Perpisahan Jemaah dan Keluarga di Balik Pagar Asrama Haji Pondok Gede

Jakarta, IDN Times - "Hati-hati ya pak, bu. Jaga kesehatan." Pesan tersebut terdengar dari balik pagar Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.
Para pengantar melambaikan tangan, tanda perpisahan kepada keluarganya yang hendak berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Ya, para pengantar itu hanya diizinkan berada sampai area parkir Asrama Haji Pondok Gede.
Selebihnya, para jemaah haji langsung masuk ke aula. Kopernya dibawa oleh petugas yang sudah menunggu di pintu masuk Asrama Haji Pondok Gede.
Di aula, jemaah langsung diperiksa dokumen dan kesehatannya oleh petugas yang sudah berjaga sedari pagi. Nama jemaah dipanggil satu per satu.
Pengantar yang juga keluarga dari jemaah tak langsung pulang. Mereka menunggu.
1. Haru pengantar saat melepas jemaah yang pergi berhaji

Selepas acara pemeriksaan kesehatan dan dokumen, jemaah dipersilakan masuk ke kamar yang ada di Asrama Haji Pondok Gede untuk beristirahat. Namun, tak sedikit dari para jemaah yang kembali menghampiri keluarganya.
Mereka tak bisa leluasa. Pagar Asrama Haji menghalangi raga. Namun, hal itu tak menjadi soal, tangan mereka masih saling berpegangan. Pelukan hangat masih bisa dilakukan lewat sela-sela pagar.
Beberapa pengantar silih berganti bersalaman, mencium tangan. "Pak, yang hati-hati ya, doakan kami di Tanah Suci," kata pengantar sambil berkaca-kaca.
2. Tak kuasa menahan air mata

Sarbini, salah seorang jemaah tak kuasa menahan tangis. Sapu tangan dari saku belakang celana diambil. Diusapkan untuk membasuh air mata yang membasahi pipi.
Matanya memerah, menatap keluarganya di balik pagar. Tangan kanan masih dipegang oleh keluarganya, tangan kiri tak henti membasuh air mata. Sarbini berangkat haji tepat di usia 65 tahun.
Gawai dari salah seorang pengantar diserahkan ke Sarbini. Ada kerabat jauh yang tak bisa mengantar. Lewat video call, kerabat itu menyampaikan doa keselamatan dan kelancaran untuk Sarbini yang menjadi tamu Allah SWT.
Di sampingnya ada sang istri. Pelukan demi pelukan juga diberikan kepada istri Sarbini.
Serupa dengan Sarbini, istrinya pun tak kuasa menahan tangis. Swafoto bersama keluarga yang dibatasi pagar juga dilakukan. Sebagai tanda kenangan-kenangan.
Selepas itu, Sarbini dan istri pergi ke kamar untuk beristirahat. Keluarga menyampaikan selamat jalan.
"Hati-hati ya pak, bu, dadah," kata keluarga yang mengantar.
3. Menabung dari hasil bertani

Sarbini dan istri merupakan jemaah haji asal Banten. Sarbini sehari-hari bekerja sebagai petani.
Dia mendaftar haji sejak 2012. Dari hasil panen padinya itu, Sarbini sisihkan untuk menabung agar bisa menunaikan rukun Islam kelima.
"Alhamdulillah dari hasil bertani, bisa nabung," katanya.
Sarbini yang masih haru, tak mampu berkata banyak. Dia menyebut, hanya dua kali menyisihkan hasil panen padinya untuk membayar pelunasan biaya haji.