Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jokowi Sebut RI Normal Jika Ada Vaksin, Begini Kata Ahli Epidemiologi

Presiden Joko "Jokowi" Widodo akan memberikan pidato virtual di sidang PBB (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo belakangan kerap mengklaim Indonesia telah memiliki pasokan vaksin COVID-19 hingga 290 juta vaksin. Dia juga sering kali mengatakan setelah masyarakat disuntikkan vaksin, kondisi akan normal kembali. Benarkah demikian?

Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, justru tak sependapat dengan pernyataan Presiden Jokowi. Dengan adanya vaksin, bukan berarti pandemik langsung berakhir begitu saja.

"Dalam pandemik seperti COVID-19 ini, penyelesaian pandemiknya tidak bisa hanya dengan vaksin. Apalagi vaksin dengan gelombang pertama ini diperkirakan efektivitasnya tidak akan lebih dari 80 persen, di mana efektivitas itu sangat dibutuhkan untuk kecepatan penyelesaian," kata Dicky saat dihubungi IDN Times, Minggu (30/8/2020).

1. Vaksin Sinovac disebut tak ada jaminan berhasil 100 persen

Vaksin COVID-19 Sinovac. Dok. IDN Times/bt

Menurut Dicky, pengembangan vaksin juga harus melihat keamanannya. Sebab, vaksin yang terjamin keamanannya membutuhkan waktu lama untuk pembuatannya.

"Karena banyak riset membuktikan vaksin ini umumnya memerlukan waktu yang lama untuk memastikan, terutama aspek keamanannya," tutur dia.

Apalagi, Dicky menyebut, tidak adanya jaminan uji klinis vaksin fase ketiga dari perusahaan Tiongkok, Sinovac tersebut akan berhasil. Semua kemungkinan masih setengah-stengah.

"Tidak pernah ada jaminan 100 persen. Itu selalu fifty-fifty. Apalagi ini pertama kalinya dalam pengembangan sejarah vaksin dilakukan proses yang begitu cepat. Serba cepat," kata dia.

2. Antibodi orang yang terinfeksi tak bertahan lama, harus sering disuntikkan vaksin

ilustrasi pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Dicky menjelaskan COVID-19 adalah virus yang berpengaruh pada antibodi manusia. Orang yang sudah terinfeksi virus corona, kata dia, antibodinya tidak akan bertahan lebih dari tiga bulan.

"Artinya, dia memiliki potensi untuk terinfeksi kembali. Study terakhir yang ada di Hong Kong, di Belgia, Belanda, termasuk Amerika, menyebutkan ternyata orang yang pulih pun bisa terinfeksi kembali," kata dia.

Artinya, kata Dicky, vaksin harus diberikan sesering mungkin. Seperti satu tahun sekali atau satu dua kali. "Itu pun kalau antibodi yang timbul itu bisa bertahan, katakanlah setahun, dan ini sangat-sangat sulit. Kecil kemungkinan dalam waktu yang singkat seperti ini," ungkap dia.

3. Tidak ada pandemik yang diselesaikan hanya karena vaksin atau obat

ilustrasi penyuntikan vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Oleh karena itu, Dicky mengimbau kepada semua pihak agar euforia adanya vaksin COVID-19 harus didasarkan sains. Sehingga pemerintah juga tidak terlalu berharap banyak pada vaksin dan obat sekali pun.

"Karena fakta sejarah pandemik, tidak ada pandemik yang selesai seketika dengan penemuan vaksin atau obat. Umumnya vaksin obat itu ditemukan efektif dan aman bertahun-tahun setelah pandemik atau epidemi selesai," ujar dia.

4. Kesehatan publik menjadi cara efektif untuk selesaikan pandemik

Rapid test seorang pengunjung Car Free Day di Bekasi, Jawa Barat, pada 26 Juli 2020. ANTARA FOTO/Suwandy

Menurut Dicky, salah satu cara yang efektif untuk menyelesaikan pandemik adalah dengan public health atau kesehatan publik. Yang dimaksud kesehatan publik seperti diadakan testing dengan optimal, masif, dan agresif. Selain itu, harus ada isolasi atau karantina, serta perubahan perilaku masyarakat yang harus menerapkan protokol kesehatan.

"Ini yang menyelesaikan setiap pandemik. Karena itulah kita tidak ada jalan lain selain harus terus memperkuat itu. Karena bila tidak, ya kita akan berada dalam posisi yang mendatar, tapi mendatarnya tinggi. Sehingga kasus akan terus ada, kematian akan terus ada, dan bisa merusak ekonomi-sosial suatu wilayah atau negara," kata dia.

5. Jokowi sebut Indonesia bisa kembali normal jika sudah ada vaksin

Presiden Jokowi memberi sambutan di acara Aksi Nasional Pencegahan Korupsi, Rabu (26/8/2020) (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Perlu diketahui, Presiden Joko "Jokowi" Widodo optimistis masyarakat Indonesia akan hidup normal lagi, setelah dilakukan suntik vaksin Anti-COVID-19 pada Januari 2021.

"Insyaallah kita di Januari kita sudah mulai suntik vaksin, biar keadaan masuk ke kondisi normal," kata Jokowi saat membagikan Banpres Produktif di Yogyakarta, seperti yang disiarkan langsung di channel YouTube Sekretariat Presiden, Jumat, 28 Agustus 2020.

Jokowi menuturkan, sebanyak 215 negara terdampak virus corona saat ini tengah berlomba menemukan vaksin. Indonesia tengah mengupayakan penemuan vaksin COVID-19 agar segera diberikan kepada masyarakat.

"Kemarin Pak Menteri BUMN sudah pergi ke Uni Emirat Arab dan China untuk pastikan vaksin bisa kita dapatkan, baik dalam bentuk bahan baku yang kita produksi di sini maupun beli jadi. Ini rebutan semua negara, 215 negara rebutan vaksin semuanya untuk bisa kembali ke normal," kata Jokowi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Teatrika Handiko Putri
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us