Pemerintah Klaim Angka Kematian Akibat COVID-19 Turun Tiap Bulan

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengklaim, perkembangan kasus kematian terjadi penurunan tiap bulan. Tertinggi pada Januari 2021 yang mencapai 7.860 kasus. Setelah itu, jumlahnya perlahan menurun hingga 6.168 kasus pada Februari 2021.
"Sejak Februari itu juga, persentase kematian terhadap total kasus positif menunjukkan perlambatan atau cenderung datar. Dan tercatat pada 21 Maret 2021, jumlah kematian sejumlah 3.384 kasus dan jumlah ini hampir setengah dari jumlah kematian di bulan Februari," ujar Wiku dalam siaran tertulis, Jumat (26/3/2021).
1. Tren kematian harian COVID-19 mengalami kenaikan

Sementara, tren kematian harian COVID-19 tingkat global mengalami kenaikan pada 24 Februari sampai 24 Maret 2021. Kenaikannya 61,16 persen atau naik dari 6.517 ke 10.503 kasus.
Kasus kematian di beberapa negara pun terlihat mengalami kenaikan, di antaranya Brasil naik 75,84 persen atau dari 1.275 ke 2.242 kasus, India naik 130 persen atau dari 108 ke 249, dan Italia naik 35 persen atau dari 192 ke 260 kasus.
Meski demikian, kondisi di Indonesia lebih baik, karena trennya mengalami penurunan. Wiku mengingatkan, fakta ini harusnya membuat semua pihak tidak lengah dalam penanganan COVID-19.
2. Fakta menjadi refleksi agar tidak lengah mengevaluasi penanganan COVID-19

Wiku menegaskan, di tingkat dunia pasien meninggal kembali meningkat selama tiga minggu terakhir. Padahal angka kematian ini sempat mengalami penurunan pada Januari dan Februari 2021.
"Fakta ini harusnya menjadi refleksi dan agar tidak lengah mengevaluasi penanganan. Utamanya pada pelayanan pasien COVID-19 dengan gejala sedang dan berat," kata dia.
3. PPKM Mikro jadi kekuatan penanganan pandemik

Perkembangan kasus kematian akibat COVID-19 di Indonesia yang cenderung melambat ketika perkembangan tingkat dunia mengalami kenaikan, patut dijadikan semangat dan motivasi untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan pasien virus corona.
Perkembangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang diperluas hingga 15 provinsi, kata Wiku, juga seharusnya menjadi kekuatan untuk meningkatkan kualitas penanganan pandemik. Karena dilakukan dengan fokus hingga tingkat terkecil.
Dan efektivitas PPKM Mikro, kata dia, sangat tergantung pada disiplin kolektif. Kerja sama pemerintah dan masyarakat yang sudah terjalin dengan baik ini harus terus dijaga, agar penanganan pasien COVID-19 sejak terlacak positif hingga pemantauan isolasi mandiri, dapat semakin terkoordinir dengan baik.
"Meski demikian, kita harus paham dan tetap mengingat bahwa satu kematian pun terbilang nyawa dan tidak seharusnya di toleransi. Jangan sampai kita kehilangan rasa empati karena terbiasa melihat kematian dalam bentuk angka," katanya.