Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Naik Pesawat Wajib PCR, Epidemiolog: Pemerintah Mau Subsidi?

Ilustrasi perjalanan di udara (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan penerapan kewajiban tes polymerase chain reaction atau PCR untuk perjalanan udara sebaiknya jadi pilihan terakhir.

"Cost Effective PCR ini jadi opsi terakhir, bukan hanya soal murah tetapi juga mudah dan cepat, PCR ini kalah, kecuali pemerintah mau subsidi total," saat dihubungi IDN Times, Senin (25/10/2021).

1. Transportasi darat dan laut memiliki risiko penularan lebih besar

Suasana KRL jurusan Tanah Abang-Parung Panjang, Jumat (10/7/2020) (IDN Times/Herka Yanis).

Dicky mengungkapkan PCR bukan berarti buruk namun untuk testing sebaiknya ditempatkan di transportasi darat dan laut juga karena risiko lebih besar dibanding udara.

"Jika dibandingkan Antigen jauh ya dari Cost Effective PCR kecuali pemerintah mau subsidi dan diterapkan moda lain juga karena penumpang banyak, risiko juga besar," katanya.

 

2. Risiko penularan di pesawat sangat kecil

Ilustrasi suasana pesawat di tengah pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Dicky menambahkan syarat PCR  bagi penumpang pesawat tidak urgent. Sebab, penularan di moda transportasi udara sangat kecil dibanding transportasi lain.

"Dari sisi strategi pengendalian pandemik berbasis risiko, klaster di pesawat ini kecil bahkan paling kecil dibanding moda transportasi lain," ujarnya

3. Jika pesawat penuh tidak terjadi penularan meski ada yang positif

Dok. Angkasa Pura II

Dicky menerangkan dalam pesawat terdapat filter melalui hepa filter, kemudian sirkulasi 20 kali dalam satu jam ditambah protokol kesehatan dan adanya vaksin.

"Kalau semua diterapkan dengan protokol kesehatan, jika pesawat penuh sekalipun tidak terjadi penularan meskipun ada yang terindikasi positif. Ini terbukti saat awal pandemik pesawat dari China ke Kanada," jelasnya.

4. Antigen untuk pesawat sudah tepat

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman. (dok. Pribadi/Dicky Budiman)

Sehingga, lanjut Dicky, seharusnya jika aturan diterapkan maka syarat yang diterapkan tidak perlu ketat.

"Itu logikanya, walaupun bukan dilonggarkan," imbuhnya.

Dicky menerangkan PCR merupakan alat diagnostik yang mengetahui ada tidaknya SARS-CoV-2 sehingga digunakan strategi untuk mengkonfirmasi orang positif atau tidak, artinya ada tahapan sebelumnya.

"Surat Edaran yang sebelumya mensyaratkan Antigen ini sudah sangat tepat apalagi ditambah syarat vaksinasi," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dini Suciatiningrum
EditorDini Suciatiningrum
Follow Us