indonesia, dan juga membunuh seorang atase administrasi kedutaan Mesir," kata Yassir.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us