Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Kesaksian Salah Seorang Pekerja yang Diancam KKB di Distrik Paro

Zakaria Behuku, Pekerja pembangunan puskesmas di Paro, IDN Times/ Ricky Lodar

Timika, IDN Times - Lima belas pekerja pembangunan puskesmas yang sempat diancam kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, akhirnya berhasil dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika pada Rabu (8/2/2023) kemarin

Zakaria Behuku (32), salah seorang pekerja bangunan yang dievakuasi menceritakan pengalamannya berhasil keluar dari Distrik Paro dengan pertolongan warga setempat. Ia mengaku sudah berada di Distrik Paro selama lebih dari 1 bulan. Mereka bekerja membangun fasilitas Puskesmas di tempat itu.

“Kami bekerja di perusahaan kontraktor untuk membangun fasilitas Puskesmas di Distrik Paro,” ujar Zakaria saat memberikan keterangan pers di Kantor Pelayanan Polres Mimika, dijalan Cendrawasih, Kelurahan Kwamki, Distrik Mimika Bwru4, Mimika Papua Tengah, Rabu (8/2/2023).

1. Dapat informasi dari warga, pekerja diancam dan diminta tinggalkan Paro

15 pekerja saat dievakuasi TNI Polri menggunakan helikopter milik Polri/ IDN Times/ Istimewa

Selama bekerja, mereka berhubungan baik dengan masyarakat. Meski demikian, mereka diingatkan untuk tidak pergi selain ke tempat kerja dan kamp tempat tinggal mereka.

“Pertama kali datang, kami dikumpulkan oleh masyarakat dan pendeta lalu diingatkan bahwa di kampung ini ada aturan tidak boleh sembarang bepergian. Kami harus fokus kerja lalu kembali ke kamp,” katanya.

Akhir pekan kemarin, mereka mendengar dari warga bahwa KKB mengancam akan membunuh mereka jika tidak meninggalkan Distrik Paro. Namun, ia tak dapat memastikan apakah ada anggota KKB di antara warga setempat.

“Kami mendengar ancaman itu dari masyarakat bahwa kami harus meninggalkan Distrik Paro dalam dua hari. Setelah adanya ancaman itu, masyarakat menyuruh kami tinggal di Balai Desa,” kata Zakaria yang ditemui Kamis (9/2/2023) malam.

Sejak meninggalkan kamp dan tinggal di Balai Desa, kata Zakaria, mereka selalu dijaga masyarakat. Pada hari Minggu (5/2/2023), perwakilan kontraktor yang mempekerjakan mereka datang ke Paro dan meminta untuk meninggalkan lokasi.

“Pada hari itu, Edo membayar upah kami lalu menyuruh kami meninggalkan Distrik Paro,” ujarnya.

2. Berjalan kaki lewati hutan ditemani 5 warga Paro

15 pekerja pembangunan puskesmas sebelum dievakuasi, IDN Times/ Istimewa

Ia lalu menceritakan pengalamannya berjalan kaki dari Distrik Paro menuju Kenyam melalui hutan di wilayah pegunungan dan menyeberangi beberapa sungai.

“Pada hari Senin (6/2/2023), kami meninggalkan Distrik Paro berjalan kaki ditemani 5 orang warga setempat,” katanya.

Setelah berjalan sepanjang hari, mereka berhasil mencapai gunung terdekat dari Distrik Paro dan bermalam di tempat itu.

“Di gunung itu, kami sempat melihat pesawat Susi Air melintas ke arah Distrik Paro, tapi kami tidak tahu kejadian selanjutnya,” tuturnya.

Mereka lalu melanjutkan perjalanan ke Gunung Wea, lokasi terjauh dari Distrik Paro yang masih mendapat signal telepon seluler. Mereka lalu memutuskan bermalam di tempat itu.

“Salah seorang teman kami naik ke atas gunung untuk telepon dan setelah 6 jam dia kembali memberitahu kami bahwa dia sudah menelepon Kapolres dan Bupati Nduga. Dia membawa kabar bahwa besok kami akan dijemput helikopter,” katanya.

Keesokan harinya, pada Rabu (8/2/2023) sekitar pukul 05.00 WIT, mereka mulai mendaki ke atas gunung dan sampai di lokasi yang ditentukan sekitar pukul 09.00 WIT. Setelah menunggu beberapa lama dan sempat terkendala kabut, mereka semua akhirnya berhasil dievakuasi oleh tim gabungan TNI-Polri.

“Yang pertama dievakuasi ada 5 orang karena heli kecil. Selanjutnya karena tertutup kabut kami sempat menunggu sekitar 2 jam sampai kabut hilang. Kami kemudian dijemput heli yang lebih besar ke Kenyam dan selanjutnya ke Timika,” katanya.

3. Mengatasi rasa lapar, mereka makan supermi mentah dan ular

Para pekerja pembangunan puskesmas saat menaiki helikopter, IDN Times/ Istimewa

Selama perjalanan dari Distrik Paro menuju Gunung Wea, para pekerja ini hanya berbekal sedikit beras dan mie instan. Mereka berharap turun hujan sehingga mereka bisa masak.

“Kalau turun hujan kami bisa masak,” katanya.

Namun, karena persediaan makanan mereka terbatas mereka terpaksa memakan apa saja yang bisa dimakan.

“Ada satu waktu kami hanya makan ular yang kami tangkap. Warga yang menemani kami memasak seperti bakar batu. Itu pertama kali saya makan ular,” tuturnya.

Ia pun bersyukur berhasil melewati perjalanan tersebut dan bisa kembali ke rumah masing-masing.

“Terima kasih kepada aparat yang sudah membantu menyelamatkan kami sehingga kami bisa sampai di sini,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Riky Lodar
EditorRiky Lodar
Follow Us