Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menang Versi Hitung Cepat, Ini 3 Kunci Keberhasilan Jokowi-Ma'ruf

IDN Times/Teatrika Handiko Putri
IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Jakarta, IDN Times - Pasangan Capres nomor urut 01, Joko “Jokowi” Widodo-Ma’ruf Amin, berhasil mengungguli penantangnya Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno versi hitung cepat berbagai lembaga survei.

Dari tujuh lembaga survei yang kerap mewarnai layar media (Litbang Kompas, Indobarometer, Charta Politika, Indikator, LSI Denny JA, SMRC, dan CSIS) pasangan petahana unggul sebesar 54,58 persen, atau terpaut hampir 10 persen dari lawannya yang hanya mendapat 45,42 persen.

Alvara Research Institute memiliki tiga analisis yang menjelaskan mengapa hasil perhitungan cepat bisa terpaut cukup jauh. Apa saja sih itu?

1. Siapa yang menguasai suara di Pulau Jawa akan menjadi pemenang Pilpres

ANTARA FOTO/Ismar Patrizki
ANTARA FOTO/Ismar Patrizki

Pada 2014, Jokowi hanya unggul tipis dari Prabowo di Pulau Jawa. Sementara, tahun ini, Jokowi berhasil meraih kemenangan di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini sudah diprediksi oleh banyak pengamat yang melihat tren elektabilitas Jokowi-Ma’ruf yang selalu meningkat.

“Jawa benar-benar menjadi lumbung suara bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf. Jawa menyumbang 57,48 persen dari total pemilih nasional. Keunggulan Jokowi-Maruf di Jawa menjadi kompensasi atas kekalahan telak di Sumatera,” kata Hasanuddin Ali selaku Founder dan CEO Alvara Research Institute melalui keterangan tertulisnya kepada IDN Times, Kamis (18/4).

2. Nahdliyin, penyumbang terbesar kemenangan Jokowi-Maruf

Kehadiran Ma’ruf Amin yang merupakan bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama menjadi daya tarik bagi Nahdliyin di seluruh Indonesia. Apalagi, muslim merupakan pemilih mayoritas di Indonesia. Artinya, menggandeng Maruf sebagai cawapres Jokowi adalah strategi yang terbukti ampuh.

“Di saat pemilih Muhammadiyah memberikan dukungan yang besar kepada pasangan Prabowo–Sandi dan ketatnya elektabilitas pada pemilih yang bukan anggota Ormas, pemilih dari Nahdlatul Ulama menunjukkan soliditasnya hingga detik terakhir dalam mempertahankan keunggulan Jokowi–Ma’ruf,” lanjut Hasanuddin.

Tanpa warga Nahdliyin, Jokowi tidak akan menang besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Pemilih Nahdliyin mayoritas berasal dari dua provinsi ini,” katanya.

3. Pemilih minoritas yang solid

IDN Times/Teatrika Handiko Putri
IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Faktor ketiga yang menjadi kunci kemenangannya adalah solidnya pemilih minoritas yang mendukung Jokowi-Ma’ruf.

”Hasil Quick Count di provinsi-provinsi di Indonesia Timur seperti Bali, NTT, Sulut, Papua menunjukkan margin keunggulan yang sangat tebal bagi Joko Widodo–KH Ma’ruf Amin,” jelas Hasanuddin.

4. Suara millennial yang terpecah

Dok. IDN Times/Istimewa
Dok. IDN Times/Istimewa

Sebagai tambahan, kemenangan Jokowi-Ma’ruf tidak lepas dari peran Sandiaga yang gagal menarik suara millennial. Pada pilpres 2019, ada sekitar 44,48 persen pemilih muda yang berusia 17-36 tahun. Berdasarkan survei yang dilakukan Alvara, persaingan kedua kandidat pada pemilih milenial dan Gen Z sangat ketat.

Namun, pada Gen X dan Baby Boomers, Jokowi-Ma’ruf berhasil mendapat keuntungan besar. “Pemilih muda, GEN Z dan Milenial terbagi rata ke kedua kandidat,“ kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
Dwifantya Aquina
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us