Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keluh Pasien Saat Isoman: Puskesmas Cuma Kasih 10 Butir Vitamin C

Ilustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

Jakarta, IDN Times - Menjalani isolasi mandiri di rumah menjadi pilihan sejumlah pasien COVID-19 yang tak begejala maupun bergejala ringan. Namun, tak semua pasien mendapat pelayanan prima dari Puskesmas saat menjalani isoman di rumah.

Seperti yang dialami Rosiana Kusuma, warga Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Wanita berusia 27 tahun itu menceritakan kepada IDN Times dinyatakan positif terpapar virus corona pada 28 Juni 2021.

Dia melakukan tes swab atigen di sebuah klinik dekat rumahnya. Setelah diketahui hasilnya positif, Rosi memutuskan membuat laporan ke Puskesmas melalui nomor yang ada terkait keadaannya.

Namun, pesan singkat yang sudah terkirim itu tak kunjung berbalas.

1. Puskesmas beri 10 butir vitamin C

ilustrasi virus corona (IDN Times/Mardya Shakti)

Setelah menunggu lama, nada dering pesan di gawai wanita berambut ikal itu berbunyi. Puskesmas menanyakan mengenai kondisinya.

"Pas lapor Puskesmas, baru direspons hari berikutnya, kirain bakal swab PCR, nyatanya sampai sekarang gak pernah dapat tes," ucap Rosita, Sabtu (10/7/2021).

Setelah menceritakan keadaannya ke petugas Puskesmas, seorang dokter pun menelepon. Rosi kembali menyampaikan apa yang dirasakan mengenai gejala COVID-19.

Hasilnya, hanya 10 butir vitamin C yang diberikan oleh Puskesmas dengan dikirim ke rumah. Menurutnya, sejak saat itu, dokter Puskesmas tak lagi menghubunginya.

"Habis laporan cuma dikasih vitamin, dan dokter Puskesmas cuma sekali doang telepon buat nanya gejala, habis itu kayak dilepas," katanya dengan nada sedikit kesal.

Rosi yang tak tinggal sendiri di rumah, meminta ke Puskesmas agar disediakan ruang isolasi. Namun, hasilnya nihil.

"Malah sekeluarga langsung disuruh isoman di rumah," kata Rosi.

2. Satu keluarga diminta melakukan tes COVID-19

Ilustrasi tes virus corona, IDN Times/ istimewa

Melalui pesan singkat, Puskesmas meminta keluarga Rosi yang serumah dengannya untuk swab antigen pada 1 Juli 2021. Hasilnya, mereka dinyatakan negatif.

Kemudian, pada 6 Juli 2021, keluarga Rosi kembali diminta untuk melakukan swab PCR di rumah sakit. Anehnya, Rosi tak diminta untuk ikut menjalani swab PCR.

"Lucunya, dari awal lapor, aku yang hasil antigennya positif, malah gak disuruh tes PCR," katanya.

Hingga kini, kata Rosi, hasil swab PCR keluarganya di rumah sakit juga belum diketahui.

"Di sini memang kayaknya rada lama (hasilnya)," katanya.

Kini, kata Rosi, adiknya mulai menunjukkan gejala seperti demam, flu dan anosmia.

3. Respons lambat dari Puskesmas khawatir buat keluarga stres

default-image.png
Default Image IDN

Wanita berkaca mata ini mengaku tak stres dengan pelayan yang tak prima dari Puskesmas. Beruntung, dia tidak memiliki gejala COVID-19 yang parah.

"Stres sih gak, ya cuma gese aja kok lama gitu," katanya.

Dia pun mengkhawatirkan keluarganya stres karena mendapat pelayanan yang tidak maksimal dari Puskesmas.

"Cuma jadi khawatir sama keluarga yang punya gejala lebih parah, takutnya karena respons yang lambat gini jadi berpengaruh ke mereka," katanya.

Meski demikian, Rosi berusaha memaklumi hal tersebut. Sebab, saat ini situasi pandemik COVID-19 di Indonesia sedang tinggi.

"Tapi mungkin emang kondisinya lagi kayak gini sih, ya. Nakesnya juga lagi kewalahan, jadi gak bisa maksimal," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Ilman Nafi'an
Jihad Akbar
Muhammad Ilman Nafi'an
EditorMuhammad Ilman Nafi'an
Follow Us