Istri Arif Rachman Takut Suaminya Juga Dibunuh Ferdy Sambo Jika Jujur

Jakarta, IDN Times - Terdakwa Arif Rachman menangis dalam persidangan ketika mengakui besarnya rasa takut kepada Ferdy Sambo. Bahkan, istrinya pun takut ketika pernyataan Arif di persidangan berbeda dengan keterangan Sambo.
Hal ini diungkapkan Arif Rachman saat diperiksa sebagai terdakwa obstruction of justice pembunuhan berencana Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (13/1/2023).
Awalnya, penasihat hukum Arif Rachman, Marcella, menanyakan alasan kliennya tidak menceritakan apa yang ia lihat dalam rekaman CCTV bahwa Brigadir J masih hidup ketika Ferdy Sambo tiba di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
“Dari Anda menonton sampai Anda menceritakan kan jaraknya agak panjang, Anda tidak bercerita kerena takut diancam?” ujar penasihat hukum Arif.
“Takut diancam pasti, takut. Saya pas kemarin aja Pak Hakim Yang Mulia…,” kata Arif yang tak melanjutkan jawabannya karena menangis.
Pada momen itulah, Ketua Majelis Hakim Ahmad Suhel memberikan alasannya memeriksa Arif sebagai terdakwa untuk yang pertama. Hakim sebut melihat kejujuran di Arif Rachman.
Sebab, dari enam terdakwa obstruction of justice yang diperiksa, hanya Arif Rachman yang berani menyangkal keterangan Ferdy Sambo soal Putri Candrawathi ikut cerita skenario polisi tembak polisi saat diperiksa di rumahnya di Saguling pada Minggu, 10 Juli 2022.
Sementara itu, Sambo mengklaim hanya dirinya yang membenerkan skenario saat diperiksa oleh Arif Rachman. Sebab saat itu Putri hanya bisa menangis.
“Begini, saya beritahu ke saudara kenapa kami meminta saudara yang pertama, karena saya melihat ada kejujuran di saudara, itu sebabnya saya minta Anda yang pertama, saya bisa pahami bagaimana perasaan saudara. Itulah sebabnya biar perkara ini menjadi terbuka dan itu harapan kami sebenarnya, tidak lain,” ujar Hakim.
“Pada saat pemeriksaan, ada bantahan saudara terhadap keterangan Ferdy Sambo, di situ kemudian kami meminta kepada saudara untuk pertama yang diperiksa. Silakan dibuka apa yang harus dibukakan saudara di sini,” pinta Hakim.
“Sudah semuanya yang mulia,” jawab Arif dengan suara bergetar.
“Rasa takut itu besar yang mulia, kemarin ketika saya menceritakan dan berbeda dengan Pak FS saja terus terang keluarga saya aja takut yang mulia. Istri saya sampai bilang, nanti gak apa-apa nih anak anak?” kata Arif sambil menyeka air matanya dengan sapu tangan.
“Bayangkan ajudan aja bisa dibunuh. Gimana saya, gak kepikiran Yang Mulia,” kata Arif menangis.