Kemhan: Keputusan Akhir Pembelian Jet Tempur F15EX di Kemenkeu

- Kementerian Pertahanan belum menandatangani kontrak pembelian pesawat jet tempur F-15EX dari Boeing, AS.
- Boeing terus membujuk Indonesia agar segera meneken kontrak pembayaran dengan janji pemenuhan kewajiban Imbal Dagang Kandungan Lokal dan Offset (IDKLO) hingga 85 persen.
- Pembelian F-15EX rencananya untuk menggantikan F-5 yang juga buatan AS, sementara fungsi Rafale untuk penambahan skadron tempur baru.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan mengatakan, hingga kini masih mengkaji tindak lanjut pembelian pesawat jet tempur F-15EX dari Boeing, Amerika Serikat (AS). Menurut Kemenhan, hingga saat ini belum ada kontrak yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia. Itu sebabnya belum ada keterikatan agar segera membeli.
"Ketika kita ingin melakukan modernisasi dan pembelian alutsista ada beberapa rancangan yang dilakukan, dan prosesnya tidak sepenuhnya berada di tangan Kemhan. Itu juga ada di tangan pemerintah pusat. Sedangkan dalam konteks keuangan, ada di kementerian keuangan," ujar Kepala Biro Informasi Pertahanan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang ketika dikonfirmasi, Minggu (27/4/2025).
"Apakah rencana pembelian jet tempur jadi atau tidak, kembali lagi ke Kementerian Keuangan," imbuhnya.
Indonesia sendiri sempat dilaporkan oleh situs resmi Defense Security Cooperation Agency (DSCA) pada 2022 lalu berminat untuk memboyong 36 jet tempur F15-EX buatan Boeing. Nota kesepahaman (MoU) disebut sudah diteken.
Nominal kontrak pembelian mencapai USD13,9 miliar atau setara Rp199,1 triliun (dengan kurs tahun 2022). Tetapi, hingga kini kontrak pembayaran belum diteken oleh Pemerintah Indonesia.
1. Boeing janji libatkan industri lokal dalam pembuatan jet tempur F-15EX

Sementara, pihak Boeing terus membujuk Indonesia agar segera meneken kontrak pembayaran untuk pembelian jet tempur F-15EX. Bahkan, Boeing menjanjikan pemenuhan komitmen Imbal Dagang Kandungan Lokal dan Offset (IDKLO) hingga 85 persen bila Indonesia berminat membeli pesawat tersebut.
"Jika Indonesia memilih F-15EX, Boeing akan memenuhi 85 persen kewajiban offset," ujar CEO Boeing untuk kawasan Asia Tenggara, Penny Burtt, dalam pertemuan dengan media di Jakarta pada 15 April 2025 lalu.
Komitmen tersebut, kata dia, membuka peluang bagi Boeing untuk membantu Indonesia mewujudkan pertumbuhan, sejalan dengan pertahanan nasional dan prioritas pembangunan ekonomi jangka panjang. Boeing, kata dia, bakal meningkatkan keterampilan para pemasok dan membantu perusahaan-perusahaan Indonesia terhubung dengan sektor penerbangan dan dirgantara global.
2. Boeing yakin kontrak pembayaran akan diteken dalam waktu dekat

Sementara, Direktur eksekutif Pengembangan Bisnis Pesawat Tempur di Divisi Air Dominance, Boeing Defense, Space & Security, Robert Novotny mengatakan penandatangan tersebut semakin mendekati proses kontrak pembelian. "Kami menandatangani MoU bahwa kami akan bekerja sama dan menuju ke arah kontrak (pembelian), dan saya pikir kami sudah sangat dekat," ujar Robert di Jakarta.
Seiring dengan penawaran kembali pesawat tempur, Robert memaparkan Boeing memiliki tim khusus yang telah berada di Indonesia sekitar setahun terakhir. Mereka mencari peluang untuk bermitra, berinvestasi, dan mengembangkan industri lokal. Robert memaparkan rantai pasok industri sempat rapuh pada pandemi Covid-19.
"Karena itu kami menganggap sangat penting untuk mencari pemasok lokal, produsen lokal, dan peluang lokal untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan rantai pasok,” tutur dia.
3. Pembelian jet tempur F-15EX rencananya untuk gantikan F-5 yang sudah tua

Dalam pandangan analis militer dari Lab 45, Andi Widjajanto, pembelian F-15EX rencananya untuk menggantikan F-5 yang juga buatan Negeri Paman Sam. Sedangkan, fungsi dari pembelian Rafale untuk penambahan skadron tempur baru.
"Semula, yang difungsikan untuk menggantikan F-5 di era Ryamizard Ryacuddu adalah Sukhoi. Tetapi, tidak berlanjut lantaran ketidaksepakatan soal imbal dagang," ujar Andi kepada IDN Times melalui telepon.
Ia menjelaskan pendekatan yang dibangun untuk menyusun Renstra 2024 bukan berbasiskan ancaman, tetapi kapabilitas menutup ruang udara yang terdapat empat titik panas. Bila celah itu tidak segera ditutup, maka bila ada pihak asing yang menerabas wilayah udara Indonesia, TNI AU tidak akan mampu berbuat banyak.
"Saat ini kan posisi terdekat misalnya untuk menjaga Natuna harus ditarik dari Hasanuddin. Itu jaraknya jauh sekali bila terjadi sesuatu di Natuna," ungkapnya.
Andi mengatakan berdasarkan pengamatannya, Prabowo ketika masih menjabat sebagai Menhan sejak awal sudah fokus kepada empat jenis jet tempur termasuk KFX yang diproduksi bersama Korea Selatan dan Rafale. Semula, Indonesia menginginkan untuk membeli jet tempur terbaru yakni F-35.
Namun, menurut Pemerintah AS, Indonesia belum bisa membeli jet tempur generasi 5 itu. Mereka harus membeli lebih dulu pesawat generasi 4,5. F-15EX ini dianggap kandidat ideal.