Kapolri: Waspadai WNA Tak Hanya Berwisata Bisa Jadi Mata-Mata

- Negara harus waspada terhadap WNA
- Eskalasi politik dapat tingkatkan jumlah pengungsi dan kejahatan lintas batas
- Sinergi antarinstansi kunci utama dalam menghadapi dinamika global
Jakarta, IDN Times – Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengingatkan, kehadiran Warga Negara Asing (WNA) di Indonesia tidak boleh dipandang sebelah mata di tengah situasi global saat ini.
Menurutnya, selain datang untuk berwisata atau mengungsi, ada WNA yang justru berperan sebagai spionase atau pengintai yang dikirim oleh negara lain.
"Kita harus selalu waspada bahwa mereka tidak hanya masuk karena mengungsi atau masuk sebagai wisatawan, namun di satu sisi mereka juga adalah spionase-spionase yang mungkin didorong oleh suatu negara untuk masuk ke Indonesia, untuk kemudian mengetahui dan mempelajari bahkan melakukan hal-hal yang tentunya berdampak kepada instabilisasi keamanan dalam negeri," ujar Listyo dalam sambutannya di acara penandatanganan nota kesepahaman antara Polri dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025)
1. Negara harus waspada

Ia menambahkan, setiap negara memiliki kepentingan untuk menjaga dan mengamankan wilayahnya. Dalam prinsip pertahanan, ada pula upaya yang bisa saja dilakukan untuk membuat negara lain menjadi lebih lemah.
"Itu tentunya menjadi satu prinsip dalam hal bagaimana suatu negara harus bertahan dan tentunya kita harus mewaspadai hal tersebut," lanjut Listyo.
2. Eskalasi politik bisa tingkatkan jumlah pengungsi

Listyo mengingatkan bahwa eskalasi konflik di berbagai belahan dunia turut membawa dampak yang signifikan, tak hanya secara global, tetapi juga merembet ke dalam negeri Indonesia. Dia mencontohkan perang Rusia-Ukraina, kemudian Israel-Palestina, India-Pakistan, Amerika Serikat-China, Israel-Iran, serta konflik Thailand dan Kamboja akan berdampak ke dalam Negeri.
Menurutnya, dampak tersebut tak terbatas pada kondisi ekonomi namun juga meningkatnya jumlah pengungsi lintas negara, dan munculnya berbagai bentuk kejahatan lintas batas.
“Banyak pengungsi, lalu muncul juga persoalan-persoalan baru akibat disparitas ekonomi yang memicu berbagai kejahatan, seperti transnational crime, penyelundupan orang, barang, narkoba, hingga barang-barang terlarang lainnya,” kata Listyo
3. Sinergi antarinstansi untuk hadapi tantangan

Sigit menegaskan, sinergisitas antarinstansi merupakan kunci utama dalam menghadapi dinamika global. Ia menyebut, kekuatan yang dimiliki Polri dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (imipas) harus dapat dipadukan untuk menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Kekuatan Polri sekitar 490 ribu personel dan kekuatan Imipas sebesar 64 ribu, yang tergerak mulai dari tingkat pusat sampai tingkat terbawah, bahkan tersebar di wilayah perbatasan. Sehingga kekuatan ini, kalau kita satukan dan padukan, maka kita bisa bersama-sama melakukan berbagai macam kegiatan secara optimal,” ujar Listyo.