Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pacu Hilirisasi, Kemenperin Dukung Riset Hingga Komersialisasi Sawit

Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40 Tahun 2024 tentang Program Restrukturisasi Mesin dan/atau Peralatan pada Industri Makanan dan Industri Minuman. (dok. Kemenperin Ditjen Industri Agro)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan hilirisasi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan berbasis riset dan inovasi. Melalui aktivitas riset dan inovasi yang terimplementasi pada sektor industri komersial, sektor kelapa sawit diyakini akan berubah wujud menjadi industri masa depan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas dan berkelanjutan.

“Kelapa sawit menjadi model dan contoh sukses dari hilirisasi industri, baik itu untuk menghasilkan produk turunan sawit pangan (oleofood), non-pangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial), pada skala industri berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada pembukaan Pekan Riset Sawit Indonesia (Perisai) 2024 di Nusa Dua, Bali, Kamis (3/10).

1. Terus kembangkan potensi produk kelapa sawit

ilustrasi sawit dan berbagai potensinya (dok. Kemenperin)

Dirjen Industri Agro mengemukakan, perkembangan produk hilir kelapa sawit dalam 10 tahun terakhir meningkat signifikan. Semula terdapat 45 jenis produk, kini menjadi lebih dari 200 jenis produk hilir kelapa sawit. Selain itu, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia juga erat kaitannya dengan kontribusi sektor hulu-hilir kelapa sawit, yang dikategorikan sebagai subsektor industri agro berdaya saing kuat.

“Data tahun 2023 menyebutkan bahwa nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai Rp450 triliun atau berkontribusi sebesar 11,6 persen dari total ekspor nonmigas. Secara total, untuk bisnisnya mencapai Rp800 triliun. Sektor ini juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 16,2 juta orang, termasuk tenaga kerja tidak langsung yang melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat atau smallholder,” paparnya.

2. Kemenperin gandeng berbagai pihak yang berinovasi dengan pengolahan sawit

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika. (dok. Kemenperin)

Melihat potensi besar tersebut, Kemenperin mendukung upaya berbagai pihak dalam pengembangan inovasi teknologi industri pengolahan kelapa sawit baik di sektor hulu perkebunan sampai dengan sektor hilir di industri pengolahan. “Kami juga mengupayakan fasilitasi pengembangan teknologi industri melalui penyusunan kebijakan yang pro-inovasi, hingga matching antar-pihak terkait komersialisasi inovasi baru,” jelas Putu. 

Ia menilai pentingnya pembentukan konsorsium multipihak dalam aktivitas riset untuk menghasilkan champion. Salah satu contoh sukses konsorsium riset yang difasilitasi oleh Kemenperin adalah teknologi edible-coating berbasis minyak sawit untuk memperpanjang masa simpan buah tropis.

“Riset ini, yang didukung oleh Kemenperin, berhasil menjembatani kebutuhan industri dengan inovasi riset, dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi food grade untuk komersialisasi,” terangnya.

Guna memacu penggunaan teknologi modern dan mendorong aktivitas riset, lanjut Putu, Kemenperin telah melakukan berbagai upaya strategis, antara lain pelaksanaan program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi. Selain itu, Kemenperin membangun Indonesia Manufacturing Center (IMC) untuk menunjang kolaborasi riset tersebut.

“Kami sangat terbuka untuk penggunaan IMC agar dapat memfasilitasi tindaklanjut hasil riset hingga mencapai komersialisasi. Kami juga mendorong perusahaan-perusahaan industri pengolahan sawit untuk dapat membangun pusat risetnya di Indonesia,” tandasnya.

3. Menjembatani peneliti dan pelaku industri

ilustrasi sawit dan berbagai potensinya (dok. Kemenperin)

Oleh karena itu, Kemenperin berharap, kegiatan Perisai 2024 dapat menjembatani kesenjangan ini dengan mempertemukan para peneliti dengan pelaku industri untuk mengakselerasi implementasi hasil riset. 

“Kami memandang penting acara Perisai 2024, yang tahun ini telah diadakan ke delapan kali sejak BPDPKS berdiri, karena luasnya spektrum riset-inovasi yang dibahas mulai dari aspek budidaya perkebunan, penganekaragaman jenis produk hilir, penggunaan bahan bakar nabati, kajian sosial ekonomi, hingga digitalisasi bisnis perkelapasawitan,” tutur Putu.

Menurutnya, keberhasilan riset yang telah dikomersialisasikan menunjukkan potensi besar yang masih bisa digali dari pengembangan produk hilir kelapa sawit. Dengan semakin bertambahnya inovasi dan kolaborasi antara sektor industri dan riset, kontribusi kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia diharapkan akan semakin signifikan. (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Cynthia Kirana Dewi
Evan Yulian
Cynthia Kirana Dewi
EditorCynthia Kirana Dewi
Follow Us